Sabtu, 30 Januari 2010

Jatuh Cinta Kah

Semasa sekolah dari Taman Kanak-kanak hingga Akademi, satu label ga pernah hilang, ga pernah ada diskon, ga kenal tren musim lengket terbawa dimana aja kapan aja 'Cuek'. Empat huruf itu seolah paten mencitrakan seorang Endang puji lestari, hampir disetiap kepala yang pernah mengenal sosok ini.

Citra ini tak membuatku berpikir untuk berubah, tetap membuat ku nyaman melangkah. Di belia ku yang tak dapat dikatakan cantik, teman teman sebaya pernah menaruh hati. yang selalu dapat ku tepis dengan senyum. Ada rasa tersendiri saat tau ada orang yang memperhatikan. Tapi tak pernah bertahan di benakku. Bohong bila hati tak berperan, tapi ku coba selalu sewajar mungkin, saat itu Aku tau tak akan meangkah jauh karena usia. Cepat atau lambat kami harus berpisah dengan alasan atau tanpa alasan apapun. Untuk ku berawal manis berakhir pun harus manis.

Sampai saat ini Aku masih bisa memanggil mereka teman, bukan mantan atau istilah-istilah lain.

Saat ini aku masih belum bisa memanggil seorang kawan se akademi ku dulu dengan sebutan teman. Ada sesuatu yang ku ingin darinya. Sesuatu yang tak tau bagaimana mendeskripsikannya.

Aku suka caranya berpikir, menyelesaikan sesuatu, melihat, tersenyum, tertawa
Aku suka caranya bicara padaku, memeluk tubuhku, mendengar ceritaku, menggangguku
walau Terkadang Aku tak suka pola hidupnya, caranya menghabiskan waktu...

Saat aku tak suka,Aku marah. tapi tetap dalam kapasitasku.
Bermalam Tak bisa ku hempas bayangannya, yang akhirnya kunikmati.
Lalu inikah Cinta? Jatuh Cinta kah Aku? apapun akan ku nikmati smua rasa yag diberi-Nya.

isi kepala

Jumat Sore jemari ini menelusuri profil milik beberapa teman di situs jejaring sosial facebook. Tah mengapa aku tertarik pada sebuah tautan milik teman semasa SMA dulu. Satu-satu ku baca sekilas-sekilas apa yang ditulisnya...

Isinya memang Isi kepalanya, yang membuatku tertarik deskrisi blognya, 'yang menurutnya blognya tak terlalu membutuhkan komentar, karena komentar pada akhirnya akan menjadi hal terakhir yang akan dibaca setiap ada kesempatan membuka blognya'.

Awalnya aku sependapat, toh yang kami butuh hanya menuangkan apa yang kami pikir bukan mencari second opinion.

Sekarang Aku berfikir, sejujur itukah Dia? atau hanya mengultimatum pembaca blognya. karena ku percaya tak satu kepalapun dapat se Iya sekata dalam banyak hal.

Bukan berarti Aku berubah pikiran untuk tidak sependapat dengannya, pada dasarnya mungkin Aku Jauh lebih Arogan, sekaligus penakut karena takkan mungkin Aku berani mengatakan itu.

Penakut? Aku pun tak setuju Aku bilang diriku penakut. Bukankah selama bertahun selalu mencoba menerima sebuah perbedaan. Bukankah apa yang mereka lotarkan tidak membuatku bergeming yang selalu dapat ku dengar.

Tapi benarkah Alasanku itu? Atau aku hanya memberi perisai pada diri ini...

Setiap Kepala istimewa, Itu yang aku tahu dan ku coba mengerti