Rabu, 24 November 2010

G.O.E.S

Gambar & rangkaian cerita seorang kawan

Ini minggu tanggal 21 November 2010, acara fun bike punya 'kompas' (kompas palmerah-gandaria city(muter-muter)).ki-ka (Nyonyo, Puji)

semua serba katanya....

dia (puji) ditawarin nyonyo buat ikut funbike yang di Ok-in tanpa tau rutenya. Pas tau sempet ragu-ragu, serius nih. Modal nekad, Jalan terus.

dari rumah jam 5.00 pagi, ketemuan sama temen kampus nyonyo di pojok. :D seperti yang sudah di bayangkan, posisinya pasti dibelakang bukan sengaja tapi emang gak bisa ngejar :))

sabelum berangkat Bundanya dah wanti-wanti buat gak usah pergi, "nanti pulangnya tuh siang, panas loh" yah udah terlanjur nanti bawain baju lengan panjang aja ya?!

sampai di gandaria city Nyonyo sama temen kampusnya mau tunggu acara doorprize , hufftttt... panas-panasan deh nih. Bunda dah dari tadi sampai di gandaria city ditemenin temen deketnya nyonyo. mukanya Bunda khawatir liat muka dia (ji), tanya-tanya cape gak? disuruh langsung duduk? berulang-ulang dibilang kasihan. huffft.... memprihatinkah muka dia (ji)

ngeliat dia (ji) dah duduk gak banyak ulah nyonyo dan temennya akhirnya ngajak pulang padahal acara belum selesai. dari gandaria jam 10-an sampai rumah jam 12-an, masih di jaga sama Tuhan beberapa kali hampir jatuh, yang terakhir yang paling lucu. katanya, lagi gaya ngehindarin macet naik trotoar (trotoar jln ciledug raya mana ada yang normal sih) pas mau balik di jalan kepelesat batu, karena lemas gak bisa ngimbangin sepeda dah miring tuh kalau aja bajaj di belakang jalan wah dia bisa ada di RS, eh tukang bajaj nya bilang "hati-hati"... uffft

sampai dirumah dibuatin minum, susu dingin dah ada. di ultimatum " Besok-besok klo jauh gak usah ikut-ikutan, pulangnya siang kayak gini klo nyonyo biarin aja dia dah biasa, kuat. liat tuh mukanya merah semua, coba liat tangannya? merah-merah gak? mau panggilin tukang urut gak?" dia meringis doang abis dah lemes banget kepanasan, akhirnya jawaban yang keluar "iya" ngegeletakin badan di teras depan. gak lama nyonyo sama temen nya sampe, ternyata mereka mampir beli minuman, di tambahin lagi pake UC-1000 orange. diketawain, diledekin pula.

setengah hari penuh rasa semangat, seru, seneng, BT, bosen, cape, lemes...

ternyata dia (ji) itu payah..... bikin orang khawatir

Kamis, 18 November 2010

belajar melihat


Maaf ya, kali ini tergelitik lagi oleh dunia…

Maaf ya, kali ini sinis lagi…

Maaf ya, kali ini aku terbahak sendiri lagi…

***

Ini cerita maju-mundur maju-mundur yang mungkin hanya sebenarnya itu-itu saja. Lebih dari itu aku hanya ingin merekam ini agar kelak lebih baik lagi, agar mau terus praktek setelah tau teori-teori klise yang beredar diruang kasat mata ini tidak menjadi manusia sombong yang hanya mampu berkutat didunianya sendiri lalu berteriak pada dunia kalau aku ini ada, agar mulai saat ini bisa bijak menyikapi hidup dengan masalah yang mungkin bisa berulang walau dengan kondisi yang berbeda karena tiap detik hidup terus bergulir. Aku menulis bukan bertujuan membanding-bandingkan masalah yang satu dengan yang lain, karena design Tuhan begitu kompleks untuk dimengerti tanpa mencari tau. Aku hanya ingin mengirim lembar isi kepalaku saat ini, Kelak jika ku buka lagi dan ku baca aku bisa berkata pada diriku sendiri “betapa naifnya kamu” atau yang lainnya.

SMS ku terima sore hari dari seorang teman di awal November, secara singkat maksud dari sms-nya adalah meminta bantuan secara financial (bukan sumbangan hanya minta pinjaman) untuk membeli obat untuk dirinya. Lama tak ku balas karena Ku pikir “Aku juga masih ada kebutuhan”. Lalu pikiranku bergrilya

· … emang klo lo yang butuh, apa dia bisa ngasih kayak apa yang lo bisa? Ayu gak yakin! Lagian baik amat sih, ntar jadi cadangan loh (bayangan penggalan percakapan dengan masalah yang sama dengan kondisi berbeda beberapa bulan lalu). Sempat mikir iya juga ya, aku gak punya kewajiban secara logika untuk membantu mengatasi masalahnya. Tapi pikiran ini juga tidak membuat ku tenang

· Ku ambil Hp bicara dengan kawanku, katanya “Buat apa sih dia? kamu lihat pengeluaranmu bisa digoyang gak. Klo gak bilang aja gak ada” (kira-kira gitu intinya). Ya memang bukan jawaban yang mutlak yang dia kasih, toh dia cuma umpan balik bolanya aja, jawaban klise yang diplomatis kalau aku diposisinya juga akan bilang gitu (mungkin :D). Tapi aku jadi bisa ngeliat kenyataan, banyak orang yang emang mentingin diri sendiri dan lebih banyak lagi yang mementing-pentingkan yang tidak terlalu penting untuk dirinya ketimbang yang lain. Memang seharusnya kita bisa mempertahankan diri sendiri. Aku berpikir iya, ngapain ngotot bantuin orang, kalau gak bisa ya udah, kalau emang dia butuh, kalau dia cuma gak mau ngegoyang kebutuhannya sendiri… Aku bingung

Sampai berdenting lagi sms darinya, memastikan. Lagi-lagi aku terseret dalam ruang pikirku yang terkadang NGEJELIMET

· Ayo lah, pikir baik-baik, bukankah tak selayaknya memelihara pikiran-pikiran buruk hal itu tak disuka Tuhan-ku, Bukakah Rosul-ku menyuruh anaknya Fatimah untuk memberi gandum pada orang-orang yang dikirim ayahnya padanya untuk meminta makan yang datang hingga tiga kali, sedang persediaan gandum yang dimilikinya untuk keluarganya sangatlah minim, tapi tetap juga dia beri. Tak bisakah aku mengikuti sedikit jejak nya. Bukankah ini kesempatan yang diberi Tuhan untuk berguna bagi sesama. Bukankah Tuhan menjanjikan sesuatu yang indah jika mau memberi hutang pada orang yang membutuhkan untuk kebaikan. Bismillah, Akhirnya ku putuskan untuk memberi temanku pinjaman. Semoga bermanfaat untuknya dan untuk ku

Ku kirim balasannya “bisa, ambil aja dirumah”. Ku kirim pada kawanku juga keputusanku itu. Ntah apa itu rasanya benar-benar lega, padahal aku tau pasti didepan ada berkas yang harus ku lengkapi.

· hanya berpikir positif ku ikuti jalan-Nya untuk memudahkan jalan orang lain maka Ia pun tak akan mempersulit jalanku. Akan ada jawaban diwaktunya nanti.

Temanku datang membawa yang dikenalkannya sebagai pacarnya. Ritual bertamu, basa-basi bicara hal-hal yang tak terlalu penting, lalu ku ajak temanku ke kamar ku agar teman dekatnya tak tau atau setidaknya tak melihat. Tak lama mereka pamit pulang, wajar kepentingannya memang tak perlu diplomasi panjang (hahahahahaha…. Bukan itu, tapi memang waktu sudah cukup malam untuk bertamu apalagi jika masih ingin melanjutkan bercengkrama dengan sang pacar….. jadi malu).

· Oh..God! She was came here with her boyfriend. They are in seriously relationship. Aku gak habis pikir, mana mungkin menjalin hubungan serius hanya untuk mendapat teman bicara, buatku benar-benar-benar tidak masuk akal. Ku beri tahu temanku sakit baru di pertengahan bulan Oktober dan telah menjalani pemeriksaan dan kali ini adalah kali kedua hanya untuk membeli obat lanjutan. Masa pemeriksaan dilakukan sendiri oleh temanku karena teman dekatnya diluarkota kerjanya, dan kali ini dia tidak bisa membantu (mungkin atau pasti dengan alasan yang ku tak tau). Aku tak mengerti mengapa teman dekatnya bisa begitu tenang menanggapi masalah temanku ini, Apakah dengan mengantar temanku ke sini dirasa cukup?. Mungkin dia dalam keadaan tidak punya tapi tidak bisakah dia mencarikan pinjaman untuk pesakitan, agar tidak bertambah gusar karena selain merasa sakit juga harus pusing memikirkan biaya pengobatan. Bukan ingin mengukur dari segi materi, toh yang kita punya saat ini adalah titipan… :D bukan laki-laki tipe ku. Pikirku cinta itu rapuh tanpa pondasi, cinta itukan saling melengkapi, yah semua memang ada dikepalaku. Nyatanya temanku menerima adanya mungkin ini yang disebut cinta apa adanya, memakluminya. Ah..! teori memaklumi, menurutku orang dapat memaklumi karena sadar dirinya dikondisi yang sama tidak dapat berbuat yang lebih baik dari yang diterimanya saat ini. Kurang prinsip atau kurang pengalaman ya? Tapi menurutku hanya kurang memutar otak sedikit. Tiba-tiba sontak berpikir sudahlah baik untukku mungkin tidak untuk yang lain.

***

Sang waktu berputar hingga tanggal 15 November sudah, semakin mendesak tanya-tanya semua harga melambung. Sampai 16 pagi memutuskan, Ok! Ambil yang paling masuk akal dan memenuhi syarat. Sore harinya menilik sekalian bungkus, 1,6 juta cukup besar dan cukup usia. Sempat berpikir juga untuk mengundur sampai tahun depan, tapi siapa yang bisa memastikan aku hidup sampai esok. Kalau ada, bisakah ia juga memastikan Bunda ada disaatnya nanti. Bukan sok-sokan hanya tak ingin terlambat dan terisak dalam sesal. Hadiah kecilku untuk Bundaku tercinta, menggenapi ajaran-Nya. Kamu tau, aku senang aku tidak terlambat dan berdoa agar bisa memberi yang lebih baik lagi tahun-tahun mendatang. Yang penting adalah yang harus dikerjakan telah dikerjakan yang lainnya bisa kompromi.

Diperjalanan ke masjid menyerahkan Zakat, teman-teman Bunda bersuara “Anaknya yang ngebeliin”. Aku dan Bunda tetap berlalu. Disamping Bunda, aku bisa merasakan betapa Bunda sangat bergairah yang tak bisa ku gambarkan yang jelas andai kuturuti hatiku mata ini akan meleleh.

· suddenly I feel everyone look at me, then I think, what’s wrong with me?. Lalu …Hufff semua menguap, everything will be Ok when I think everything is Ok. Aku hanya bisa melakukan ini untuk ungkapkan rasa terimakasihku pada Bunda karena tidak menukar hidupku saat ini dengan kebahagiaannya beberapa tahun yang lalu.

***

Setelah ini, masih samakah cara kita memandang dunia??


Rabu, 10 November 2010

jalan-jalan

Perjalananku ke masjid pintu seribu tangerang, tanggal 31 Oktober 2010.













Masjid ini ada di Kampung Bayur, Kec.Priok- kota Tangerang. Dekat Pintu air sepuluh, dan harus mau tanya-tanya. Gak ada plank petunjuk jalan yang jelas. Nama Asli masjid ini Masjid Agung Nurul Yakin, katanya dibangun tahun 1978. Lebih terkenal dengan nama Masjid Pintu seribu karena Arsitekturnya, Masjid ini punya banyak pintu, tapi sewaktu ku tanya ke penjaga pintu tentang kebenarannya dia juga tidak tau. Menurutnya tidak ada yang pernah menghitung tapi memang pintu-pintu disana sangat banyak, jadi di juluki masjid pintu seribu.

Aku tau masjid ini dari Bunda, biasanya rombongan pengajiannya sering Ziarah ketempat-tempat seperti ini. Menurut cerita yang ku dapat dari beliau, masuk tempat init uh seperti ada di dalam kubur. Karena tempatnya sangt gelap, sewaktu masuk harus miring-miring karena lorong-lorongnya sempit dan lantainya masih tanah jadi tidak rata harus hati-hati, bisa-bisa terjerembab dan untuk lebih aman baiknya kalau kesana bawa senter sendiri untuk penerangan.

Mendengar semua cerita itu rasanya bukan Aku kalau tidak penasaran. Kok sepertinya mencekam sekali ya.

Minggu pagi berangkat kesana cuma berbekal alamat yang diberi bunda kalau letaknya dekat pintu air sepuluh. Terlalu bersemangatnya hingga terlalu jauh dari tujuan, melintasi persawahan, pabrik plastic tempat teman kampus pernah kerja, ternyata sudah keluar dari batas wilayah kota Tangerang, yang ku ingat tempat itu bernama sepatan. Seperti biasa tersasar bukan lah hal buruk untuk ku. Melihat yang tertangkap mata selama perjalanan kata yangterlintas “Berantakan”. Tata letaknya, bersihnya, bukan memandang sebelah mata mungkin tak terbiasa. Aku berpikir Ini bukan kota besar tapi jalan-jalan disini, gang-gang disini sempit mirip rumah-rumah dibantaran kali di Jakarta. Kok bisa ya, mungkin dulu tak seperti ini. Tapi asik, aku bisa melihat sawah hijau, berangin, melihat laki-laki mendorong traktor sementara aak-anak menerbangkan layang-layang di pematang sawah yang terpikir “Indah”. Setelah bertanya beberapa kali akhirnya sampai juga di Masjid Agung Nurul Yakin.

Memasuki gang dimana masjid tersebut berlokasi, Aku di sapa oleh sekelomok anak yang asik bermain kelereng (Aku tidak pernah lagi melihat pemandangan itu setelah berpuluh tahun menjalaninya, generasi dibawahku terkontaminasi teknologi). Sampai dimuka masjid ku putuskan untuk melihat sekitarnya dulu, setelah itu mendekati pengurus masjid yang jumlahnya tidak sedikit. Dipersilahkan mengisi buku tamu dan diminta mengisi kotak amal untuk perawatan masjid yang jumlahnya tidak ditentukan. Karena Area pemakaman sedang ada yang berziarah akhirnya langsung diantar masuk ke pintu seribu. Tetapi rupanya lagi-lagi harus menunggu karena yang pertama kali masuk belum lagi keluar.

Duduk di ruangan depan ku sebut “lobi” ditemani pengurus masjid tersebut, Pria paruh baya yang nampak tenang sedikit menyeramkan. Darinya aku tau lebih banyak tentang masjid ini dan sepak terjang pendiri dan generasi-generasi keturunannya. Rupanya saat ini pengurus masjid ini telah mengembangkan siarnya sampai daerah bogor dengan mendirikan masjid. Dia menatapku aneh untuk apa datang ketempat ini (dalam hati ku geli juga, “cari wangsit bah”) dilihatnya aku dari atas ke bawah. Kali ini gak salah kostum (pake kerudungan lengkap), tiba-tiba dia bilang “Masih sekolah ya? Sekolah dimana? (wajah ku masih pantas rupanya)”. Sambil terus membicarakan hal-hal yang tidak terlalu penting, ku telusuri setiap sudut dengan mataku. Lobi ini sendiri tidak terlalu luas, kaligrafinya sudah banyak yang rusak, cat-catnya sudah pudar hanya bale-bale keramik yang baru nampaknya, di bagian dalam yang nampak hanya gelap dan yang kurasa dingin sangat.

Akhirnya aku masuk juga, Jalan masuknya gelap dan sempit serupa kata Bunda tapi aku gak miring-miring jalannya (dalam hati sudah terpingkal-pingkal oh seperti ini rupanya jelas saja Bunda harus miring-miring beda ukuran). Ruangan didalamnya seperti labirin, beberapa kali tersandung masih bisa melihat sisi-sisi sepanjang jalan masuk karena masih ada penerangan. Sampai di ujung ruangan terdapat hall yang kata bunda mampu menampung seratus orang dengan posisi duduk merapat, disini yang mengantar akan meninggalkan pengunjung beberapa saat, agar pengunjung dapat khusu wirid, zikir atau sekedar merenung. Sekejap saja semua gelap, seolah semua berhenti, seolah dalam perasingan. Untuk pertama kalinya aku merasa sendiri, benar-benar sendiri (di dunia luar aku masih bisa bicara dengan-Nya dimana saja dalam hati bahkan gumam). Disini aku merasa Dia hanya menatapku, tak seperti biasa menyapa hangat untuk berbincang. Kontan aku menangis, awalnya karena sungguh aku takut akan gelap lalu kemudian aku tak mengerti, aku masih tetap menangis tapi sangat tenang seolah gelap itu bukan masalah. Dalam gelap hanya doa agar kelak kuburku diberinya terang. Lebih dari lima belas menit didalam sana, saat keluar Subhanallah aku bisa merasakan nikmatnya hidup, indahnya warna.

Terima kasih Tuhan.. untuk hari ini, hari-hari yang lalu dan hari-hari kedepan yang Kau beri.