Hai. are U miss me?
mengetik ini aku sedang berada dikantor berhadapan dengan mu, via keyboard ditemani segelas susu hangat. mencoba menikmati setiap detik yang berlalu, menghindari tumpukan berkas yang harus berpindah format. Ok, skip saja kegiatanku saat ini.
Sabtu malam saat bersantai diteras rumah bersama kaka, keponakan dan Bundaku sayang. ada yang mengirimi selebaran, kalau esok minggu tanggal 22 September akan ada unjuk rasa. tujuannya untuk membatalkan rencana pembangunan gereja dilingkunganku tinggal. Kalau gereja tersebut jadi, rumah ku akan berada dibelakangnya. katanya selain unjuk rasa juga akan ada duduk bersama bicara secara damai.
menurut yang ku dengar rencana pembangunan ini menyalahi, karena syarat-syarat pembangunannya belum tuntas, benar atau tidaknya sakali lagi ak tak pernah tau. memilih untuk tidak terlibat kegiatan seperti itu, karena tidak mengerti arahnya. mengapa, untuk apa, dampaknya, ah daripada hanya untuk terlihat eksis ak memilih untuk menonton TV. Akankah aku dikatakan tidak membela agamaku? sedang yang ku tau agamaku tak mengajarkan hal-hal seperti itu, mungkin karena pemahaman agamaku terlalu dangkal untuk itu. dalam pikirku bukankah ada ayat ampun untuk meredam hal-hal seperti ini "Bagiku agamaku, bagimu agamamu" lalu? huuft
Bunda yang sudah mulai bertambah keras kepala saja masih bisa bilang "buat apaan sih yang seperti ini".
Hidup dilingkungan yang sekelilingnya memiliki agama yang sama, aku toh tak benar-benar merasa semakin dekat dengan-Nya dengan andil dari lingkungan. masjid ditempatku sepi-sepi saja sehari-hari, tak diramaikan dengan kegiatan-kegiatan penuh. hari senin dan kamis Jam 1 sing hingga menjelang Ashar ada pengajian ibu-ibu. Selasa-Rabu-Jumat-Sabtu ada pengajian tadarus ibu-ibu yang bisanya dihadiri tidak lebih dari 8 orang. Ada pengajian Bapak-bapak, itupun kalau tidak ada yang memiliki hajat. Pengajian remaja ada hanya dimalam jumat. selebihnya hanya tempat Sholat. ntah dengan alasan apa sejak aku tinggal disana memang seperti itu. tak jadi soal sih keadaan yang seperti itu, toh aku belajar mengaji di lingkungan yang sebelumnya aku pernah tinggal. banyak pengajian-pengajian kecil yang timbul tenggelam disini. ada juga pengajian Ibu-ibu yang senangnya ramai-ramaian malam-malam tabuh-tabuh robana, ntah untuk menyenangkan Tuhannya atau malah hanya untuk menyenangkan diri sendiri, ak hanya merasa kok menyerupai yang lain ya.
Aneh juga Pendiri tempat ibadahnya, kenapa tidak membangun dilingkungan yang banyak memeluknya. kenapa juga yang mereka tawarkan materi, mungkin memang lebih mudah bicara dalam skala angka. aku tak berusaha untuk menerka-nerka maksud ataupun tujuan mereka mendirikan tempat ibadah disini, aku toh hanya orang luar yang melihat dari luar.
Satu hal yang ku pelajari, semakin banyak tempat-tempat berkumpul, tempat-tempat ibadah, ormas-ormas terbentuk menciptakan lebih banyak lagi extrimis. Individu-individu baru yang merasa dirinya benar dengan mengatas namakan naungan mereka. membuat perbedaan semakin nyata bukan untuk menjaga keragaman lebih sering menimbulkan pertikaian.
Dari kemarin mengira-ngira akankah ada media yang mengangkat kisruh ini. dan aku membacanya hari ini di Yahoo. ntah ada dikolom media mana lagi. menjadi orang yang hanya tau kejadiannya, ternyata begini rasanya.
untukmu yang tak pernah merasakan hal serupa ini, selamat :)