Kamis, 28 November 2013

Rencanaku dalam pengawasan-Nya

Hai sayang,

Bagaimana kabarmu? Selalu luar biasa bukan? Selalu menawankan? Selalu mempesona tiap matakan? Selalu perlihatkan senyum mautmukan? Aku berharap hal yang indah-indah terjadi pada kita.

Saat menulis ini statusku sudah berbeda sayang, sudah tak sendiri lagi. Dan sampai dititik ini aku sesekali masih terpikir pertanyaan seorang kawan “Mengapa meng-iyakan, saat diajak menikah?” aku masih belum menemukan kata untuk menjawabnya selain “Karena dia”.

Idealisme kami menyeruak, ntah bias diterima oleh kepala lain atau tidak saat itu. Semua konsep, menu, detail undangan, souvenir, tempat acara hampir semuanya kami urus hanya berdua. Bukan karena tidak ada yang ingin bantu, tapi terkadang melibatkan banyak kepala bukan membuat kaki kami melangkah lebih ringan.

Jauh sebelum plan ini, aku memang sudah diminta untuk cari-cari gedung dengan harga sewa dan persyaratannya. Karena kami tak ingin merepotkan Bunda dengan urusan masak-memasak atau urusan mengkoordinir catering yang sampai dirumah, jika acara kami adakan dirumah. Selain itu kami tak pernah ingin berada sebagai tontonan dalam jangka waktu yang panjang. Jadi semua harus terhitung.

Semua pencarian ku lakukan dengan perlahan-lahan, kata orang rumah terkesan santai dan cuek. Cari informasi di google tentang semua hal yang terlintas tentang pernikahan disana. Sedikit banyak informasi yang ku baca bermanfaat dan sangat membantu. Bagus untuk tidak membuatku panic dan mengandalkan orang lain.

Tak ada suara untuk acara pernikahanku, karena aku ingin orang yang pertama kali tau dari mulutku adalah seorang kawan. Aku tak inginberhutang lebih banyak lagi padanya, walau ntah hutang apa. Memilih waktu yang tepat, bukan untuknya tapi untukku sendiri untuk menghadapinya. Egois karena aku tak bberpikir apakah waktu itu adalah waktu yang tepat baginya.

Okey, target pertamaku sukses. Tak ada kebocoran akan hal ini. Tanggal 30 September 2013 resmi rencanaku terpublikasi, walau nyatanya tak seperti itu.  Yang namanya jalan memang ga asik kalau ga ada belokan atau pun persimpangan. Akan  semraut kalau tak ada rambu jalan, tanggal 1 oktober 2013 keponakan gendut ku harus kembali ke asal kita diciptakan.
Terbayangkah apa yang terjadi dikepalaku dan hatiku. Tiga minggu jelang pernikahanku duka ini menyambangi keluargaku.  Semakin berkecamuk ketika ada saja duka yang tertangkap mata jelang hari H.