Hai
sayang,
Bagaimana
kabarmu? Selalu luar biasa bukan? Selalu menawankan? Selalu mempesona tiap
matakan? Selalu perlihatkan senyum mautmukan? Aku berharap hal yang indah-indah
terjadi pada kita.
Saat
menulis ini statusku sudah berbeda sayang, sudah tak sendiri lagi. Dan sampai
dititik ini aku sesekali masih terpikir pertanyaan seorang kawan “Mengapa meng-iyakan, saat diajak menikah?”
aku masih belum menemukan kata untuk menjawabnya selain “Karena dia”.
Idealisme
kami menyeruak, ntah bias diterima oleh kepala lain atau tidak saat itu. Semua konsep,
menu, detail undangan, souvenir, tempat acara hampir semuanya kami urus hanya
berdua. Bukan karena tidak ada yang ingin bantu, tapi terkadang melibatkan
banyak kepala bukan membuat kaki kami melangkah lebih ringan.
Jauh
sebelum plan ini, aku memang sudah diminta untuk cari-cari gedung dengan harga
sewa dan persyaratannya. Karena kami tak ingin merepotkan Bunda dengan urusan
masak-memasak atau urusan mengkoordinir catering yang sampai dirumah, jika
acara kami adakan dirumah. Selain itu kami tak pernah ingin berada sebagai
tontonan dalam jangka waktu yang panjang. Jadi semua harus terhitung.
Semua
pencarian ku lakukan dengan perlahan-lahan, kata orang rumah terkesan santai
dan cuek. Cari informasi di google tentang semua hal yang terlintas tentang
pernikahan disana. Sedikit banyak informasi yang ku baca bermanfaat dan sangat
membantu. Bagus untuk tidak membuatku panic dan mengandalkan orang lain.
Tak
ada suara untuk acara pernikahanku, karena aku ingin orang yang pertama kali
tau dari mulutku adalah seorang kawan. Aku tak inginberhutang lebih banyak lagi
padanya, walau ntah hutang apa. Memilih waktu yang tepat, bukan untuknya tapi
untukku sendiri untuk menghadapinya. Egois karena aku tak bberpikir apakah
waktu itu adalah waktu yang tepat baginya.
Okey,
target pertamaku sukses. Tak ada kebocoran akan hal ini. Tanggal 30 September 2013
resmi rencanaku terpublikasi, walau nyatanya tak seperti itu. Yang namanya jalan memang ga asik kalau ga ada
belokan atau pun persimpangan. Akan semraut kalau tak ada rambu jalan, tanggal 1
oktober 2013 keponakan gendut ku harus kembali ke asal kita diciptakan.
Terbayangkah
apa yang terjadi dikepalaku dan hatiku. Tiga minggu jelang pernikahanku duka
ini menyambangi keluargaku. Semakin berkecamuk
ketika ada saja duka yang tertangkap mata jelang hari H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda Pikirkan