Belum genap satu bulan lamanya, ketika ku dapati seseorang duduk di teras rumah dengan Bunda. Aku tersenyum mendapati sosoknya ternyata masih seperti 10 tahun yang lalu, “ Hello, lama gak kemari nih? Ada kabar apa? “ Sapaku bukan basa-basi, karena ku tau pasti siapa yang kudapati, “ hehehehe.. Lagi sibuk ambil lembur mulu, baru sempet sekarang deh” selorohnya. “Ok! sebentar ya” sergahku sebelum Ia mulai bicara lebih jauh. Kutinggalkan Ia dengan Bunda yang masih duduk diteras untuk mengganti pakaian yang kurasa lengket dibadan. Dengan segelas air ku jumpai lagi mereka diteras, kali ini sudah dengan tampilan yang relaks kaos oblong celana hawai, wajah bersih. “ Bunda, Nyonyo kemana?” tanyaku ketika belum lagi ku duduk “Beli buku tadi pamitnya” jawab Bunda diplomatis sebelum kutanyakan lebih banyak lagi. “Oh! (sekejap ku alihkan pandang lagi padanya) ayo cerita kemana aja nih lama gak kemari? Keluarga sehat? Masih ditempat kerja yang itu? Ada lowongan gak?.....” brondongan pertanyaan dari ku, dan dia mulai menjawanya dengan tersenyum “ gak kemana-mana, bergaul aja dah jaran, beneran lagi ambil lembur banyak, selain ada perlu, mendiglah dari pada diem dirumah gak dapet apa-apa. Sekarang sih dah selesai Cuma ambil lembur kalo gak tau mo ngapain liburan…” jawabnya panjang lebar yang ke dengar sambil menyeruput the digelasku sambil sesekali menjejali mulutku dengan crackers yang sedari tadi berdiam diatas meja tak ada yang menyentuh. Bicara mengalr dari satu topik ke tapik yang lain yang sesekali ditimpali Bunda atau ku beri celetukan-celetukan diselingin tawa atau sekedar seringai.
Disela perbincangan Bunda bertanya sudah makan semua atau belum. “Emang Bunda Masak?” karena kalau aku keluar rumah dari siang Bunda jarang masak. “pasti enggak kan? Tenang aja kita makan diluar, mumpung ada yang traktir nih” sebelum sempat Bunda bicara. “ tadi siang sih udah, tapi hayu kalau di ajak makan, emang mau makan dimana Bu?”jawabnya tanpa banyak pikir. “sea food depan sport clup graha” sahutku cepat. “Iya, tapi gak usah deh kalau mau makan ikan doang. Ntar abis magrib tak gorengin ikan. Kita makan dirumah aja” tanggapan bunda. “ya udah” paduan sura kompak. Sayup dikejauhan seruan-Nya berkumandang, waktu solat magrib. Ia pamit untuk ke masjid sebentar, Bunda pun Sholat dirumah. Ku putuskan untuk segera mandi, menunggu hingga Ia pamit pulang akan memakan waktu lama.
Saat semua duduk kembali di teras Bunda sudah mulai menggoreng ikan sesuai dengan ucapnya. Saat menunggu ku coba bertanya sesuatu yang membuatku penasaran (kebutuhan yang Ia bilang, sedang yang ku tau kakaknya sudah mandiri, dia sudah bisa dibilang cukup, orang tuanya masih bekerja buat apa pikirku) “Kayaknya motor baru ya? Ditukar nih?”, dia menjawab tanpa riskan “yang itu ada kok buat dirumah kan dah lunas biar gampang kalau mau kemana-mana, yang ini cash buat ku pakai sendiri”. Kami makan malam diteras yang tak seberapa luas ini. Tak seberapa lama Nyonyo pulang dengan risau dimata, mendapati sosok didepanku ini. Sosok sederhana yang bertahun-tahun menjadi penggemar setia Nyonyo, mata itu saat memandang Nyonyo tak berubah masih seperti bertahun yang lalu, sosok yang tak mendapat tempat special dihati Nyonyo sejak bertahun yang lalu, sosok hitam manis yang setiap kali bertemu dengannya aku bisa berkata dia semakin dewasa, sosok ini adik kelas di bangku SMP teman main Nyonyo bernama air (lih. Bhs. Jawa).
Aku tak mengerti mengapa Nyonyo bisa menganggapnya tak ada apalagi memberinya kesempatan. Melihat semua yang pribadinya miliki, perhatian yang diberinya, konsep hidupnya.
Tapi aku jauh lebih tak mengerti mengapa sampai detik ini masih memiliki soot mata itu. Melihat Nyonyo sering Ia dapati dengan teman spesialnya bahkan Ia pun sempat dikenalkan atau mengenal teman-teman special Nyonyo, Pribadi Nyonyo yang keras, sikap tak acuhnya yang menyebalkan.
Aku sungguh tak mengerti, saat dimana sebagian orang hanya mampu bertahan dengan rasa saat masih bergelantung pada sebuah status atau saat mata masih dapat beradu pandang. Sedang yang ini status tak ada, harapan tak tergambar tapi mata itu belum berubah. Berpikir apa rencana Tuhan untuk mereka, jika mereka bersama sungguh akan ada cerita luar biasa untuk dibagi, kalau pun tidak Aku berterimakasih menjadi saksi atas penggalan hidup kalian masing-masing.
Saat bukan logika yang bicara, tapi hati yang berkenan berbagi ruang dengan logika. Subhanallah…