Jumat, 10 September 2010

Ramadhan dikepalaKu

Ramadhan tahun ini berbeda, hampir tiap hari ada di rumah tak seperti tahun-tahun yang lalu yang hampir tiap buka puasa di pinggir jalanan kampus. Yang selalu prepare 1 botol air mineral "Aqua" dan 1 botol minuman manis "NU green Tea/Pulpy orange" gak lupa roti manis. Cewe yang punya julukan "ikan", yang ku tanggapi hanya dengan senyum-senyum. Aku selalu bingung kalau teman-teman ajak makan jajanan disekitar kampus bahkan aku lebih sering pilih tinggal sendiri diteras kampus menunggu mereka selesai makan, sesekali kuturut juga walau setelahnya sering kali aku sendiri yang merasakan akibatnya (perutku sering gak nyaman). Cewe yang katanya diomongin belagu gak mau makan "makanan sekitar kampus" yang menguras ekspresi dengan hanya menyeringai, berusaha menampik atau sengit "ya udah sih dia bisa gue gak, suka-suka gue dong mo makan dimana duit-duit gue, gak urus". Gak boong sih kadang-kadang kalau pas puasa tempo dulu tuh mikir, hampir semua tempat jajanan penuh "apa ya yang ada dikepala mereka? Lapar, terpaksa, doyan" sepertinya memang diriku belagu.

Gak ingat kapan itu teman kampus ngajak makan bubur ayam di depan kampus, Ugie namanya gak akan berkesan kalau saat dia ngajak gak diawali dengan " Makan bubur di depan kampus yuk? gue yang traktir. Hmm, puji pasti gak mau ya? gak doyan ya? " hahahaha. Padahal emang siap-siap nolak, akhirnya makan juga. satu rasa tergambar "asin". Satu kenangan manis sekaligus miris sepertinya memang yang tergambar dari sosok ku adalah pribadi yang sungguh berbeda dari kebanyakan. terkadang ingin menjelaskan bukan aku tak mau tapi tak bisa semau-maunya aku, Perut ini aku yang punya dan sulit untuk ku jelaskan.

Ahh..Sudah lah bukan diriku saat itu yang ingin ke ceritakan

***
Ntah mulai kapan Aku menyikapi ramadhan bukan sekedar kewajiban. Aku benci saat dimana-mana bergaung seruan untuk memperbanyak Ibadah di bulan Ramadhan. Bukan tidak setuju tapi gerah, kemana ustadz dan ustadza sebelas bulan yang lalu. Bukankah tiap hari harusnya kita beribadah, bukan hanya karena iming-iming sepotong pahala lebih karena memang sudah seharusnya wujud rasa syukur untuk setiap hal yang kita terima, untuk setiap tarikan nafas. Ntah lah kapan paradigma sinis itu terbentuk. Mungkin lelah melihat kegiatan tahunan yang menjadi sebuah rutinitas, mungkin gerah mind set yang terbentuk di masyarakat begitu rendah ah terlalu aroga kalau ku katakan seperti itu ku ganti dengan kata sederhana saja agar tak terlalu arogan.

Ramadhan tahun ini secara keseluruhan banyak peningkatan, Materiil maupun Imateriil. Banyak kejutan yang seyogyanya harus benar-benar ku syukuri. Plan dari tahun lalu setidaknya tergenapi, kalau ada yang tak sesuai ku wajarkan toh aku hanya pembuat proposal kalau di edit-edit sedikit oleh yang Empu hal lumrah. Aku tutupi kebutuhan Bunda dari sen-sen yang tersisa di tiap bulan, setengah THR memang sudah ku persiapkan untuk berbagi setelah mendapat Ridho dari Bunda, sebagian yang lain ke genapi kewajibanku sebagai kakak, adik, dan Tante untuk 6 keponakanku.

Bunda tanya pertanyaan simple yang tak di pertanyakan oleh yang lain, "Untuk Kamu?". aku tersenyum haru walau culas dalam benak berpikir basa-basikah pertanyaan itu, karena sadar bukan bagianku mendapat perhatian seperti itu. Karena aku mengerti pola didik dan lingkungan pergaulan yang ku pilih tak berlawanan hingga cukup terpatri bagai mana cara menerima dan memberi. Selintas Aku berpikir benarkah aku sendiri yang mengerjakan ini, tapi enggak saat ku ketik bagian ini sudah terdengar takbir dimana-mana dan ku sadari tangan-tangan-Nya bekerja untuk ku. Bukan tradisi di keluarga kecilku untuk menyiapkan bermacam-macam kue, tapi luar biasa hampir tiap tahun ada saja yang mengirimkan bingkisan ke rumah. Apa yang bisa ke lakukan selain mengucap terimakasih untuk semua yang di beri-Nya. Memohon agar kelak dengan pendamping, tanganku ini lebih ringan lagi dalam memberi.

Saat mengetik ini aku masih juga galau dengan banyak hal, ceramah-ceramah yang kudengar membuat ku mengoreksi banyak hal yang terjadi dalam perjalanan hidup ku satu tahun ini. Kejadian-kejadian kecil selama ramadhan juga turut menyentil hati. Up and down rasa di hati ku, saat rasa hati up semua nya berjalan positif, cara berpikirku, tadarusanku, sholat sunnahku berbanding terbalik saat Down semua tergerogoti aura negatif bahkan fisik pun ikut drop, 6 hari gak puasa, gak tadarusan, gak sholat, terkapar demamperut nyeri untung tersamar karena memang masa istirahat. Saat gejala demammulai kurasakan, Aku mendapat kabar dari seorang teman bahwa Robby teman campus sakit dirawat di RS. Hermina, ku niatkan untuk kuat dan harus mengunjunginya tapi lagi-lagi semua hanya rencanaku. suhu badanku semakin tinggi, semakin sering buang air besar. ku kirim pesan singkat mengatakan maaf tak tepati janji, berpikir mampukah aku bercerita keadaanku pada seorang yang lain diluar sana. Berterimakasih karena ku tau aku tak bisa berbagi seperti dia ku mampu memotivasi diri untuk bisa bertahan baik-baik saja.

Banyak yang menganggap 1 bulan ini mampu menghapus dosa 11 bulan kebelakang, terkadang tergelitik kok seneng ya 11-1 = 0 hahahaha klo benar nol kalau malah minus sekian, wah repot sepertinya. Harusnya sebelas tambah satu menyisakan plus-plus untuk tabungan kedepan. Zakat di indonesia selalu menyisakan cerita, begitu melempemnya mental masyarakat atau memang kehidupan membawa mereka jauh dalam kemiskinan hingga miskin segala-galanya, mengiba-iba mengaku membutuhkan untuk rupiah yang tak seberapa besar, miris.Banyak hal yang tidak sesuai dengan ingin ku yang tak mampu kuceritakan, Mungkin terlalu Idealis atau terbiasa berpikir sendiri, ntah lah.

Aku menikmati Ramadhan tahun ini, dan banyak diluar sana mungkin memiliki cerita menarik dan sama denganku menikmati ramdhan yang tak tahu tahun depan masih bisa merasakannya lagi atau tidak. selamat Hari Raya Idul fitri 1431 H mohon maaf lahir & batin, semoga kebaikan ramadhan terbawa sampai hari-hari depan, Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan