Jumat, 03 September 2010

Journey - 1


Saat gambar ini diambil, aku sedang berpikir sedang apa aku ada di tempat ini? untuk apa pula disini? memuaskan ego? menunjukan pada dunia aku pernah menginjakkan kaki disini? membuktikan keindahan bangunan ini? mengakui keajaiban teknologi pada masanya? untuk merekam segalanya lalu mengkritisi bagian lain tempat ini yang tak tepat menurut logikaku?

Berdiri didepan stupa itu, aku dapat memandang jauh. Bentangan birunya langit berhias putihnya sang awan, kupandangi mencari beda dengan yang ku pandang di graha. Memang berbeda, semua tempat memang istimewa. Juga hamparan hijau tetumbuhan yang menyelimuti bukit bergulung-gulung. Terimakasih untuk kesempatan ini, Ya Robb.

Ku turunkan sedikit pandanganku ke bawah, begitu banyak manusia disana. Beragam etnis berkumpul di tempat ini. Aku tergelitik ingin tau apa yana ada di kepala mereka? apa yang mereka cari disini?

muda-mudi lokal maupun bukan ternyata hanya ingin plesiran, jeprat-jempret lensa kamera sambil bergaya didepan stupa yang mungkin jika aku tergelitik untuk bertanya "peninggalan kerajaan apakah candi yang kita pijaki ini?" mereka akan menggeleng juga atau mungkin tak seburuk itu, semua hal menari-nari dikepalaku. Tak ubahnya muda-mudi itu, laki-laki dan perempuan yang mengandeng anak-anak mereka pun tak beda. Yang nampak hanya sebatas mengenalkan bahwa ini candi borobudur satu dari 7 bangunan yang pernah menjadi keajaiban dunia. ku lewati mereka tanpa kesan.

Aku terkagum melihat pribumi-pribumi yang lancar berbahasa asing Japan, Dutch, Spain, England. mereka itu Guide di Candi ini, sebagian besar yang menyewa mereka adalah turis-turis asing yang memang ingin mengetahui lebih bukan sekedar mengenal tempat ini. Ada juga Guide dari luar negeri tapi nampaknya adalah kawan dari tamunya dan berarti bukan sekali ini Ia berkujung.

Perbedaan besar tergambar saat kulihat saudara satu bangsaku dan tamu dari luar, saat di setiap sudut stupa terdapat peringatan "Jangan di naiki/please don't climb/(satu bahasa kanji china)" bangsaku hanya menganggapnya angin lalu pelengkap situs kebudayaan berbeda dengan tamu dari luar mengganggap aturan itu sebagai sesuatu yang harus dihargai bahkan saat guide mereka menawarkan untuk berfoto lebih dekat dengan stupa, bahkan mereka mampu menolaknya secara tegas "NOT FOR CLIMB" untuk mereka aku tersenyum dan mencibir untuk bangsaku sendiri.

Serta merta pipi tembem ku memerah kesal, kecewa, malu dan sadar bahwa pendidikan mental di negara ku bobrok. bergegas ku tinggalkan tempat ini sebelum ku mengutuki banyak hal, karena aku sudah dapati lebih dari yang aku cari. Bagaimana mungkin sesuatu dihargai jika tak dapat melakukan hal yang sama.

Untuk perjalanan singkat ku yang penuh warna, untuk orang-orang yang ku jumpai waktu itu, untuk sikap mental yang dapat ku berikan pada generasi-generasi keturunanku, TRIMAKASIH. andai waktu membawaku kembali ketempat ini Ingin ku dapati motivasi baru semangat perubahan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan