Apapun yg terlintas dibenak ...dalam Idiom, dalam Puisi, dalam cerpen yang dapat membuat merasa hidup. karena dapat berbagi...walau nyatanya memang untukku sendiri, hanya untukku sendiri
Senin, 27 September 2010
-jatuh-
Minggu, 26 September 2010
Cerita seorang kawan,
Bangun setiap pagi dengan rencana kegiatan sebelumnya, tiap hari sudah menjadi kebiasaannya. Minggu ini plan A-nya pergi ke Kubah Mas dan plan B-nya mengunjungi gelaran tahunan milik pemkot
Sekitar jam 3-an, dia memulai perjalanannya, Plan A gagal total karena tak ada yang bisa dikerjakan di masjid dengan kondisi “berhalangan”, menjalankan plan B. sampai di sana sudah lebih teduh, satu hal tergambar dalam benaknya “luar biasa”. Bayangkan banyak kepala berkerumun panjang dan itu di lihatnya dari kejauhan, setelah dekat ternyata mereka semua mengerumuni selokan atau kali kecil ntahlah yang hitam pekat untuk memeriahkan bagian acara Lebaran betawi itu “Mancing”. Putar-putar lihat ini dan itu, tak se-luar biasa perkiraannya tapi cukup menyenangkan melihat banyak gelak tawa disana.
Makan siang jam 5 di Genteng merah menu siang ini beef lasagne, mocha float. Disambung nonton Vampire suck. Pulang jam 7-an, Bunda dan adiknya keluar. Pikirnya tahu rasa keluar sendirian. Akhirnya di pilih buat tunggu di corner café dekat rumahnya, lumayan sambil makan malam coklat panas plus pisang bakar ditemenin celendion. Sejauh ini semua asik lancar dan wajar.
Sampai, BUGG!! Tubuh kecilnya terjerembab dianak tangga dekat kasir saat ingin melakukan pembayaran. Lututnya memar biru, sakit gak terlalu malu karena sedang sepi pengunjung. Maklum masih sore. Di atas kudanya berpikir “ gak lucu banget dah setua ini masih jatuh gak ada sebab juga. Huff…diketawain deh dirumah hobby kok jatuh”.
Karena ada kejadian itu hari ini seru katanya …. “Sekali lagi aku menertawakan diri sendiri”
Sabtu, 25 September 2010
bukan apa-apa
Jumat, 24 September 2010
Jumat, 10 September 2010
Ramadhan dikepalaKu
Gak ingat kapan itu teman kampus ngajak makan bubur ayam di depan kampus, Ugie namanya gak akan berkesan kalau saat dia ngajak gak diawali dengan " Makan bubur di depan kampus yuk? gue yang traktir. Hmm, puji pasti gak mau ya? gak doyan ya? " hahahaha. Padahal emang siap-siap nolak, akhirnya makan juga. satu rasa tergambar "asin". Satu kenangan manis sekaligus miris sepertinya memang yang tergambar dari sosok ku adalah pribadi yang sungguh berbeda dari kebanyakan. terkadang ingin menjelaskan bukan aku tak mau tapi tak bisa semau-maunya aku, Perut ini aku yang punya dan sulit untuk ku jelaskan.
Ahh..Sudah lah bukan diriku saat itu yang ingin ke ceritakan
***
Ntah mulai kapan Aku menyikapi ramadhan bukan sekedar kewajiban. Aku benci saat dimana-mana bergaung seruan untuk memperbanyak Ibadah di bulan Ramadhan. Bukan tidak setuju tapi gerah, kemana ustadz dan ustadza sebelas bulan yang lalu. Bukankah tiap hari harusnya kita beribadah, bukan hanya karena iming-iming sepotong pahala lebih karena memang sudah seharusnya wujud rasa syukur untuk setiap hal yang kita terima, untuk setiap tarikan nafas. Ntah lah kapan paradigma sinis itu terbentuk. Mungkin lelah melihat kegiatan tahunan yang menjadi sebuah rutinitas, mungkin gerah mind set yang terbentuk di masyarakat begitu rendah ah terlalu aroga kalau ku katakan seperti itu ku ganti dengan kata sederhana saja agar tak terlalu arogan.
Ramadhan tahun ini secara keseluruhan banyak peningkatan, Materiil maupun Imateriil. Banyak kejutan yang seyogyanya harus benar-benar ku syukuri. Plan dari tahun lalu setidaknya tergenapi, kalau ada yang tak sesuai ku wajarkan toh aku hanya pembuat proposal kalau di edit-edit sedikit oleh yang Empu hal lumrah. Aku tutupi kebutuhan Bunda dari sen-sen yang tersisa di tiap bulan, setengah THR memang sudah ku persiapkan untuk berbagi setelah mendapat Ridho dari Bunda, sebagian yang lain ke genapi kewajibanku sebagai kakak, adik, dan Tante untuk 6 keponakanku.
Bunda tanya pertanyaan simple yang tak di pertanyakan oleh yang lain, "Untuk Kamu?". aku tersenyum haru walau culas dalam benak berpikir basa-basikah pertanyaan itu, karena sadar bukan bagianku mendapat perhatian seperti itu. Karena aku mengerti pola didik dan lingkungan pergaulan yang ku pilih tak berlawanan hingga cukup terpatri bagai mana cara menerima dan memberi. Selintas Aku berpikir benarkah aku sendiri yang mengerjakan ini, tapi enggak saat ku ketik bagian ini sudah terdengar takbir dimana-mana dan ku sadari tangan-tangan-Nya bekerja untuk ku. Bukan tradisi di keluarga kecilku untuk menyiapkan bermacam-macam kue, tapi luar biasa hampir tiap tahun ada saja yang mengirimkan bingkisan ke rumah. Apa yang bisa ke lakukan selain mengucap terimakasih untuk semua yang di beri-Nya. Memohon agar kelak dengan pendamping, tanganku ini lebih ringan lagi dalam memberi.
Saat mengetik ini aku masih juga galau dengan banyak hal, ceramah-ceramah yang kudengar membuat ku mengoreksi banyak hal yang terjadi dalam perjalanan hidup ku satu tahun ini. Kejadian-kejadian kecil selama ramadhan juga turut menyentil hati. Up and down rasa di hati ku, saat rasa hati up semua nya berjalan positif, cara berpikirku, tadarusanku, sholat sunnahku berbanding terbalik saat Down semua tergerogoti aura negatif bahkan fisik pun ikut drop, 6 hari gak puasa, gak tadarusan, gak sholat, terkapar demamperut nyeri untung tersamar karena memang masa istirahat. Saat gejala demammulai kurasakan, Aku mendapat kabar dari seorang teman bahwa Robby teman campus sakit dirawat di RS. Hermina, ku niatkan untuk kuat dan harus mengunjunginya tapi lagi-lagi semua hanya rencanaku. suhu badanku semakin tinggi, semakin sering buang air besar. ku kirim pesan singkat mengatakan maaf tak tepati janji, berpikir mampukah aku bercerita keadaanku pada seorang yang lain diluar sana. Berterimakasih karena ku tau aku tak bisa berbagi seperti dia ku mampu memotivasi diri untuk bisa bertahan baik-baik saja.
Banyak yang menganggap 1 bulan ini mampu menghapus dosa 11 bulan kebelakang, terkadang tergelitik kok seneng ya 11-1 = 0 hahahaha klo benar nol kalau malah minus sekian, wah repot sepertinya. Harusnya sebelas tambah satu menyisakan plus-plus untuk tabungan kedepan. Zakat di indonesia selalu menyisakan cerita, begitu melempemnya mental masyarakat atau memang kehidupan membawa mereka jauh dalam kemiskinan hingga miskin segala-galanya, mengiba-iba mengaku membutuhkan untuk rupiah yang tak seberapa besar, miris.Banyak hal yang tidak sesuai dengan ingin ku yang tak mampu kuceritakan, Mungkin terlalu Idealis atau terbiasa berpikir sendiri, ntah lah.
Aku menikmati Ramadhan tahun ini, dan banyak diluar sana mungkin memiliki cerita menarik dan sama denganku menikmati ramdhan yang tak tahu tahun depan masih bisa merasakannya lagi atau tidak. selamat Hari Raya Idul fitri 1431 H mohon maaf lahir & batin, semoga kebaikan ramadhan terbawa sampai hari-hari depan, Amin
Jumat, 03 September 2010
Journey - 1
Saat gambar ini diambil, aku sedang berpikir sedang apa aku ada di tempat ini? untuk apa pula disini? memuaskan ego? menunjukan pada dunia aku pernah menginjakkan kaki disini? membuktikan keindahan bangunan ini? mengakui keajaiban teknologi pada masanya? untuk merekam segalanya lalu mengkritisi bagian lain tempat ini yang tak tepat menurut logikaku?
Berdiri didepan stupa itu, aku dapat memandang jauh. Bentangan birunya langit berhias putihnya sang awan, kupandangi mencari beda dengan yang ku pandang di graha. Memang berbeda, semua tempat memang istimewa. Juga hamparan hijau tetumbuhan yang menyelimuti bukit bergulung-gulung. Terimakasih untuk kesempatan ini, Ya Robb.
Ku turunkan sedikit pandanganku ke bawah, begitu banyak manusia disana. Beragam etnis berkumpul di tempat ini. Aku tergelitik ingin tau apa yana ada di kepala mereka? apa yang mereka cari disini?
muda-mudi lokal maupun bukan ternyata hanya ingin plesiran, jeprat-jempret lensa kamera sambil bergaya didepan stupa yang mungkin jika aku tergelitik untuk bertanya "peninggalan kerajaan apakah candi yang kita pijaki ini?" mereka akan menggeleng juga atau mungkin tak seburuk itu, semua hal menari-nari dikepalaku. Tak ubahnya muda-mudi itu, laki-laki dan perempuan yang mengandeng anak-anak mereka pun tak beda. Yang nampak hanya sebatas mengenalkan bahwa ini candi borobudur satu dari 7 bangunan yang pernah menjadi keajaiban dunia. ku lewati mereka tanpa kesan.
Aku terkagum melihat pribumi-pribumi yang lancar berbahasa asing Japan, Dutch, Spain, England. mereka itu Guide di Candi ini, sebagian besar yang menyewa mereka adalah turis-turis asing yang memang ingin mengetahui lebih bukan sekedar mengenal tempat ini. Ada juga Guide dari luar negeri tapi nampaknya adalah kawan dari tamunya dan berarti bukan sekali ini Ia berkujung.
Perbedaan besar tergambar saat kulihat saudara satu bangsaku dan tamu dari luar, saat di setiap sudut stupa terdapat peringatan "Jangan di naiki/please don't climb/(satu bahasa kanji china)" bangsaku hanya menganggapnya angin lalu pelengkap situs kebudayaan berbeda dengan tamu dari luar mengganggap aturan itu sebagai sesuatu yang harus dihargai bahkan saat guide mereka menawarkan untuk berfoto lebih dekat dengan stupa, bahkan mereka mampu menolaknya secara tegas "NOT FOR CLIMB" untuk mereka aku tersenyum dan mencibir untuk bangsaku sendiri.
Serta merta pipi tembem ku memerah kesal, kecewa, malu dan sadar bahwa pendidikan mental di negara ku bobrok. bergegas ku tinggalkan tempat ini sebelum ku mengutuki banyak hal, karena aku sudah dapati lebih dari yang aku cari. Bagaimana mungkin sesuatu dihargai jika tak dapat melakukan hal yang sama.
Untuk perjalanan singkat ku yang penuh warna, untuk orang-orang yang ku jumpai waktu itu, untuk sikap mental yang dapat ku berikan pada generasi-generasi keturunanku, TRIMAKASIH. andai waktu membawaku kembali ketempat ini Ingin ku dapati motivasi baru semangat perubahan baru.