Kamis, 21 Oktober 2010

omong kosong soal cinta

Hari kamis sebelum jam makan siang, aku sudah asik berada di dunia maya. Seperti biasa sebelum membaca artikel-artikel yang berkeliaran bebas ku buka FB. Ada tiga pesan, aku hanya ingi menceritakan satu pesan dari Hengky teman kampus ku, karena yang lain pesan biasa dari link yang aku ikuti. Di pesannya hengky mengundang untuk datang ke resepsinya tanggal 9 Oktober 2010 di gedung surya Kencana Jatake jam 10.00-12.00 WIB. Yang tak ku hadiri

Menerima kabar itu jadi ingat Rani, teman dekat hengky yang sempat ku kenal. Gimana perasaannya ya? Kabar terakhir dia yang ku tau dia masih kecewa dan berat untuk menerima semua hal yang pernah dilalui bersama hengky menjadi biasa-biasa saja, dan sekarang sedang melakukan pendekatan dengan seorang temannya. Ku coba menghubungi lewat hp nya, gak bisa. Karena ku pikir aku hutang janji untuk mengabari hal yang terjadi pada Hengky untuknya, karena Ia meminta jauh sebelum hari ini. Dengan berat ku pikir ya sudah lah mungkin Hengky sudah menghubunginya langsung.

***

Siang tadi sempat ngobrol dengan Rani Via YM. Hal-hal sederhana kabar, lama gak liat akun Ym-nya, sibuk apa, cerita perkembangan hubungannya. Sampai ku bilang “Lo dah tau kan klo hengky married?! Lo dateng?” dia jawabnya “Iya, gw tw dr widi. Gw gak dateng gak diundang, widi juga. Emang lo dateng?”. Aku bilang “gak bisa dateng kerja, ohh… g kira hengky sendiri yang kasih kabar ke lo?! Ya udah lah..lo gak apa kan” dia jawab yang menurutku sedikit emosi “ya udah sih gak penting juga, g juga lagi berusaha ngelupain dia. Masih sakit hati” tumben perasaanku jadi gak enak dengernya, biasanya pasti bakal dua-tiga kali ngeluarin statement yang lebih menyebalkan “Bukan penting gak penting sih yang ada dikepala g, g kira lo mau denger klo gak g minta maaf. G Cuma inget lo minta g kbrin klo ada yg g tw tentang hengky. Klo sekarang lo mau tutup semua akses tentang dia, ok andai ada kbr g gak kasih tw lo.. g beneran minta maaf klo nyinggung lo, g kira lo dah ikhlas” emosinya dia down juga “ sorry ji, g agak emosi.. g emang belom bisa ngelupain sakit hati g ke dia. Tapi nanti g juga ingin dia bahagia… sekarang g lg ada masalah yg lebih urgent di keluarga g” gak ingin ikutcampur “g harap ada yang bisa ngedenger cerita-cerita lo kasih masukan buat lo, g harap masalah lo kelar”…

Setelah putar ulang apa yang ku baca tadi siang, jadi ingat kawan ku, Koko. Saat kali pertama ku berbincang dengannya tentang Rani, Henky dan teman dekat hengky yang sekarang menjai pendampingnya (tya). “Ay, hengky tuh pasti punya alasan kenapa gak pilih rani dan pilih tya. Kalau aku jadi hengky ku juga mungkin pilih tya” sambungnya “lebih asik tya ah keliatannya”. Ku goda dia “apa yang kamu liat?” dia bilang “hahahaha… mancing dia, mantab, ay” aku diam, bukan marah, gak senang atau penasaran. Tiba-tiba “Ay, marah ya? Wajar kali cowo” tersadar kalau dari tadi aku diam “Hmm, gak.. gak napa-napa..gak tau” dia langsung sambung “huaa…. Jangan diam, aku gak tau yang kamu pikirin” …

Aku mungkin memang aneh. Aku berusaha memposisikan diri sebagai Rani lalu hengky sebentar Tya dan diam dalam bayang-bayang koko. Orang-orang yang mungkin terlalu berani bermain hati, hingga harus menghancurkan bongkahan-bongkahan rasa yang telah tumbuh, hingga memaksa waktu mengobati rasa hatinya atau aku yang terlalu penakut bermain hati hingga tak ingin menghancurkan apa yang sudah kurasakan, hingga egois ingin berkawan waktu yang lalu dan yang kini.

Aku tak mengerti mengapa cinta bisa terlihat begitu membingungkan? Kenapa cinta bisa berpaling? Mengapa tabu mengatakan aku cinta dia dan dia? Mengapa cinta ada batasan kebersamaan? Mengapa cinta begitu terikat dan saat terputus hilang, menguap tanpa sisa untuk di kenang? Mengapa cinta dimulai dengan kata manis bukan sewajarnya hingga bisa berubah menjadi makian atau hinaan? Mengapa cinta bisa hilang?

Mungkin aku yang bermasalah, bukan yang lain. Aku terbiasa mencintai sosok tanpa bisa ku miliki utuh, Aku terbiasa memandang positif banyak hal, Aku terbiasa untuk tidak peduli yang bukan urusanku, Aku terbiasa hidup dengan caraku.

Aku mungkin akan bermasalah saat ku katakana aku mencintai banyak orang termasuk kamu, diluar keinginan untuk bersama, diluar logika, diluar ekspektasiku.

Karena Rani, Aku menyadari bukan yang disana yang bermasalah, tapi aku yang terlalu berbeda. Orang yang asik hidup di idealismenya sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan