Senin, 31 Januari 2011

"Raga" 300111

Jalan-jalan penuh keringat

Pagi-pagi goes sepeda jam 5.30 dari rumah menuju metropolis townsquare, lewat pasar becek penuh ojek. Berlalu lewat cipondoh, ternyata abu-abu air setu cipondoh pagi-pagi gini tidak enak dipandang (seram), lengang sampai masuk ke perumahan Modernland. Banyak juga yang satu tujuan rupanya. Sampai sana masih segar (gaya…), ngeliat tempat nya ngerasa feel aja kalau acara ini gak terlalu asik. Sepanjang memandang gak ada kehebohan panitia.

Benar aja baru mulai start aja dah berantakan, gak semua lewat start yang di tentuin jadi lewat semua pintu yang bisa dilewatin (parah). Sampai di jalan raya gak ada panitia acara yang koordinasi di tikungan flyover sudirman *Gilalah jalanan rame pula, aku jadinya nyembil-nyempil deh. Turun kearah perintis kemerdekaan, maju terus lewat pinggir kali cisadane (L gak ada tempat yang dulu lagi, semua berubah). Bablas lewat jembatan ke jalan otista, ngelewatin dak kenangan ku dulu. Ambil kanan lewat depan hermina, RS., dan klenteng Boen tek Bio. Dari jembatan belok kiri ke Jalan taruna lewat depan staion benteng. Terus kedepan lalu belok kanan gak jauh tempat ku diajak makan laksa lewat tangCity tembus perintis balik lagi ke sudirman sampai di metos again and finish. Masih merasa baik-baik saja secara fisik dan mood.

Ambil snack dari panitia, panitianya ribet hobby nyampah. Dikasih kotak isinya 3 macam kue, kue lapis legit, kue lapis sagu sama lumpia ditambah air mineral gelas. Gak praktis kayak yang lainnya (biasanya Cuma 2 macam tanpa kardus/gak banyak sampah). Bisa dibayangkan, dengan peserta yang banyak dan sedikit memiliki kesadaran akan kebersihan juga panitia yang sedikit yang tidak kalah acuhnya ditambah tidak banyak tersedianya tempat sampah tapi untungnya petugas kebersihan Mall, ready dengan wajah manyun.

Mulai BT karena kepanasan, nyonyo belum mau di ajak pulang makin bikin lemes.

Pulang dari sana sekitar jam 10-an. Kali ini lewat belakang. Lewat mayapada hospital *cape-cape bisa senyum lewat sini. Gak tahan sama panasnya, bikin badan lemes. Dan bukan aku kalau ada di urutan depan. Bukan pula Aku tanpa membawa cerita incident mengkhawatirkan (dipertigaan mau ke jalan cipete pasti jatuh kalau gak ada motor disamping). Sampai rumah Jam 12.30..cape walau gak berasa pegel.

Hampir jam 12 terkapar masih dengan pakaian berkeringat. Jam 12.30 bangun karena lapar makan nasi lauk pepes tahu gak cukup, Ngeliat yang lain makan mie rebus ikut makan lagi.

Take a bath jam 3-an, meluncur lagi ke jala raya serpong. Niat santap soto talang khas tegal dan tahu pletoknya. Tempatnya didepan Outo2000, gak besar dan ternyata punya cabang di pasar sipansa. Rasa manis tapi pedesnya pol, keringetan lagi.

Jalan-jalan minggu ini berakhir di penjaja kue dongkal di pinggir jalan masuk Graha.

Next target : Soto Banjar

"kepala" 110130

Hmm.. mengurut isi kepala yang awut-awutan…

Hari jumat 28 januari 2011

Dari pagi semua kelihatan normal-normal saja, gak ada yang salah. Sampai kantor juga gak ada yang salah. OL gak liat ada tanda-tanda keberadaannya, meyakinkan hati untuk bisa berkompromi dengan kepala. Sore terima telpon, ada undangan Interview di kawasan gading serpong untuk besok. Pulang kerumah dicuekin semua orang, bingung? (pasti) tapi ya sudah lah memilih untuk menunggu perubahan besok aja. Malam tidur di depan TV, kebangun berasa ada yang bilang “dingin ay”. Liat jam ternyata baru jam dua, dan emang aku tidur meringkuk, sampai pagi di depan Tv

Hari sabtu 29 Januari 2011

Gak cerita sama orang rumah kalau dapat undangan interview, gimana mau cerita mukanya pada serem-serem. Sangsi sama tempatnya, kirim sms ke kawanku, ku kira dia lewati jalur itu. Ditunggu gak ada kabar, akhirnya telp ke nomor yang kemarin sempat dikasih. Choise property kata orang di ujung telp sana.Akhirnya gak datang. Jam 9-an ada sms masuk yang ternyata dari kawanku yang tanya ada apa,seperlunya ku jawab dan gak tau kenapa ku pastikan keadaannya. Jawab yang kudapat tidak baik, dalam bahasa yang tersamar. Berlalu tanpa bayangnya.

Hari minggu 30 Januari 2011

Dini hari terjaga lagi kali ini lebih pagi jam 3-an, pindah tidur dari kamar belakang ke kamar depan. Gak bisa langsung tidur, sms tapi langsung ada sms balik ternyata Hp sudah tidak bisa aktif. Satu hari ya satu hari, ya sudah lah. Jam 4.30 bangun, prepare goes sepeda lebih dari 20 km. Di jemput sama temennya nyonyo, bertiga start point at home 5.30. sebelum berangkat bunda titip pesen ke temennya nyonyo, aku jangan di tinggal. Malu deh kadang-kadang.

Gak salah juga sih dibilang gitu, baru keluar gang aja aku dah ada di belakang (hahahahaha…). Di perjalanan Aku berterimakasih masih bisa pagi-pagi bersepeda, lalu tersentak teringat kawanku yang kemarin katanya tidak enak badan.

Dari kemarin masih simpan rasa simpati untuknya, tapi hari ini tiba-tiba ada kemarahan yang ntah dari mana. Manusia gak bertanggungjawab, setua itu bertanggungjawab atas dirinya sendiri aja gak becus. Belum lama ada anak temenku sakit gara-gara terlalu higienis, pas terkontaminasi dikit langsung konsumsi obat deh. Ada juga temenku sakit gara-gara konsumsi tanpa pandang bulu. Heran deh, kenapa coba orang gak bisa hidup normal-normal aja. Bertanggungjawab atas diri sendiri aja ribet gimana bertanggungjawab atas diri orang lain dan gimana tangungjawab atas hal-hal lainnya. Meredam yang ku pikir karena gak ada guna, biar aja mereka dengan caranya. Tarik nafas buang…. Wuuuuu…..saaaaaaaaaaa……..

AH! Mantap nih perut


Saturday is a day for eat
Sebelum berangkat kantor hampir 300 ml susu vanilla hangat dan roti bersemayam di lambung.

Sampai kantor, jam 9-an ada yang bawain bubur garut.. buburnya gak rame cuma ada suiran ayam ama potongan cakwe, standarlah ada kerupuknya. Hajar…

Siang, pas jam 12. Mie ayam gerobak depan kantor. Not bad lah ya, td kan dah ke isi bubur, peut aman. Sikat…

Selesai benerin sepeda wara-wiri, mangkal di rumah makan mie ayam kampong, kali ini makan pangsit kuah..nyus… seger

Sudah itu semua malam masih iseng, diteras ditutup segelas susu hangat, coklat bar “chungky”, biscuit marrie, malam pun ku lewati..

Jumat, 28 Januari 2011

melengkapi

Rabu, 26 Januari 2011

dari yang ku tau hingga ku kenal

Mengomentari seseorang yang katanya mengalir, lewat bibir kecil tanpa suara. Dia yang menurutku tidak mengalir begitu saja, pasti terkontaminasi banyak hal, sampah, limbah mungkin zat penjernih kimia. Dia, yah dia yang membuatku tak habis pikir, yang mungkin jika kami mengalir bersama belum tentu berlabuh dimuara. Melihat atom-atom yang mengisi diri ku dan dirinya sangat berbeda, yang mungkin bependar untuk sesaat lalu jenuh. Atau … ntahlah

***

31 Desember 2008, awal kali aku berbincang dengannya tanpa topeng. Hahahahaha … mungkin sedikit berlebihan tapi nyatanya itu yang kurasakan. Menanggalkan busana arogansi, atribut basa-basi dan jujur untuk sesaat terasa canggung. Aku tau akan dia jauh hari sebelum aku mengenalnya saat berhadapan hari itu, yang juga belum bisa di katakana kenal.

Aku menanyakan apakah Ia mau sholat magrib yang saat itu di anggapnya sebagai ritual yang belum dia butuhkan. Yang sudah ku duga akan seperti itu jawabnya, ku pikir karena orangnya dimuka ku kenapa tidak ku dapatkan penjelas darinya langsung – bukan yang lain (menganggap ada celah aku tak merasa sungkan bertanya lebih jauh, walau dari matanya banyak kebingungan terpancar. Mungkin dipikirnya aku terlalu lancang atau mungkin malah tidak mengira kenapa aku tertarik (terakhir ku tau dia merasa aneh)).

Terlalu banyak pertanyaan kenapa waktu itu, seolah terlalu banyak yang aku tau atasnya. Aku melihat caranya mengumpulkan banyak kata yang tak banyak terucapkan penuh gerak yang tidak dibutuhkannya (garuk-garuk kepala).

“Aku islam karena orang tuaku islam, dan belum berani ngapa-ngapain. Takut aja… sebenernya agama itu kan yang ciptain manusia, emang kamu tau apa yang kamu yakini. Belum masuk akal tuh ritual-ritual yang ada, nyanyi-nyanyi di gereja buaaat apa! Terus sembahyang! Percumakan! banyak tuh yang ke gereja yang sholat tapi juga bejat”

Aku dengarkan dia bicara panjang lebar, yang ku rasa caranya mempertahankan diri. Andai saja kata-katanya tak bimbang, sanggup bilang “aku tak butuh aturan-aturan itu”. Semua selesai, tapi tidak. Semua yang didirinya serba setengah.

“Aku belum bisa kayak temenku dan mamanya, yang gak peduli apa kata orang. Tapi tetep bisa ngehargai orang-orang itu. Yang ber-Tuhan walau gak beragama, Kalau Tuhan emang ada satu kenapa mesti ada ritual yang beda-beda. Manusia kan yang mendeskripsikan Dia dengan caranya masing-masing. Aku pingin kayak gitu”

Mendengar setiap kalimat yang keluar darinya, aku terkikik juga, tak pelak kata aneh sering terlontar. Buat ku aneh ada manusia yang masih ngeja tapi ingin bersyair. Umur nya buat ku gak terlalu muda, tapi cara pikirnya buat ku tercengang gak habis pikir. Diantara bombardir kata yang terlontar dari mulut ku ada hal yang coba dia cerna (ntahlah atau mulai muak dengan cara bicaraku).

“Nanti, nanti, nanti, tapi gak saat ini”

Dan belum lama ini,

Dipenghujung tahun, Desember 2010 duduk bersama berbicara hal remeh temeh untuk cairkan suasana. Aku tak mampu bilang dia berubah tapi terlalu riskan katakan dia masih seperti dulu.

Bersama ku, dia begitu tenang walau tidak pernah mengerti apa yang ada di kepala. Apa yang sedang di negosiasikan logika dan hatinya tapi tidak ada gerakakan tidak penting (hmm… bukan tidak ada tapi relative sedikit sekali) dan ntah benar adanya atau karena yang disampingnya aku.

Ada komunikasi tanpa suara yang kami jalani belakangan. Aku tak bisa mendeskripsikan apa yang ada dikepalaku, campur baur. Juga tak bisa mengira-ngira yang ada di kepalanya, hanya siluet mimik wajah yang sempat terekam yang melintas. Ada pembicaraan yang kurang lebih sama seperti kali pertama bicara dengannya (hmmm.. lebih tepatnya aku yang mulai… kebiasaan buruk merongrong pribadi orang)

“islam, ramadhan lalu puasa bolong 3 atau 4 (puasa menurutnya yang ku tangkap adalah dopping biar gak cepet ngeluh), sholat walau masih kadang-kadang, 5 surat pendek ku hafal”

Aku pempertanyakan jauh tentang sebuah penetapan hati, tentang semua hal yang di lakukannya belakangan ini. Yang ku tangkap datar jawabnya tanpa penekakan atau karena aku hanya membaca bibir nya bukan mendengar.

“buat ku hidup itu bukan pilihan tapi harus dijalani”

Aku tertegun ntah untuk berapa lama. Samakah orang yang bertkar pikiran dengan ku ini. Kemana arogansinya pergi, lelah kah ia berkonspirasi dengan idealismenya atau ini bentuk pendewasaannya atau malah ini tameng untuk yang lainnya. Aku tak terlalu perduli, kalau memang yang dia lakukan adalah inginnya, aku ikut senang. Ku rasa itu baik untuknya dan keluarganya, hal positif tidak menghasilkan hal-hal yang negative.

Walau kalimat terakhirnya wajar di telinga tapi aku merasa miris mendengarnya. Konsep “dijalani” come on … jangan buat aku tertawa. Hidup itu suka tidak suka akan berjalan dan yang hidup mau tidak mau harus menjalani, setiap yang hidup diberi kebebasan cara menjalaninya dan cara itu pasti dipilih secara sadar atau tidak. Selama masih ada baik-buruk, kanan-kiri dan lain-lainnya berarti kita masih berhak memilih.

Selalu, selalu akan ada banyak pilihan. Karena pilihanlah sesuatu terlihat berbeda dalam balutan hal yang sama. Karena kita masih mencari-cari yang lain memberikan second opinion

Jumat, 21 Januari 2011

Dulu sekali

ikut aku jalan-jalan yuk, ke waktu sebelum saat ini. :) gak perlu lewat lorong waktu doraemon, karena emang gak ada :D.

Gak penting-penting amat sih, tapi mungkin berguna buat buka mata untuk hidup dan melihat dengan wajar-wajar aja.

***

Lupa duduk di kelas 2 atau 3 SMP waktu itu, yang jelas saat itu aku sudah sangat merasa nyaman dengan lingkungan itu, wajah-wajah familiar. selesai menyelesaikan test caturwulan, Aku dipanggil ke Ruang guru. Aku tak berpikir apa pun saat di paggil karena terlalu sering keluar masuk ruangan itu (biasanya konsultasi, tapi gak jarang kena tegur karena nakal), Yang panggil guru PPKn. Aku disuruh duduk dia ajak ngobrol, lalu disodorkan kertas test PPkn caturwulan yang ku tau sudah kerjakan beberapa hari yang lalu. Kalau gak protes bukan aku tentu, tapi dengan wajar dijelaskan bukan untuk apa-apa (dikepalaku *Ok, gini doang). setelah itu semua kembali pada tempatnya. Teman-teman juga tak terlalu mempermasalahkan hal itu, seolah kalau aku yang masuk kesana biasa saja dan bukan yang lain, aku pun gak berniat membahasnya karena gak mau ngerespon apa yang bakal mereka tanggapi.

Esok nya atau lusanya, Guru PPKn ku mengawasi test di ruanganku. Ditengah-tengah waktu, dia bicara "Kemarin Saya kaget waktu ngecek hasil ulangan PPKn, ada siswa yang salah hanya 4 nomor dari 40 nomor Pilihan ganda. Saya sih gak heran tapi berhubung yang bantu koreksi anak-anak SMK, mereka pikir hasil nya gak fair karena gak ada yang lainnya. Makanya Saya test ulang anak itu, dan saya suruh anak SMK itu koreksi eh.. salahnya malah cuma 3 (sambil cekikikan)". Aku dari awal ngedengerinnya gak angkat kepala sibuk ngutak-ngatik kertas di depanku, kupikir wajarlah ngedongeng biar gak banyak yang nyontek tapi karena dia cekikikan aku baru sadar "Oh... ternyata (untung makin baik-bukan makin buruk, cuma bisa nyengir)". sementara temen-temen seruangan mulai sibuk tanya siapa sosoknya, temen ku di belakang malah minta kunci jawaban beberapa nomor (biasa penghapus selalu jadi perantara). Semuanya jadi riuh redam saat guruku bilang " Orang nya ada di ruangan ini, dan Saya akan mempertimbangkan untuk menurunkan nilainya kalu dia ketahuan ngasih contekan". O..Ow semua mata curi-curi pandang ke arah ku. Aku hanya menemukan satu jalan untuk keluar, ya harus keluar dari ruangan ini. Gak nunggu waktu lama buat keluar ruangan, kerena emang tinggal di crosscheck (*biasa nya tinggal di dalam karena di luar masih sepi, kadang-kadang ngebantuin ngisi soal adik kelas yang duduk satu meja).

Gak lama duduk di koridor kelas, Guru ku keluar duduk di sampingku. "Gimana soalnya?!" Pertanyaan retoris. Ku jawab senyum dan balas bertanya "kenapa bapak gak bilang kemarin", eh malah ngedongeng "sebenernya bukan di mata pelajaran bapak aja nilai kamu diatas sendirian, tapi yang lainnya milih buat kasih km nilai yang wajar. di ruang guru nilai-nilai mu jadi pembicaraan tiap kali test. Kamu yang suka bagi-bagiin jawaban juga (sambil nyengir), Siapa pun yang duduk di samping kamu pasti nilai ulangannya lebih baik dari pada nilai sebelumnya. Kami biarin aja, kamu tau kan sekarang bapak masuk dulu. udah cukup waktu buat nyonteknya". Aku di tinggal sendirian di depan.

Aku jadi terkenang kenang yang lalu-lalu, Adik kelas ku selalu tanyakan aku diruang berapa? siapa yang dekat dengan ku? Padahal dari dulu sampai sekarang aku gak kurang menyebalkannya, bicara seenaknya, begaya seenaknya dan gak terlalu perduli. Saat ku bantu orang disebelahku juga bukan karena aku baik, tapi karena apa yang ku kerjakan sudah selesai dan gak tau mau ngapain ngisi waktu sampai bubar ruangan. Mereka juga gak tanya ke aku, soalnya tau kalau ku di tanya waktu masih ngerjain soal milik ku sendiri, aku bakal kebakar.

Aku berpikir sendiri, selama ini aku sadar mungkin beberapa guru tau apa yang ku lakukan dan aku menunggu hingga aku atau aku lebih senang orang yang bertanya padaku terkena tegur bahkan hukuman. Tanpa pernah mengira ini cara mereka memantau aku.

Saat itu aku belajar, aku tidak pernah sendiri dan menganggap orang tidak tau apapun tentang apa yang ku lakukan. Aku tidak sendiri, walau tak ada tangan yang terulur saat aku terjatuh. Aku mulai berjalan dengan benar walau sesekali satu kaki ku masih sering terperosok, terus mencoba bertahan dengan kaki yang lain agar kaki yang lainnya dapat terangkat. Karena keseharian dan pribadiku yang dirasa tidak akan lebih dari ini maka tidak pernah ada tindakan.Aku bukan siapa-siapa jika orang orang ini tidak pernah ada. Tanpa hari ini aku akan tetap menjadi manusia kerdil.

dilain waktu, aku temui mereka dan ucapkan terimakasih. Dan aku mendapat lebih banyak pelajaran.



Senin, 17 Januari 2011

Terseyum

Selesai mem-posting tulisan temanku.

Tergelitik dengan kata "tersenyum"


Aku berusaha mengingat segala yang ku baca, tak kurang tiap kata "senyum" hampir selalu diiringi imbuhan ter-.

yang ada di pikirku

senyum adalah sebuah gerakan yang seharusnya spontan, tulus, yang selalu mampu menenangkan



--- to be continue ---

No-Resolution

Ini tulisannya sebelum seseorang disana memintanya untuk terus bercerita. Dia tersenyum saat menyerahkan skrip ini padaku, dan mengatakan “mungkin seseorang rindu sangat akan tulisanku. Hidup ini sungguh luar biasa, tulisan ini buktinya aku menulis untuk mengobati rinduku dan yang lain membaca ini juga untuk obati rindunya. Tolong sampaikan ini tanpa edit. Kamu tau, aku lebih dari bahagia tau kalau dia masih mengingatku”.

***

“Jelang 2011”, Apa yang akan ku lakukan di tahun itu? Hah … ntah lah. Aku menerima banyak undangan acara sambut tahun baru, bahkan ada yang memintaku terlibat untuk mengurusnya yang semuanya ku tolak. Bukan karena punya rencana lain atau karena keluarga kecilku kumpul dirumah semua tapi sedang benar-benar tak mengerti untuk apa aku merayakan pergantian satu digit tahun. Lucu memang terdengar, tahun-tahun sebelum ini bagaimana? J sebelum ini aku pun tak lebih dari sekedar tau, aku berada di keramaian bukan karena moment pergantian tahun tapi karena aku ingin berjumpa dengan sebagian dari mereka (mungkin yang dikepala mereka juga berbeda-beda).

Aku terima tak sedikit ucapan selamat tahun baru, yang seperti biasa ku jawab karena alasan sosial. Terus terang tak ada gairah di penghujung tahun ini, dan aku tak tau. Biasanya di penghujung tahun selalu ada list, review dari apa yang ku rencanakan dan hasil yang kudapatkan, tapi tidak kali ini. Bukan tak ada yang ku lakukan di tahun ini, ntah mengapa tahun ini menjadi benar-benar complicated.

Aku bukan menjadi skeptis untuk harapan-harapan di awal tahun nanti. Tapi apa masih perlu aku membuat harapan-harapan, padahal aku tau pasti apa yang mungkin akan ku hadapi di bulan-bulan kedepan.

Sampai di titik penghujung tahun aku tidak memikirkan resolusi apa pun. Hmmm… mungkin karena buat ku tahun ini belum benar-benar usai.

Aku mulai lelah

**

Sudah di tahun 2011, aku belum sempat memposting isi kepalaku di 2010. ku sambung saja ya.

Semalam adalah malam pergantian tahun, beli nasi goreng buat keponakanku di pinggir jalan graha yang ramai, yang aku gak tau apa yang mereka cari. Dari motor-motor yang berlalu-lalang seruan terompet membahana, dari tepi-tepi ruko dan rumah-rumah di sekitar graha turut menyumbang warna warni di langit malam. Menarik bangku teras ke jalanan depan rumah. Coklat panas dan kue-kue kecil khas pabrik di tangan, sambil lalu di temani Bunda dan e-book. Ditawari ikut menikmati malam tahun baru di luar oleh temen wahyu, tapi gak minat. “nei, enjoy your nite”

Di depan makin banyak aja pesan yang masuk, beberapa memberi ucapan tahun baru dan berharap akan ada komunikasi lanjut, yang hanya ku baca tanpa ku respon. Aku tersenyum yang entah untuk apa.

Aku tau beberapa teman yang ku kenal tentu akan berharap sangat malam ini, tergelitik bicara yang entah pada siapa sambil melihat langit malam yang berhias kembang api “big job, God”.

Lelah ku putuskan masuk ke kotak persegi, kali ini tidak sama-sama Bunda. Sudah di booking mylittle. Tak bisa tidur ku buka internet, ketawa-ketawa sendiri baca status temen-temen. Berbincang lewat kalimat ketikan pada seorang kawan sambil menunggu wahyu pulang. Ku tanyakan padanya apa harapanmu di tahun ini? Tak tau jawabnya, Ada topic yang tidak selesai kami bahas ketika aku benar-benar kantuk dan tertidur yang sampai ku ketikkan ini aku lupa…

Awalnya ku pikir dia akan membuat resolusi sampahnya lagi. Hahahaha…. Satu hal yang begitu ku ingat, dia mengatakan ingin benar-benar mengurangi kegiatan merokoknya. Awal tahun 2009 ntah di kesempatan apa dia katakana itu, juga ditambahkan kalau di ulang tahun sebelumnya pernah berniat mengurangi rokoknya tapi nihil, sampai di ulang tahunnya di 2009 ku rasa hal itu masih membara di bibirnya, ntah di awal 2010 dan ulang tahun 2010 nya, terakhir ku dapati dari menyisir jejaknya, dia sedang berusaha mengurangi dan berat badannya mengalami penurunan. Setelah itu senyap, belum lama bertemu dikatakannya makin parah karena alasan pekerjaannya saat ini. Aku enggan mengatainya lagi, ku pikir dia tau apa yang terbaik untuknya. Aku hanya berpikir, berpikirkah ia akan tuanya nanti. Pernahkan terlintas dalam benaknya masa-masa itu. Untuk hal yang satu ini memang aku sangat takut. Aku ingin meneriakinya, Apa yang bisa dia pastikan dimasa depannya kelak, orang tua renta, tanpa tenaga, pesakitan yang membuat orang ikut tidak bisa tidur di malam hari, tak pernahkah berkaca secara penuh kalau kian-hari kian kurus, sudah siapkah jalani hidup bolak-balik rumah perawatan. Tapi bijakkah aku keluaran kata-kata itu, bukankah kesadaran harus hadir dengan sendirinya. Bukan sekedar dibibir tapi juga di pikiran dan di hati. Aku terlalu sayang padanya untuk melihatnya seperti itu, tapi aku tak berkapasitas untuk itu. Disela-sela pikiran inilah aku terlelap hingga terperanjat karena sadar wahyu belum pulang.

Wahyu pulang telat lebih dari yang dijanjikannya. Yang ku tau ini akan jadi masalah untuknya, menghindar adalah pilihanku.

Terlelap hingga benar-benar pagi di 2011. tersenyum mendapati diri masih bisa melihat matahari pagi, tersenyum mendapati diri masih bisa berkomunikasi dengan dia disana, tersenyum mendapati diri masih seperti sehari sebelum hari ini, tersenyum pada diriku sendiri karena masih bisa tersenyum saat tubuh masih lemas.

lumaya lah


Jumat, 14 Januari 2011

ckckck

Sabtu, 01 Januari 2011

Happy New Years 2011