Ini tulisannya sebelum seseorang disana memintanya untuk terus bercerita. Dia tersenyum saat menyerahkan skrip ini padaku, dan mengatakan “mungkin seseorang rindu sangat akan tulisanku. Hidup ini sungguh luar biasa, tulisan ini buktinya aku menulis untuk mengobati rinduku dan yang lain membaca ini juga untuk obati rindunya. Tolong sampaikan ini tanpa edit. Kamu tau, aku lebih dari bahagia tau kalau dia masih mengingatku”.
***
“Jelang 2011”, Apa yang akan ku lakukan di tahun itu? Hah … ntah lah. Aku menerima banyak undangan acara sambut tahun baru, bahkan ada yang memintaku terlibat untuk mengurusnya yang semuanya ku tolak. Bukan karena punya rencana lain atau karena keluarga kecilku kumpul dirumah semua tapi sedang benar-benar tak mengerti untuk apa aku merayakan pergantian satu digit tahun. Lucu memang terdengar, tahun-tahun sebelum ini bagaimana? J sebelum ini aku pun tak lebih dari sekedar tau, aku berada di keramaian bukan karena moment pergantian tahun tapi karena aku ingin berjumpa dengan sebagian dari mereka (mungkin yang dikepala mereka juga berbeda-beda).
Aku terima tak sedikit ucapan selamat tahun baru, yang seperti biasa ku jawab karena alasan sosial. Terus terang tak ada gairah di penghujung tahun ini, dan aku tak tau. Biasanya di penghujung tahun selalu ada list, review dari apa yang ku rencanakan dan hasil yang kudapatkan, tapi tidak kali ini. Bukan tak ada yang ku lakukan di tahun ini, ntah mengapa tahun ini menjadi benar-benar complicated.
Aku bukan menjadi skeptis untuk harapan-harapan di awal tahun nanti. Tapi apa masih perlu aku membuat harapan-harapan, padahal aku tau pasti apa yang mungkin akan ku hadapi di bulan-bulan kedepan.
Sampai di titik penghujung tahun aku tidak memikirkan resolusi apa pun. Hmmm… mungkin karena buat ku tahun ini belum benar-benar usai.
Aku mulai lelah
**
Sudah di tahun 2011, aku belum sempat memposting isi kepalaku di 2010. ku sambung saja ya.
Semalam adalah malam pergantian tahun, beli nasi goreng buat keponakanku di pinggir jalan graha yang ramai, yang aku gak tau apa yang mereka cari. Dari motor-motor yang berlalu-lalang seruan terompet membahana, dari tepi-tepi ruko dan rumah-rumah di sekitar graha turut menyumbang warna warni di langit malam. Menarik bangku teras ke jalanan depan rumah. Coklat panas dan kue-kue kecil khas pabrik di tangan, sambil lalu di temani Bunda dan e-book. Ditawari ikut menikmati malam tahun baru di luar oleh temen wahyu, tapi gak minat. “nei, enjoy your nite”
Di depan makin banyak aja pesan yang masuk, beberapa memberi ucapan tahun baru dan berharap akan ada komunikasi lanjut, yang hanya ku baca tanpa ku respon. Aku tersenyum yang entah untuk apa.
Aku tau beberapa teman yang ku kenal tentu akan berharap sangat malam ini, tergelitik bicara yang entah pada siapa sambil melihat langit malam yang berhias kembang api “big job, God”.
Lelah ku putuskan masuk ke kotak persegi, kali ini tidak sama-sama Bunda. Sudah di booking mylittle. Tak bisa tidur ku buka internet, ketawa-ketawa sendiri baca status temen-temen. Berbincang lewat kalimat ketikan pada seorang kawan sambil menunggu wahyu pulang. Ku tanyakan padanya apa harapanmu di tahun ini? Tak tau jawabnya,
Awalnya ku pikir dia akan membuat resolusi sampahnya lagi. Hahahaha…. Satu hal yang begitu ku ingat, dia mengatakan ingin benar-benar mengurangi kegiatan merokoknya. Awal tahun 2009 ntah di kesempatan apa dia katakana itu, juga ditambahkan kalau di ulang tahun sebelumnya pernah berniat mengurangi rokoknya tapi nihil, sampai di ulang tahunnya di 2009 ku rasa hal itu masih membara di bibirnya, ntah di awal 2010 dan ulang tahun 2010 nya, terakhir ku dapati dari menyisir jejaknya, dia sedang berusaha mengurangi dan berat badannya mengalami penurunan. Setelah itu senyap, belum lama bertemu dikatakannya makin parah karena alasan pekerjaannya saat ini. Aku enggan mengatainya lagi, ku pikir dia tau apa yang terbaik untuknya. Aku hanya berpikir, berpikirkah ia akan tuanya nanti. Pernahkan terlintas dalam benaknya masa-masa itu. Untuk hal yang satu ini memang aku sangat takut. Aku ingin meneriakinya, Apa yang bisa dia pastikan dimasa depannya kelak, orang tua renta, tanpa tenaga, pesakitan yang membuat orang ikut tidak bisa tidur di malam hari, tak pernahkah berkaca secara penuh kalau kian-hari kian kurus, sudah siapkah jalani hidup bolak-balik rumah perawatan. Tapi bijakkah aku keluaran kata-kata itu, bukankah kesadaran harus hadir dengan sendirinya. Bukan sekedar dibibir tapi juga di pikiran dan di hati. Aku terlalu sayang padanya untuk melihatnya seperti itu, tapi aku tak berkapasitas untuk itu. Disela-sela pikiran inilah aku terlelap hingga terperanjat karena sadar wahyu belum pulang.
Wahyu pulang telat lebih dari yang dijanjikannya. Yang ku tau ini akan jadi masalah untuknya, menghindar adalah pilihanku.
Terlelap hingga benar-benar pagi di 2011. tersenyum mendapati diri masih bisa melihat matahari pagi, tersenyum mendapati diri masih bisa berkomunikasi dengan dia disana, tersenyum mendapati diri masih seperti sehari sebelum hari ini, tersenyum pada diriku sendiri karena masih bisa tersenyum saat tubuh masih lemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda Pikirkan