Jumat, 21 Januari 2011

Dulu sekali

ikut aku jalan-jalan yuk, ke waktu sebelum saat ini. :) gak perlu lewat lorong waktu doraemon, karena emang gak ada :D.

Gak penting-penting amat sih, tapi mungkin berguna buat buka mata untuk hidup dan melihat dengan wajar-wajar aja.

***

Lupa duduk di kelas 2 atau 3 SMP waktu itu, yang jelas saat itu aku sudah sangat merasa nyaman dengan lingkungan itu, wajah-wajah familiar. selesai menyelesaikan test caturwulan, Aku dipanggil ke Ruang guru. Aku tak berpikir apa pun saat di paggil karena terlalu sering keluar masuk ruangan itu (biasanya konsultasi, tapi gak jarang kena tegur karena nakal), Yang panggil guru PPKn. Aku disuruh duduk dia ajak ngobrol, lalu disodorkan kertas test PPkn caturwulan yang ku tau sudah kerjakan beberapa hari yang lalu. Kalau gak protes bukan aku tentu, tapi dengan wajar dijelaskan bukan untuk apa-apa (dikepalaku *Ok, gini doang). setelah itu semua kembali pada tempatnya. Teman-teman juga tak terlalu mempermasalahkan hal itu, seolah kalau aku yang masuk kesana biasa saja dan bukan yang lain, aku pun gak berniat membahasnya karena gak mau ngerespon apa yang bakal mereka tanggapi.

Esok nya atau lusanya, Guru PPKn ku mengawasi test di ruanganku. Ditengah-tengah waktu, dia bicara "Kemarin Saya kaget waktu ngecek hasil ulangan PPKn, ada siswa yang salah hanya 4 nomor dari 40 nomor Pilihan ganda. Saya sih gak heran tapi berhubung yang bantu koreksi anak-anak SMK, mereka pikir hasil nya gak fair karena gak ada yang lainnya. Makanya Saya test ulang anak itu, dan saya suruh anak SMK itu koreksi eh.. salahnya malah cuma 3 (sambil cekikikan)". Aku dari awal ngedengerinnya gak angkat kepala sibuk ngutak-ngatik kertas di depanku, kupikir wajarlah ngedongeng biar gak banyak yang nyontek tapi karena dia cekikikan aku baru sadar "Oh... ternyata (untung makin baik-bukan makin buruk, cuma bisa nyengir)". sementara temen-temen seruangan mulai sibuk tanya siapa sosoknya, temen ku di belakang malah minta kunci jawaban beberapa nomor (biasa penghapus selalu jadi perantara). Semuanya jadi riuh redam saat guruku bilang " Orang nya ada di ruangan ini, dan Saya akan mempertimbangkan untuk menurunkan nilainya kalu dia ketahuan ngasih contekan". O..Ow semua mata curi-curi pandang ke arah ku. Aku hanya menemukan satu jalan untuk keluar, ya harus keluar dari ruangan ini. Gak nunggu waktu lama buat keluar ruangan, kerena emang tinggal di crosscheck (*biasa nya tinggal di dalam karena di luar masih sepi, kadang-kadang ngebantuin ngisi soal adik kelas yang duduk satu meja).

Gak lama duduk di koridor kelas, Guru ku keluar duduk di sampingku. "Gimana soalnya?!" Pertanyaan retoris. Ku jawab senyum dan balas bertanya "kenapa bapak gak bilang kemarin", eh malah ngedongeng "sebenernya bukan di mata pelajaran bapak aja nilai kamu diatas sendirian, tapi yang lainnya milih buat kasih km nilai yang wajar. di ruang guru nilai-nilai mu jadi pembicaraan tiap kali test. Kamu yang suka bagi-bagiin jawaban juga (sambil nyengir), Siapa pun yang duduk di samping kamu pasti nilai ulangannya lebih baik dari pada nilai sebelumnya. Kami biarin aja, kamu tau kan sekarang bapak masuk dulu. udah cukup waktu buat nyonteknya". Aku di tinggal sendirian di depan.

Aku jadi terkenang kenang yang lalu-lalu, Adik kelas ku selalu tanyakan aku diruang berapa? siapa yang dekat dengan ku? Padahal dari dulu sampai sekarang aku gak kurang menyebalkannya, bicara seenaknya, begaya seenaknya dan gak terlalu perduli. Saat ku bantu orang disebelahku juga bukan karena aku baik, tapi karena apa yang ku kerjakan sudah selesai dan gak tau mau ngapain ngisi waktu sampai bubar ruangan. Mereka juga gak tanya ke aku, soalnya tau kalau ku di tanya waktu masih ngerjain soal milik ku sendiri, aku bakal kebakar.

Aku berpikir sendiri, selama ini aku sadar mungkin beberapa guru tau apa yang ku lakukan dan aku menunggu hingga aku atau aku lebih senang orang yang bertanya padaku terkena tegur bahkan hukuman. Tanpa pernah mengira ini cara mereka memantau aku.

Saat itu aku belajar, aku tidak pernah sendiri dan menganggap orang tidak tau apapun tentang apa yang ku lakukan. Aku tidak sendiri, walau tak ada tangan yang terulur saat aku terjatuh. Aku mulai berjalan dengan benar walau sesekali satu kaki ku masih sering terperosok, terus mencoba bertahan dengan kaki yang lain agar kaki yang lainnya dapat terangkat. Karena keseharian dan pribadiku yang dirasa tidak akan lebih dari ini maka tidak pernah ada tindakan.Aku bukan siapa-siapa jika orang orang ini tidak pernah ada. Tanpa hari ini aku akan tetap menjadi manusia kerdil.

dilain waktu, aku temui mereka dan ucapkan terimakasih. Dan aku mendapat lebih banyak pelajaran.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan