Hidup itu kotak misteri! yah, rasanya layak juga di maknai seperti itu.
Ku maknai seperti itu karena ada kaitannya dengan seorang kawan. Kamu percaya buku kehidupan, say? tentang hidup, mati, jodoh, rejeki dan lainnya?
Beberapa waktu lalu membaca kolom komentar di sebuah status yng kawanku buat. Kali ini bukan unsur kesengajaan, dibaca karena postingnya ada dilaman pertama. Teman wanitanya menanyakan alamat rumah padanya, yang dia jawab diiringi pertanyaan apakah akan mengirimkan undangan.
Wanita itu dulu pernah menjadi penunggu hati kawanku, dan aku pun tergelitik untuk melihat dindingnya. Wanita itu memajang foto yang nampaknya sedang bertunangan. Jadi ku pikir wajar kalau kawanku menduga seperti itu.
Hal yang mengusik ruang pikirku adalah mendapati kalau kawanku ini berkali-kali dilepaskan oleh teman dekat wanitanya. Aku bepikir adakah yang salah? Apakah Cinta begitu bersyarat?
Dari penilaianku pribadi, kawanku ga jelek. Fisik dan bahasa tubuhnya menarik. Pola tingkah dan tuturnya terhadap wanita pun mempesona. Lalu pertanyaannya kenapa sampai detik ini yang mampu bertahan bersamanya? sedang menurutku rupa beberapa penggantinya dihidup mantan wanitanya tak lebih rupawan darinya. Mungkin untuk menjalani hidup bersama yang dibutuhkan bukan sekedar melihat wajah yang rupawan atau buaian pesona.
Lebih terbuka, kalau bicara materi. Kawan ku bukan orang yang tidak berpenghasilan, bukan orang yang senang menjadi benalu, sepengetahuanku dia bisa menghidupi dirinya. Dia juga di besarkan dalam keluarga baik-baik. Mamanya baik. Papanya sanggup memberikan tempat tinggal layak untuk keluarga. laki-laki lain pun tak jauh lebih baik darinya menurutku. Tapi sekali lagi mengapa tak ada wanita yang bisa bertahan? Mungkin hidup bersama dibutuhkan lebih dari sekedar penghasilan, karena kemapanan secara materi nyatanya sangat relatif.
Menompangkan dagu dengan tangan diatas meja, pelan-pelan menghembuskan nafas. mencoba mengingat semua alasan wanita-wanitanya saat melepaskannya. Kalau yang sebelum-sebelumnya masih ku mengerti mengapa mengambil keputusan untuk berpisah, umur selalu menjadi alasan klasik yang tak bisa dielak bukan. tapi untuk wanita yang ini, aku agak bergidik bukan karena berpikir kecil akan dia tapi usianya itu masih muda jauh lebih muda dari ku, apalagi jika dibandingkan dengan kawanku. Tapi membuat keputusan cepat, cepat melepaskannya, cepat mengikatkan diri secara serius dengan orang lain. Keraguannya akan sosok kawanku sebentar-sebentar saat mengingatnya membuatku tercengang, semuda itu bisa pikir jauh. Mungkinkah ini yang orang-orang gaungkan kalau kedewasaan bukan sekedar soal umur atau wajud dari "umur hanya soal angka" ? Kalau memang begitu, tak pernah belajar dari kesalahankah kawanku ini? atau wanita-wanita disekitarnya yang berpikir terlalu berat? tak ada tenggang waktukah? atau kawanku tak punya batasan? mereka tuntut ada apanya kah? atau kawanku yang kekeuh untuk diterima apa adanya?
No... Cinta yang memilih tapi hidup kita yang tentukan. apa yang menurut kami harusnya untuk kawanku itu tapi sudah layak baginya sendiri tak akan punya banyak pengaruh.
yang kulihat saat ini kawanku sedang bergerak, tak putus doa agar kawanku temukan sosok yang dianggapnya pas dihati dan dilogikanya, melihat kawanku menciptakan kebahagiannya sendiri di hidup dan lingkungannya sendiri.menompang pikiran-pikiran liarnya dengan ilmu yang tepat. tidak berbesar hati dengan idealismenya sendiri.