Muuuuuach Miss U.. :D *lebay deh kan hari kamis kita mesra-mesraan ya :)
***
start to a serious discuss about my-mind
Seminggu ini belajar banyak hal, kalau ditanya "apa", aku tetap ga bisa jawab dengar transparan. karena apa yang menjadi pelajaran buatku belum tentu untuk banyak orang diluaran. Manusia kerdil seperti ku ini memang harus banyak belajar hidup. Aku ga ingat jelas apa saja yang ku dapat seminggu kemarin, tapi ada hal yang ingin ku bagi tentang Sudut Pandang, menurutku menebak-nebak cara pandang seseorang dan mendapat pembenaran itu menarik. Pasti aneh buat sebagian orang, tapi untuk ku pribadi itu caraku untuk mengurangi yang namanya penyesalan. Benar atau tidak untuk kebanyakan orang, segala hal yang mereka buat baik sikap, tutur kata, tindakan akan selalu meninggalkan kesan sendiri untukku begitu juga dengan sikap, tutur kata, tindakan yang ku lakukan selalu meninggalkan esai. Sebagian kepala mungkin berpikir aku naif, karena hal itu mungkin biasa untuk mereka. Bicara lalu melupakan, minta pendapat hanya untuk menghibur, bercerita bukan untuk mencari solusi, salah lalu minta maaf, membicarakan orang lain lalu baik lagi dengan yang dibicarakan (hal negatif-aib). Buatku tuh ga gitu harusnya, katanya kita beragama, paling tidak berpendidikan atau malah berpikir berbudaya, Dibuku-buku yang beredar tak ada yang mentolerir semua itu dan selalu memberi tahu konsekuensinya, hanya dibuku kehidupan yang mentolerirnya dengan kata yang begitu klise "Maklum". Keramik yang pecah mungkin bisa direkat kembali tapi bekasnya tersisa :)
ini ceritaku tentang judul alay ku diatas.
Hari jumat terima kabar kalau anak dari seorang teman kembali dirawat di RS. lalu seorang yang lainnya memberi tahu kabar kurang baik itu dibarengi dengan ide pengumpulan Dana. mendapat kabar sedih gitu seketika ingat Tuhan (memang Tuhan selalu lebih mudah diingat keteka mendengar berita-berita macam ini kan) dan tersenyum simpul mendengar kata Dana. Sambil terus memantau apa yang teman-teman bicarakan, aku sampaikan kabar dan ide itu ke temen perempuanku. Ini responsnya berturut-turut yang menurutku spontan karena dia langsung bereaksi.
"Sakit lagi? memang agak repot kalau lahirnya prematur. semoga aja cepet sembuh, doa aja yang terbaik buat dia"
"Dana apaan nih maksudnya? emangnya ga bikin orang tersinggung. tau-tau temen-temennya ngumpulin dana dibelakangnya kayak gini. emangnya dia ga mampu buat biayain. terus apa kata keluarganya kalau begini"
"ini menurut g sih kayak gitu. enak apa enggak sih kayak gitu? menurut lo gimana"
Aku jelasin ke dia Sakitnya apa, dirawat dimana, dan berita itu ku dapat dari mana, tapi dia menuntutku untuk bicara. memberi tahu dia isi pikiranku. ini kepalaku menanggapinya
"G ngerti maksud lo, ngerti banget. soal enak atau ga enak ke keluarganya atau ke dianya nanti soal dana ini, tergantung momentnya. kalau benar si R punya inisiatif yang dimulai karena si I bicara kesulitannya berarti hal itu sah kan dan ga menyalahkan"
"Soal keluarganya, kalau bicaranya baik. karena mau nunjukin kasih karena teman, g rasa ga akan tersinggung"
"Jujurnya g sih under estimate soal dana itu, buat g sih bahasanya lebay. maaf tapi emangnya temen-temen kita tuh mau ngerogoh kocek berapa dalem sih buat temennya yang lagi kesusahan gitu"
"g sih lebih seneng nganggep ide itu tuh ajakan buat jenguk dan dari pada buah tangannya dibeliin yang gak-gak mending dikasih mentah kan lebih berguna"
Dia tertawa dengernya, dan setuju akan pendapatku. terus bilang emang harusnya gitukan. Ku bilang "Makanya santai aja nanggepinnya, toh semuanya kan terserah kita mau kasih atau gak. dan terserah mereka mau pakai kata apa, ambil positifnya aja. ga usah maksain diri"
Aku tersenyum, menghela nafas, dan berpikir seandainya benar yang dibutuhkannya dana apa munkin dia yang begitu bicaranya bisa memberikan yang terbaik dari dirinya untuk kasih bantuan.
Disadari atau tidak manusia dianugerahi kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain.
berbahanya perbedaan sudut pandang.
**
lain lagi dengan kawanku ketika hal serupa ku sampaikan padanya dalam format sudah jadi dan tinggal copy paste. tak banyak pertanyaan yang muncul hanya pertanyaan apakah aku akan transfer dan mengatakan akan ditanya dulu ke teman yang lainnya.
Setidaknya dia tidak memberondongku dengan pertanyaan, ntah karena tau aku tidak mengerti masalah detailnya atau caraku menyampaikan pesan itu tergambar jelas kalau aku tidak tau apa-apa.
Merepotkan, Aku ingin tau akankah dia transfer atau tidak :D.
tersenyum tau kalau dia akan transfer, walau tak diberitahu berapa nominalnya. tapi berterimakasih karena dia masih punya hati tak seperti penampakannya yang pelit itu.
Sebel karena hal itu diakhiri dengan selisih paham, dan tau sesuatu ternyata mendapatkan hal darinya itu tidak mudah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda Pikirkan