Jumat, 30 Juli 2010

Mimpi

Ku nikmati saat dia genggam jemari tanganku, juga ku nikmati saat perlahan dia rengkuh tubuhku yang tak terlalu besar dan ku biarkan dirinya mengecup keningku yang agak lebar sekejap kemudia kurasakan hangat dibibirku masih juga ku biarkan, masih juga ku nikmati. Tapi mengapa sepertinya suasana begitu temaran, tak bisa ku lihat jelas apakah dirinya tersenyum padaku atau tidak. Ah mungkin aku bermimpi!

Aku duduk di meja taman di outdoor sebuah mall, Aku kenal satu persatu yang duduk bersama melingkari meja dengan diriku. Iya, Aku kenal! Mereka teman-teman yang dulu duduk juga bersama ku di waktu lalu. Hanya saja yang disamping mereka aku tak kenal dan di sampingku masih sosok dia, Tapi diriku bukan yang ini dan entah berapa usia masing masing kami yang duduk disana yang jelas bukan kami saat ini. Dia pun berubah, matanya pancarkan kedewasaan masih seperti dulu masih suka mendekatkan diri kepadaku masih memiliki aroma tubuh yang khas dirinya. Iyakah ini itu terjadi?.Ah mungkin Aku bermimpi!

Lalu tiba-tiba semua menjadi teduh, Aku duduk di rumah-Nya bermukena tapi sepi. Sepertinya aku meratap, tapi tak ku ingat apa yang kuratapi yang kulihat hanya bulir air mata. Tunggu! diriku tak sendiri, selain ku lihat diriku duduk diruangan besar itu ku temukan sosok laki-laki disisi lain, Duduk hanya memperhatikan diriku yang duduk dari kejauhan, dan aku yang duduk masih tetap terisak. Aku yang melihat semua ini bingung, mengapa diriku dan dirinya ada di tempat ini? untuk apa? lalu ku edarkan pandangan kesekeliling, Aku kenal tempat ini. Aku dengannya memang pernah ada disini tapi sudah lalu, tapi banyak orang, tapi bukan mukena itu dan diapun bukan koko itu.Ah mungkin aku bermimpi!

Tiba-tiba udara menjadi dingin, ku cium keningnya. Ntah mengapa begitu saja ingin mengecup keningnya dan ditariknya diriku mendekat. Begitu nyata, aku merasa tertindih, berat, sedang  nafasku tak  penuh tak dapat pula berkata, bibirku dibekap. Seketika terperanjat, nafasku benar-benar tersengal. Seruan-Nya berkumandang.

Aku sedang tidak diharuskan berjumpa dengan-Nya, ku rebahkan kembali tubuhku. Ternyata dari tadi aku disini, tidur. lalu menguap, mengapa aku masih merasa kantuk? apa yang benar terjadi? Aku tidur lalu bermimpi atau sungguh hanya terpejam lalu berjalan-jalan di dunia ilusi. Aku lelah sangat, dan tersadar saat matahari bersinar mampu menembus  kamar Bunda bahkan ayam pun saat ini pasti sudah kenyang. 



  • Iyakah itu mimpi atau memang rekaman di memori kepala? Aku sungguh tak mengerti. tak ada maksud apa pun. maaf jika ada kesamaan kejadian, tidak ada unsur kesengajaan, anggap hanya cerita fiktif

Rabu, 28 Juli 2010

Potongan Kecil

Aku tak dapat lagi membedakan mana yang benar-benar terjadi dan mana yang fatamorgana. Suatu ketika ku jumpai diri berjalan dalam selasar yang gelap, sangat gelap bahkan tak kujumpai terang sejauh mata mengedar pandang. Tapi seketika pula yang ku jumpai aku yang berjalan dalam lorong-lorong pertokoan padat, penat. Lalu ku jumpai diriku terjaga berpeluh dengan jatung berdetak mengguncang serta napas yang memburu. Lain lagi ku dapati diri ku duduk santai membuang semua yang ada dikepala dengan secangkir minuman hangat yang sering berganti-ganti.

Diwaktu yang berbeda dari semua itu, ku kenang-kenang yang telah ku lakukan. Tapi tetap sulit mengatakan yang ini nyata atau mimpi atau sebaliknya. Lalu apa maksudku juga mengais-ngais yang telah ku lewatkan. Pertanyaan itu pun sulit ku jawab, atau karena memang yanga ada dalam benakku ini hanya pertanyaan bukan jawaban? atau aku tak berani menjawab dan menghianati sisi lain hati ku? atau karena memang aku sungguh-sungguh tak tau apa-apa?

***

Bukan sekali-kali aku duduk beratap langit. Berbincang dengan sesuatu yang ada diketiadaannya. Apa maksud pembicaraanku mungkin Dia pun kurang mengerti, Aku lebih suka berputar melirik-lirik mood lawan bicaraku, dan menggali sedikit apa yang ada dikepalanya. Saat ku tau lawan bicaraku juga menyimpan sesuatu dan akan dikeluarkan karena caraku meminta atau sekedar menggugah, maka ku urungkan niatku memintanya mendengar. Begitu pula dengan-Nya, Kalau bukan sedang di atas sajadah aku tak ingin memaksa untuk mendengar keluh ku, ku buang semua ego, membuka mata, melihat lebih jauh betapa banyak masalah yang dibebankan pada pundak-Nya. Semua terekam oleh-Nya dari yang berbisik, terisak hingga meraung dan ku dengar suara itu jelas begitu jelas diantara yang lainnya. Aku malu, yang keluar dari mulutku hanya tuntutan-tuntutan dan tuntutan.

aku tersadarkan, apa yang telah ku lamunkan? Pikir ku, aku memang tak berguna.





+24

Jumat, 23 Juli 2010

Mungkinkah MAGNET?

Aku terkikik menilik bilik hidupku yang unik, tak seberapa luas apalagi buas yang selalu patut disyukuri walau sering tak puas. Terbahak untuk duka apalagi suka, Aku tak ragu banyak orang yang juga alami seperti yang ku alami.

Aku sering tertawa, bukan-bukan tertawa lepas hanya sesekali tergelitik oleh keadaan. Banyak kata “Kok Bisa? Atau Kok Bisa!”.

Aku jadi ingat statement seorang kawan, katanya “M A G N E T”. Tak berusaha menghubung-hubungkan, tapi setelah beberapa hal ku lewati lalu begitu saja ku teringat statement tersebut. Apa maksud dari kata itu? menari indah dikepalaku.

Aku hanya melakukan sesuatu yang menurutku sesuai dengan kapasitas ku, tak melebih-lebihkan. Kalau aku berlaku baik, hal itu bukan hanya karena ingin memberi sesuatu yang baik pada orang lain. Bukankah apa yang kita beri sesungguhnya adalah apa yang akan kita terima. Aku sadar akan hal itu dan lebih sadar kalau tidak ada manusia yang sempurna. Aku hanya manusia yang tidak ingin meletakkan diri diatas apalagi dibawah orang lain *selalu ada pengecualian kapasitas.

Walau sering juga ku berpikir normalkah yang ku pikirkan?

Semakin aku yakin, kalau hidup tak lepas dari cinta walau dengan persepsi cinta yang berbeda, cinta tetaplah cinta. Tak terpaku pada hanya hubungan dua insan berbeda kelamin. Lebih dari itu cinta adalah manusia, manusia adalah kita, yang berbeda hanya bentuk dan aroma.

Mengapa ku ingat semua itu karena ini:

***

Aku gadis kecil yang terbiasa hidup dalam aturan bunda yang lebih sering memberi contoh ketimbang bicara. Aku kecil yang selalu mendapat ganjaran senyum, peluk dan cium saat melakukan hal-hal baik dalam hal apapun prestasi akademik, sosial atau prilaku keseharian. Aku terbiasa bahkan kecanduan mendapatkan hal itu lagi dan lagi. Untuk yang satu ini ku rasa banyak anak kecil berlaku sama.

Sampai aku mengenal dunia luar sedikit demi sedikit, mengenal lebih dan lebih banyak pribadi. Hidup di lebih dari satu komunitas rumah, tapi di sekolah, di tempat TPA, di lingkungan rumah, dan berkembangan terus sesuai dengan tingkat usia dan pemahaman di tempat les, di organisasi sekolah, di organisasi luar sekolah. Layaknya pertemanan pada umumnya saat bertemu saling jabat tangan atau cium pipi kanan dan pipi kiri *semua yang kulakukan sesuai dengan koridor agama yang kuanut, ntah bagaimana caranya bunda tanamkan perbedaan yang baik antara laki-laki dan perempuan adalah bukan muhrim. Lebih dari itu pembimbing-pembimbingku acapkali menghujaniku dengan ciuman saat aku membuat mereka bangga, atau hanya karena aku membuat mereka terpesona. Yang membuatku terkadang harus mengusap-usap pipi tembemku karena tertinggal bekas lipstick. Terkadang heran lihat bunda membiarkan banyak orang menciumku, tapi sekarang mungkin ku pahami kalau saat itu aku begitu menggemaskan tubuh penuh tak terlalu gemuk tak bisa diam bukan nakal, pintar, yang mungkin mendatangkan kesenangan tertentu untuk sebagian orang. Aku mengingatnya sebagai satu perjlanan hidup, yang saat mengenang semua itu aku mampu berucap syukur, Jika mereka tak melakukan itu mungkinkah aku berusaha untuk menjadi lebih dan lebih baik lagi. Thanks God

Lalu saat aku mulai menapaki hidup dengan kaki-kaki ku yang dulu kecil. Yang mulai di serahkan tanggungjawab perlahan tapi pasti semakin berat *semua kembali lagi sesuai dengan usia. Aku yang dibekali pesan “yang diantaranya…hidup tidak pernah sendiri, harus berbagi apa yang nanti kamu punya sebagian adalah hak orang lain yang dititip lewat tanganmu”. Aku tak berusaha mengejar menjadi orang baik hanya menjalankan yang patut ku jalankan, karena ku pikir yang diminta begitu normal dan memang seharusnya maka kulakukan. Karena apa yang ku lakukan tak jarang juga aku tak dihujani ciuman, pernah juga ku rasa gerah berpikir sudahlah yang kulakukan bukan apa-apa ketimbang yang lain diluar sana, tapi urung juga ku muntahkan. Melihat sorot mata yang begitu bahagia masih tegakah melakukan itu. Kamu tau apa yang aku lakukan ku berikan sedikit sekali dari apa yang ku miliki seperti umumnya manusia lain, untuk anak-anak yang lebih tidak seberuntung aku dulu yang kuberikan hanya untuk memberi semangat lalu mereka mencium tanganku dengan sopan kucegah mereka mencium pipiku *yang ini memang konyol, tak ingin juga ada sisa ingus menempel dipipiku . untuk orang yang lebih tua bahkan layak untuk dibilang renta biasanya referensi bunda, kadang aku suka mengajak yang lain bergabung hasil yang dikumpulkan jauh lebih baik ketimbang persentase yang ku berikan, walau memang jarang sekali ku temukan teman yang pada waktu yang sama ingin melakukan kegiatan yang sama. Aku suka mencium punggung tangannya seraya berharap Tuhan meridhoi setiap langkah hidupku. Tak sedikit dari mereka menarikku mendekat untuk mencium dan memberi banyak doa agar aku selalu dam lindungan-Nya. Kadang agak malas juga menerima hal itu yang terkadang ku pikir mungkin hanya basa-basi, belakangan jadi sering cuma titip minta tolong bunda buat memberi. Lebih dari itu aku dapat senyum Bunda. Love my Mom, so much!

Adik kecilku, hahaha… salah sepertinya nyatanya dia memang lebih besar dari ku, tapi buat ku dia tetap adik kecilku yang manja. Dia suka cium pipi ku sangat, saat diamku saat terpejammataku. Keponakan-keponakan dan orang tuanya acap melakukan itu. Walau kadang memang aku yang membiasakan. Tapi tunggu, Ini kupikir Fit Back dari yang kulakukan.

Ketemu keluarga dikampung yang notabene tak pernah kujumpai, pipi tembemku yang dipilih untuk dicium. Yang kurasa ku tak elakukan apapun selain berlaku santun. Aku terbengong-bengong juga. Satu kejadian, bukti bahwa hidup ini memang lucu

Hal yang tak kalah mengejutkan, tanggal 20 Juli lalu istri bosku yang juga punya andil di perusahaan tempatku bekerja saat ini ulang tahun. Aku orang yang pelit untuk berbagi nomor HP bahkan ke atasanku sendiri, tiap kali ada moment formalitas untuk memberi ucapan pada banyak orang dalam lingkup kerja selalu kugunakan fasilitas kantor. Lewat telpon kantor ku ucapkan selamat ulang tahun, lalu menjelang sore Ia sengaja mampir ke kantor karena diminta *ada bingkisan kecil untuknya, tanpa komando semua bergerak berdiri menjabat tangannya dan tak habis heranku mengapa Ia memilih tuk mencium pipiku. Oh My God…. Ada apa dengan diriku atau ada apa dengan pipiku ? hahahahahahahahaha….

* dan seseorang yang tak bisa kuceritakan disini, karena ku pikir mungkin Ia ingin melupakannya. Masih terasa hangatnya.

Senin, 19 Juli 2010

Aku, Hati dan Logika

Saat ini duduk di belakang meja kerja dikantor, Aku bingung. Iya aku bingung, seperti ada yang hilang atau memang sungguh tak pernah ada. Aku berpikir terbuat dari apa hati ku ini, mengapa bisa seperti ini. Sungguh apa yang sudah ketelan, aku tak pahami. Tak banyak asam atau garam yang aku telan, tapi seolah semua hal mengalir sederhana. lagi-lagi Tapi...

Aku punya anak 2 orang, memang bukan biologis dan tidak seberapa penuh perhatian. Tahun ini naik kelas dapat masuk peringkat 5 besar, jauh sebelum itu ku katakan padanya "Klo eseknya idan, bisa dapet rangking idan ajak ke Ocean Park" dengan lugu nya dia bilang "Ocean park itu apa, idan" senyum ku mengembang "kolam renang, tapi ada seluncur yang tinggi, yang belok-belok itu" terlihat tertarik lalu dia bilang "iya". Tapi karena masa liburannya dirumah pas tamu bulananku datang aku urung mengajaknya kesana. Ada rasa besalah yang tak bisa ku deskripsikan, ada ketakutan masih bisakah huangku ini besok terbayar. Mengapa tak ku segerakan, sampai saat ini belum juga ku lakukan. menurutku kesiapapun janji adalah janji, Ku katakan hal yang sama pada gadis sayangku tentang semua itu saat dia ingin memberi sesuatu pada anak-anak ku, yang dianggapnya angin lalu. Aku tak tau apa untungnya buat ku dengan berlaku seperti itu. Tapi aku selalu menunggu saat aku mendapat peluk dan cium serta gelak tawa teriring terimakasih, yang membuat ku larut juga dalam tawa dan melupakan kerisauan-kerisauan yang tak tau datang dari mana.

Beda kondisi saat ku datang keacara pentas seni budaya yang mayoritas pengunjungnya adalah masyarakat seni sebuah universitas dan pasar malam yang menyuguhkan permainan komedi putar yang sering digerakkan secara manual dengan tenaga manusia yang biasanya yang berkunjung adalah masyarakat ekonomi kebawah (ku rasa kita sama-sama mengerti seharusnya ada sedikit perbedaan pola pikir) tapi yang ku jumpai hal yang sama. Tapi tak ku mengerti seusai acara digelar selalu menyisakan hal sama yang namanya sampah, tergeletak disekitar area acara. Aku Bingung sungguh saat di datangi pasar malam di dekat rumah memang tak kujumpai tong sampah dan saat ku ku datangi pagelaran seni budaya tak kujumpai juga tongsampah diarea itu, sampai aku tertaik menyusuri jalan dari keraton sampai tugu muda yang memang benar adanya hanya beberapa sudut saja terdapat tong sampah. Aku berpikir siapa yang tidak serius sebenarnya menanggapi masalah sampah ini. Bukan kah selalu ada kata-kata bijak untuk menjaga kebersihan, ah apa semua itu hanya selogan semata Pribadi atau pemerintah yang salah. Saat kepala memanas, ini semua tentu salah pribadinya masing-masing, tapi seketika kemudian aku malah bersyukur ironis sikap tak bertanggung jawab itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. dari yang menggerutu luar biasa dan bisa terkikik sesaat setelahnya, terkadang menurutku luar biasa, sempat berpikir kurang kerjaan... hehehehe but it's me.

hal yang membuat ku miris minggu 18 juli lalu janji ketemu dengan teman-teman SMU, ku hubungi satu-satu dari mereka tanpa ada paksaan atau memohon "Besok ada waktu buat kumpul gak?" semua merespon baik mengiyakan. sampai malam saat chat dengan salah seorang teman dia katakan tidak bisa, hah... bukan masalah ketidak sanggupannya untuk hadir yang ku permasalahkan tapi pilihannya untuk tidak mengatakan sesuatu itu yang membuatku kecewa, berkaca dengan tuturnya, idealismenya tak pelak membuatku berang. sekejam kulupakan begitu saja, kupikir begitulah mungkin dirinya. Sampai paginya dikatakannya akan datang menyusul siang nanti, ku hargai niat baiknya berusaha memenuhi janjinya tapi sampai siang hari tak kunjung juga adanya, sampai ku kirim pesan dan dijawab dengan "Iya, g gak janji di sini mendung" Hah..shitt, benci ngebayangin wajah datar atau malah menyeringai saat mengirim sms itu padaku. Tak ku katakan yang ku pikir pada yang lain, ku rasa mereka berhak menilai lebih dari sekedar kacamataku, karena aku pun tak luput dari salah. Dua kepercayaan yang kutitip diperlakukan tak layak. aku memaki GIla!Gila!Gila! marah untuk sesuatu yang gak jelas membodohi diri mau membuat kesepakatan dengan pribadi macam itu, ku tarik nafas panjang lalu ku tertawai diriku, sudahlah berarti kamu harus lebih baik dari nya.... semangat

Lain lagi saat ku dapati diriku terpaku memandang langit berbulan atau hanya dengan segelas coklat panas, teh hangat, cha-cha bahkan choki-choki ^_^. Oh.. egoisnya diriku, menikmati semua ini tanpa berbagi. atau saat berjam-jam duduk menghadap layar komputer untuk OL, berterimakasih pada adik manisku yang biarkan aku gunakan modemnya secara gratis. Dapat menjumpai akun seorang kawan dalam keadaan "ada/OL", aku mampu tersenyum sendiri. seolah mendapat lebih dari sebuah pesan, ada ketenangan yang menyergap. yang tak tau mengapa, walau nyatanya hanya akunnya saja yang ku dapati, tak lebih. tak putus harap agar kawan ku itu terus-terus lebih baik, ku pastikan ku pun tak akan berhenti. Terkadang berpikir salahkah diri ini berlaku demikian, adakah seseorang disana pernah merasa dan lakukan ini semua, kamuflasekah jika kukatakan aku sayangi kawanku itu sampai detik ini, haruskah ku tutup hatiku untuk seseorang yang memberi indah pada hari-hari singkatku, layakkah ku hempas yang kurasa ke tongsampah layaknya barang usang.

normalkah diri ku? akupun tersenyum

saat selesai sampai kata ini, aku tertawa. aku tak tau harus berbagi pada siapa pikiranku yang menurut banyak orang remeh-temeh. setiap kalimat diatas hanya komunikasi hati dan logika ku, belajar gila atau memang sudah gila atau dalam proses penyembuhan. Semua hal yang telah dan sedang terjadi adalah sesuatu besar atau kecil tetap sesuatu. Dan aku ingin menjadi sesuatu entah dalam bentuk apapun.


Kamis, 15 Juli 2010

Bicara

Apa yang kau lakukan?
Bicara baru berpikir, atau
Berpikir lalu bicara, atau malah
tak bicara apa lagi berpikir

hihihihi..
dikategori satukah anda?
heh, hanya seorang pecundang rupanya
Ouww, dikategori dua?
heh, bukan luar biasa
O..Ow dikategori tiga anda berdiri?
Miris!tak patut dikasihani
menjadi pecundang pun anda tak berani


* hanya yang cerdas yang mampu memencundangi dirisendiri

BLog

Blog, dirimu menjadi tempat ku tumpahkan apa yang ingin ku katakan tanpa suara. Ah! terlalu imajinatif kalau ku bilang seperti itu, mungkin lebih tepatnya dirimu menjadi tempat ku bersembunyi. Tapi iyakah bersembunyi? bersembunyi semacam apa? dirimu menjadi tempat bergulat hati dan pikiran ku bergulat dengan untaian kata, begitu banyak konotasi yang terselip denotasi, berbumbu hal-hal ambigu yang terkadang terdengar hiperbola bahkan ironis tak urung sarkasme. Aku tak perlu khawatir karena yang ku beritakan bukan SARA hanya kebahagiaan atau keluhan bahkan hanya hal remeh temeh yang semua tentangku. Iya tentangku yang terkadang tak terlalu penting bagi banyak orang.

Blog, ku akui adanya kamu tak lepas dari seorang kawan yang ingin mengenalku. di kenalkan aku akan sosokmu agar ku temui jalan yang lebih sehat untuk bicara. Kawan yang sejak saat itu menjadi penghuni di salah satu buku hatiku, yang secara tidak langsung membuat ku berpikir lebih maju, lebih bisa menghargai perbedaan, kawan yang dapat buat ku tersenyum saat hati ini suka bahkan saat duka walau semua fatamorgana. Seorang kawan yang berkunjung sejenak, ntah semua itu real atau ilusi atau semua hal yang terjadi memang terselubung kamuflase. kawan yang begitu realistis atau berusaha terlihat realistis, aku tak begitu mengerti hal itu akannya.

Blog, membuka jendelamu begitu banyak yang ingin ku katakan. membuka jendelamu seolah ku buka buku-buku dendrit dalam otakku ini. Semua pengalaman semua rasa menyuruak kadang diiringi lelehan air dari mataku tak jarang kikik riuh redam juga aku dibuat tapi malah sering kali ku urung menarikan jemariku diatas keyboard. Asik menyelam dalam pikir ku sendiri, lalu me log out-mu keluar begitu saja. terkadang sesal juga terukir dihatiku saat ku berlalu dari jendelamu tanpa pesan. tapi terkadang aku senang karena hanya aku yang tau apa yang ku pikirkan.

Blog, Aku ragu! ragu akankah dapat ku tetap tinggalkan pesan dijendela sampai ku menutup mata nanti? Aku ragu benarkah ku menikmati saat-saat jemari ini menari diatas keyboard, saat-saat ku dapati bukan pesan dari ku yang terpajang dijendelamu, sedang tak pernah ku tau siapa kalau bukan aku yang mengunjungimu. Aku bergerak Blog, beberapa tahun lagi masih samakah rasa ini akan dirimu. Dengan alasan apapun fase hidup harus ku jalani sesuai perintah-Nya, saat aku bukan lagi pribadi yang bebas, masih seperti inikah gaya menulisku? masih adakah teman yang terus membaca blog ini? masih adakah kenangan yang indah saat mengingat? sangupkah aku bercerita kegalauanku atau kepicikanku akan suka citaku? sanggupkah ... Mungkinkah...

Blog, ku menikmati setiap detik bicara denganmu. lebih dari bicara dengan siapapun. tanpa bantahan kau dengarkan aku yang terkadang berjam-jam lamanya. tanpa keberatan kau buka lembaran-lembaran yang berlalu yang sempat ku sisip dikepalamu untuk ku ingat kembali. 

Blog, percaya! dirimu bukan interface aku dan yang lainnya disana. dirimu adalah sesuatu. Sesuatu yang kuberi hak untuk mengabarkan apa saja yang dikepalaku pada setiap turis yang datang berkunjung. Aku berterimakasih padamu memberiku tempat. Berterimakasih pada kawanku yang mengenalkan aku padamu.
Berterimakasih pada yang Khalik, menitipkan kepala dan tangan yang cukup terampil. Takkan habis senyumku untuk hidup yang apapun adanya selalu menyisakan hal indah. Aku yang hanya berusaha memaknai indah setiaphal yang singgah dalam hidupku karena sungguh tak perna ada yang benar-benar tinggal. Aku yang berusaha mengasihi setiap hal yang ada apapun bentuknya wujud rasa bersyukurku. Hidup ku dan hidup lain begitu luar biasa, senang bisa berbagi banyak hal dengan mu

Blog, ku katakan padamu, akan ku usahakan tetap menulis memberimu kabar walau nanti hanya akan menjadi diari ku pribadi ku yakinkan akan tetap ku nikmati, apapun statusku nanti Aku terlanjur berbagi denganmu.menyayangimu dengan cara yang luar biasa. Jika kau temui spasi dalam hidupku, disanalah keberadaanmu.

Rabu, 14 Juli 2010

Bahkan dari mentari dan rembulan

Mentari..
Bukan hanya untukku Kau bersinar
Rembulan ..
Bukan cuma untukku Kau bercahaya

Saat ku disini atau ku tak disini
Saat dia disana atau mungkin tak disana
bahkan saat kusembunyikan diri dibalik dinding
Kalian ada

Pengetahuan yang berbekal pengalaman
Intuisi ini selalu tau kalau kalian ada
selalu

berubahkah kalian?
ah bodohnya aku
tentu kalian berubah

walau tak kasat mata
karena kalian setia dengan orbit

jenuhkah Kalian?

andai bis ia bicara dengan cara ku bicara
mungkin teriak bosan juga kalian

Tapi tidak atau yang ku tau tidak
kalian tak bersuara walau penuh gemuruh
kalian berusaha tenang dalam pengulangan

walau Aku dan yang lain menandaimu berulang
kalau satu diantar kalian akan muncul di ufuk timur
atau pertengahan bulan akan ada purnama

aku belajar sabar dari kalian
aku belajar memupuk semangat dari kalian
aku belajar untuk dibutuhkan dari kalian
aku belajar berbagi dari kalian
aku belajar untk tenang dari diamnya kalian

adanya kalian buatu melihat banyak warna
bahkan karena kalian aku bisa mengingatnya jelas





*aku yang tak mengerti hidup, mencari tau apa itu hidup 


Minggu, 04 Juli 2010

My Lesson -9-

Seminggu ini sungguh tidur tak begitu nyaman, bukan mengeluh. Toh malam ku memang lebih panjang untuk di pelototi. Dua hari sebelum selasa tidur memang tak terlalu nyenyak diatas jam 12 aku baru beranjak tidur, dan tak pernah benar-benar terlelap hingga pagi menjelang terjaga hingga 02.15an yang ku maklumi mungkin efek pikiran. Selasa dan Rabu tidur di bawah jam 12.00 dan tetap terjaga tetap dijam 02.15an kali ini karena mimpi ku berada dalam peluk seorang kawan. Dalam pikirku mungkin terbawa suasana karena siang tadi pandangi kursi kosong depan indomaret dekat masjid Bani Umar, Ku kembalikan tubuh ku merebah terbalik (seperti kebiasaanku yang biasanya sukses membuatku merasa nyaman) dengan pipi kanan sebagai alas tapi belum juga mampu memejamka mata yang ntajh kenapa, saat ngantuk menyergap mata ini mulai terpejam kembali, Aku merasa dia tepat didepanku berbaring miring menyanggah kepala dengan satu tangannya tersenyum renyah melihat ku mulai terpejam sedang tangan yang lain lembut menyibak rambut-rambut pendekku yang menutupi sebagian wajahku seolah ingin melihat wajah ku lebih lekat lalu sekali lagi aku terbelalak. Berpikir kok bisa ya? Ku tarik badan ku terduduk  ku gapai tombol power computer kamar ku, ku putar musik instrumental menikmati musik sambil duduk setengah berbaring antara tempat tidurku dan tempat tidur adikku. Sebentar tertidur dan sebentar lainnya terjaga. Begitu hingga benar-benar pagi. Kamis siang ntah mengapa melihat akun YM nya ada aku mengaktifkan jendala obrolan yang biasanya tak pernah kulakukan sebelum dia lakukan duluan, memberitahu kalau belakangan di jam 2.15an aku selalu terjaga. Obrola singkat terjalin. Lalu Ia kirim pesan lewat Hp menanyakan siapa saja yang ku beritahu akan hal itu. Dalam pikirku masih belum berubah, hmmm atau Ia merasa aneh aku memberi tahunya akan hal remeh itu atau tak seharusnya ku beritahu dia akan itu atau lebih dari itu atas apa yang terjadi pada ku. Ku coba tanykan “Kenapa?” tak mendapat respon, dan aku memilih untuk tidak mempersoalkannya. Mungkin memang tak seharusnya.

Kamis malam dengan susu coklat dingin ku usahakan diriku nyaman, kualih kan sebisa mungkin yang telah ada dikepalaku sebelumnya dengan memikirkan teman-teman SMU, tersenyum mengingat sudah banyak teman-teman yang menikah dan tak sedikit yang bersiap menyambut kehidupan baru dari generasi baru bahkan ada yang sudah ada yang dalam gendongan mereka  jadi geli sendiri membayangkan jika aku merespon A atau B mungkinkah aku disini minum susu coklat dingin sendiri dengan pikiran ini. Tapi ku tilik luar biasa banyak yang masih sibuk memikirkan karir, pendidikan dan pencarian ah masih punya rekan perjuangan juga rupanya diriku lalu beralih pada teman dekat ku yang sampai saat ini bertahan memperoleh restu dari orang tua untuk hubungannya, yang menurutnya “g dah mentok sama dia. Gak bisa berpindah kelain hati” yang seperti biasa ku sikapi dengan senyum hanya memberi masukan “Cinta, g Bantu doa selama lo bisa yakinin diri lo sendiri dia bisa bertanggungjawab atas diri lo dan keluarga lo kelak juga sebaliknya. Soalnya buat g hari ini bisa kita sikapi apa yang terjadi besok kita gak pernah tau sesederhana apapun wajar kok klo kita merencanakannya. Usahain pikirin yang bukan hanya baik buat lo tapi baik juga buat pasangan lo keluarga dan keluarganya dia. Ada sekarang ada besok” gak nemu apa yang sebenernya ku obrolin saat itu karena ku pikir aku akan melakukan hal itu ku ingat dia bilang ‘Makasih ya endang, Iya sih sejauh ini g cuma mikirin g aja, semua menurut g, (senyum) gak disangka bisa juga lo serius’. Sesantai apa sih Endang Puji Lestari dimata orang-orang. Disini saat ini mengingat itu  cengar-cengir sendiri, hidup harus punya kejutan pikirku menyikapi.

Berpikir kembali masih selalu tentang diri ku bukan orang lain, seharusnya satu dua hari ini sudah ada kabar dari temanku utuk menyelesaikan sangkutannya denganku, tapi belum ada kabar apa-apa. Kepikiran sebel, manusia-manusia klo butuh ngejarnya bener-bener tapi giliran kewajiban nanti-nanti. Sebenernya butuh gak butuh sih sama barangnya, tapi omongannya itu loh. Gak ada beda yang mencolok antara aku dan dirinya, seumuran, sama-sama bekerja, sama-sama perempuan, sama-sama punya tanggung jawab kalu beda  gaya hidup semua kepala juga beda kali gaya hidupnya. Ku Cuma mau di ngomong A atau B sebel mesti nunggu walau aku gak akan memilih buat tanya. Malam ini tidur dengan membawa semuanya. Walau terjaga tak sampai bengong

***
Sabtu 03 Juli 2010

Hari ini dingin, sangat. Tidur di depan TV sama keponakan gantengku terlelap begitu saja lewat dari jam 12.00 disaksikan pertandingan sepak bola Uruguay vs Ghana. Sampai mati karena settingan TV sleep, gak tau hasil akhirnya. Malam pertama tidur lelap tanpa gangguan, yang ntah karena akumulasi lelah atau rasa yang terangkat karena sudah bisa bicara dengan kawanku itu, walau hanya lewat dunia maya. Kalau mengingat caranya merespon ku pipi ini bisa tiba tiba panas kata teman kantorku “Kenapa ka puji kok pipinya merah?” kebiasaan yang belum hilang mau nangis muka nya merah, malu mukanya merah, kebanyakan ketawa mukanya merah, lebih merah kalau marah. Obrolan yg terjadi ringan sangat ringan mungkin sering dia lakukan dengan teman yang lain.

Sebelum tidur malam ini, ada telpon dari tobi. Disini kutanya “ada apa, Bi? Tumben malam-malam telpon” disana bilang “Mau bilang sayang Puji, bolehkan? mo cerita aja tadi abis interview di daerah cikupa di posisi Purchasing.. semoga keterima jadi kan gampang kalau mau ketemu puji sama yang lainnya” disini “ hahahaha makasih. Lancer dong interviewnya.klo semua lancar dan permintaan gajinya gak kelewatan sih pasti di panggil balik, Oh soal mo ketemu, temen-temen bilang mo ngadain arisan, ikut aja”. Obrolan-obrolan ringan yang gak lama.

Hei KAU yang diatas yang gak pernah gak ngeliatin aku, Terimakasih, kirimi aku begitu banyak rasa sayang dengan banyak cara yang tak semuanya dapat ku nalar. Rahasia-Mu adanya aku dan mereka.

***

Tak putus-putus yang ku pelajari, kenalan kerjaku melahirkan. Yang dulu karena cinta menyerahkan diri seutuhnya dan tak bisa berbalik karena akan menjadi aib lalu meninggalkan keyakinannya dan pberpaling pada keyakinan pasangannya yang ditentang oleh keluarganya tanpa mereka tau saudarinya ini sudah melewati pagar seharusnya dan saat ini menjalani hidup terasing dari keluarga dan sepertinya tidak memilii iktikad untuk memperbaiki hubungan hanya karena yang mayoritas belum mau membukan pintu terlebih dahulu. Dalam masa sulit pasca melahirkan juga direpotkan masalah mencari asisten rumah tangga.
Aneh ya, kok aku kurang menaruh iba ya mendengar kesulitannya. Ku beri tahu yang ada dikepala

  • Saat mengambil keputusan  berpindah keyakinan yang katanya karena cinta, tentunya dia sudah memikirkan dampak yang akan diterimanya
  • Saat dia memutuskan berumahtangga tentu sudah tergambar kesulitan-kesulitan yang akan diterima
  • Saat dia akan memiliki keturunan tentu harus sudah memiliki referensi hal apa yang harus atau tidak dilakukan sebagai orangtua


Karena saat mengambil keputusan itu mereka bukan anak-anak atau remaja yang masih labil tapi dua orang dewasa yang mengerti benar baik dan tidak untuk dirinya. Hanya karena kurangnya perencanaan dan persiapan terjebak kesulitan berbalik men-judge yang lain tidak memanusiakan dirinya, buatku kekanak-kanakan. Yang ku tau setiap tindakan punya konsekuensi. Baik dia berdua, mereka yng mayoritas atau aku, semua memiliki porsi masing-masing. Aku yang tak memiliki kapasitas bahkan hanya untuk sekedar menyumbang suara tak akan berusaha mencari celah satu sama lain, aku memilih dan belajar untuk tidak menorehkan tinta serupa pada buku kehidupanku.




* Sampai saat ini saat ada orang diluar keluarga yang mengatakan sayang, selalu menjadi sesuatu yang istimewa karena aku merasa tak melakukan sesuatu yang istimewa. Yang ku terima saat melihat dan mendengar semua ini, Hidup itu tak pernah bisa sendiri langsung atau tak langsung, Hidup itu ada kemarin, sekarang, besok dan ntah sampai kapan. Pembenaran “yang kita tanam adalah yang kita tuai”. Menjadi diri sendiri tak berarti meminta semua orang mengerti kita atau bahkan menjadi seperti kita.