- Iyakah itu mimpi atau memang rekaman di memori kepala? Aku sungguh tak mengerti. tak ada maksud apa pun. maaf jika ada kesamaan kejadian, tidak ada unsur kesengajaan, anggap hanya cerita fiktif
Apapun yg terlintas dibenak ...dalam Idiom, dalam Puisi, dalam cerpen yang dapat membuat merasa hidup. karena dapat berbagi...walau nyatanya memang untukku sendiri, hanya untukku sendiri
Jumat, 30 Juli 2010
Mimpi
Rabu, 28 Juli 2010
Potongan Kecil
Diwaktu yang berbeda dari semua itu, ku kenang-kenang yang telah ku lakukan. Tapi tetap sulit mengatakan yang ini nyata atau mimpi atau sebaliknya. Lalu apa maksudku juga mengais-ngais yang telah ku lewatkan. Pertanyaan itu pun sulit ku jawab, atau karena memang yanga ada dalam benakku ini hanya pertanyaan bukan jawaban? atau aku tak berani menjawab dan menghianati sisi lain hati ku? atau karena memang aku sungguh-sungguh tak tau apa-apa?
***
Bukan sekali-kali aku duduk beratap langit. Berbincang dengan sesuatu yang ada diketiadaannya. Apa maksud pembicaraanku mungkin Dia pun kurang mengerti, Aku lebih suka berputar melirik-lirik mood lawan bicaraku, dan menggali sedikit apa yang ada dikepalanya. Saat ku tau lawan bicaraku juga menyimpan sesuatu dan akan dikeluarkan karena caraku meminta atau sekedar menggugah, maka ku urungkan niatku memintanya mendengar. Begitu pula dengan-Nya, Kalau bukan sedang di atas sajadah aku tak ingin memaksa untuk mendengar keluh ku, ku buang semua ego, membuka mata, melihat lebih jauh betapa banyak masalah yang dibebankan pada pundak-Nya. Semua terekam oleh-Nya dari yang berbisik, terisak hingga meraung dan ku dengar suara itu jelas begitu jelas diantara yang lainnya. Aku malu, yang keluar dari mulutku hanya tuntutan-tuntutan dan tuntutan.
aku tersadarkan, apa yang telah ku lamunkan? Pikir ku, aku memang tak berguna.
+24
Jumat, 23 Juli 2010
Mungkinkah MAGNET?
Aku terkikik menilik bilik hidupku yang unik, tak seberapa luas apalagi buas yang selalu patut disyukuri walau sering tak puas. Terbahak untuk duka apalagi suka, Aku tak ragu banyak orang yang juga alami seperti yang ku alami.
Aku sering tertawa, bukan-bukan tertawa lepas hanya sesekali tergelitik oleh keadaan. Banyak kata “Kok Bisa? Atau Kok Bisa!”.
Aku jadi ingat statement seorang kawan, katanya “M A G N E T”. Tak berusaha menghubung-hubungkan, tapi setelah beberapa hal ku lewati lalu begitu saja ku teringat statement tersebut. Apa maksud dari kata itu? menari indah dikepalaku.
Aku hanya melakukan sesuatu yang menurutku sesuai dengan kapasitas ku, tak melebih-lebihkan. Kalau aku berlaku baik, hal itu bukan hanya karena ingin memberi sesuatu yang baik pada orang lain. Bukankah apa yang kita beri sesungguhnya adalah apa yang akan kita terima. Aku sadar akan hal itu dan lebih sadar kalau tidak ada manusia yang sempurna. Aku hanya manusia yang tidak ingin meletakkan diri diatas apalagi dibawah orang lain *selalu ada pengecualian kapasitas.
Walau sering juga ku berpikir normalkah yang ku pikirkan?
Semakin aku yakin, kalau hidup tak lepas dari cinta walau dengan persepsi cinta yang berbeda, cinta tetaplah cinta. Tak terpaku pada hanya hubungan dua insan berbeda kelamin. Lebih dari itu cinta adalah manusia, manusia adalah kita, yang berbeda hanya bentuk dan aroma.
Mengapa ku ingat semua itu karena ini:
***
Aku gadis kecil yang terbiasa hidup dalam aturan bunda yang lebih sering memberi contoh ketimbang bicara. Aku kecil yang selalu mendapat ganjaran senyum, peluk dan cium saat melakukan hal-hal baik dalam hal apapun prestasi akademik, sosial atau prilaku keseharian. Aku terbiasa bahkan kecanduan mendapatkan hal itu lagi dan lagi. Untuk yang satu ini ku rasa banyak anak kecil berlaku sama.
Sampai aku mengenal dunia luar sedikit demi sedikit, mengenal lebih dan lebih banyak pribadi. Hidup di lebih dari satu komunitas rumah, tapi di sekolah, di tempat TPA, di lingkungan rumah, dan berkembangan terus sesuai dengan tingkat usia dan pemahaman di tempat les, di organisasi sekolah, di organisasi luar sekolah. Layaknya pertemanan pada umumnya saat bertemu saling jabat tangan atau cium pipi kanan dan pipi kiri *semua yang kulakukan sesuai dengan koridor agama yang kuanut, ntah bagaimana caranya bunda tanamkan perbedaan yang baik antara laki-laki dan perempuan adalah bukan muhrim. Lebih dari itu pembimbing-pembimbingku acapkali menghujaniku dengan ciuman saat aku membuat mereka bangga, atau hanya karena aku membuat mereka terpesona. Yang membuatku terkadang harus mengusap-usap pipi tembemku karena tertinggal bekas lipstick. Terkadang heran lihat bunda membiarkan banyak orang menciumku, tapi sekarang mungkin ku pahami kalau saat itu aku begitu menggemaskan tubuh penuh tak terlalu gemuk tak bisa diam bukan nakal, pintar, yang mungkin mendatangkan kesenangan tertentu untuk sebagian orang. Aku mengingatnya sebagai satu perjlanan hidup, yang saat mengenang semua itu aku mampu berucap syukur, Jika mereka tak melakukan itu mungkinkah aku berusaha untuk menjadi lebih dan lebih baik lagi. Thanks God
Lalu saat aku mulai menapaki hidup dengan kaki-kaki ku yang dulu kecil. Yang mulai di serahkan tanggungjawab perlahan tapi pasti semakin berat *semua kembali lagi sesuai dengan usia. Aku yang dibekali pesan “yang diantaranya…hidup tidak pernah sendiri, harus berbagi apa yang nanti kamu punya sebagian adalah hak orang lain yang dititip lewat tanganmu”. Aku tak berusaha mengejar menjadi orang baik hanya menjalankan yang patut ku jalankan, karena ku pikir yang diminta begitu normal dan memang seharusnya maka kulakukan. Karena apa yang ku lakukan tak jarang juga aku tak dihujani ciuman, pernah juga ku rasa gerah berpikir sudahlah yang kulakukan bukan apa-apa ketimbang yang lain diluar
Adik kecilku, hahaha… salah sepertinya nyatanya dia memang lebih besar dari ku, tapi buat ku dia tetap adik kecilku yang manja. Dia suka cium pipi ku sangat, saat diamku saat terpejammataku. Keponakan-keponakan dan orang tuanya acap melakukan itu. Walau kadang memang aku yang membiasakan. Tapi tunggu, Ini kupikir Fit Back dari yang kulakukan.
Ketemu keluarga dikampung yang notabene tak pernah kujumpai, pipi tembemku yang dipilih untuk dicium. Yang kurasa ku tak elakukan apapun selain berlaku santun. Aku terbengong-bengong juga. Satu kejadian, bukti bahwa hidup ini memang lucu
Hal yang tak kalah mengejutkan, tanggal 20 Juli lalu istri bosku yang juga punya andil di perusahaan tempatku bekerja saat ini ulang tahun. Aku orang yang pelit untuk berbagi nomor HP bahkan ke atasanku sendiri, tiap kali ada moment formalitas untuk memberi ucapan pada banyak orang dalam lingkup kerja selalu kugunakan fasilitas kantor. Lewat telpon kantor ku ucapkan selamat ulang tahun, lalu menjelang sore Ia sengaja mampir ke kantor karena diminta *ada bingkisan kecil untuknya, tanpa komando semua bergerak berdiri menjabat tangannya dan tak habis heranku mengapa Ia memilih tuk mencium pipiku. Oh My God….
* dan seseorang yang tak bisa kuceritakan disini, karena ku pikir mungkin Ia ingin melupakannya. Masih terasa hangatnya.
Senin, 19 Juli 2010
Aku, Hati dan Logika
Aku punya anak 2 orang, memang bukan biologis dan tidak seberapa penuh perhatian. Tahun ini naik kelas dapat masuk peringkat 5 besar, jauh sebelum itu ku katakan padanya "Klo eseknya idan, bisa dapet rangking idan ajak ke Ocean Park" dengan lugu nya dia bilang "Ocean park itu apa, idan" senyum ku mengembang "kolam renang, tapi ada seluncur yang tinggi, yang belok-belok itu" terlihat tertarik lalu dia bilang "iya". Tapi karena masa liburannya dirumah pas tamu bulananku datang aku urung mengajaknya kesana. Ada rasa besalah yang tak bisa ku deskripsikan, ada ketakutan masih bisakah huangku ini besok terbayar. Mengapa tak ku segerakan, sampai saat ini belum juga ku lakukan. menurutku kesiapapun janji adalah janji, Ku katakan hal yang sama pada gadis sayangku tentang semua itu saat dia ingin memberi sesuatu pada anak-anak ku, yang dianggapnya angin lalu. Aku tak tau apa untungnya buat ku dengan berlaku seperti itu. Tapi aku selalu menunggu saat aku mendapat peluk dan cium serta gelak tawa teriring terimakasih, yang membuat ku larut juga dalam tawa dan melupakan kerisauan-kerisauan yang tak tau datang dari mana.
Beda kondisi saat ku datang keacara pentas seni budaya yang mayoritas pengunjungnya adalah masyarakat seni sebuah universitas dan pasar malam yang menyuguhkan permainan komedi putar yang sering digerakkan secara manual dengan tenaga manusia yang biasanya yang berkunjung adalah masyarakat ekonomi kebawah (ku rasa kita sama-sama mengerti seharusnya ada sedikit perbedaan pola pikir) tapi yang ku jumpai hal yang sama. Tapi tak ku mengerti seusai acara digelar selalu menyisakan hal sama yang namanya sampah, tergeletak disekitar area acara. Aku Bingung sungguh saat di datangi pasar malam di dekat rumah memang tak kujumpai tong sampah dan saat ku ku datangi pagelaran seni budaya tak kujumpai juga tongsampah diarea itu, sampai aku tertaik menyusuri jalan dari keraton sampai tugu muda yang memang benar adanya hanya beberapa sudut saja terdapat tong sampah. Aku berpikir siapa yang tidak serius sebenarnya menanggapi masalah sampah ini. Bukan kah selalu ada kata-kata bijak untuk menjaga kebersihan, ah apa semua itu hanya selogan semata Pribadi atau pemerintah yang salah. Saat kepala memanas, ini semua tentu salah pribadinya masing-masing, tapi seketika kemudian aku malah bersyukur ironis sikap tak bertanggung jawab itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. dari yang menggerutu luar biasa dan bisa terkikik sesaat setelahnya, terkadang menurutku luar biasa, sempat berpikir kurang kerjaan... hehehehe but it's me.
hal yang membuat ku miris minggu 18 juli lalu janji ketemu dengan teman-teman SMU, ku hubungi satu-satu dari mereka tanpa ada paksaan atau memohon "Besok ada waktu buat kumpul gak?" semua merespon baik mengiyakan. sampai malam saat chat dengan salah seorang teman dia katakan tidak bisa, hah... bukan masalah ketidak sanggupannya untuk hadir yang ku permasalahkan tapi pilihannya untuk tidak mengatakan sesuatu itu yang membuatku kecewa, berkaca dengan tuturnya, idealismenya tak pelak membuatku berang. sekejam kulupakan begitu saja, kupikir begitulah mungkin dirinya. Sampai paginya dikatakannya akan datang menyusul siang nanti, ku hargai niat baiknya berusaha memenuhi janjinya tapi sampai siang hari tak kunjung juga adanya, sampai ku kirim pesan dan dijawab dengan "Iya, g gak janji di sini mendung" Hah..shitt, benci ngebayangin wajah datar atau malah menyeringai saat mengirim sms itu padaku. Tak ku katakan yang ku pikir pada yang lain, ku rasa mereka berhak menilai lebih dari sekedar kacamataku, karena aku pun tak luput dari salah. Dua kepercayaan yang kutitip diperlakukan tak layak. aku memaki GIla!Gila!Gila! marah untuk sesuatu yang gak jelas membodohi diri mau membuat kesepakatan dengan pribadi macam itu, ku tarik nafas panjang lalu ku tertawai diriku, sudahlah berarti kamu harus lebih baik dari nya.... semangat
Lain lagi saat ku dapati diriku terpaku memandang langit berbulan atau hanya dengan segelas coklat panas, teh hangat, cha-cha bahkan choki-choki ^_^. Oh.. egoisnya diriku, menikmati semua ini tanpa berbagi. atau saat berjam-jam duduk menghadap layar komputer untuk OL, berterimakasih pada adik manisku yang biarkan aku gunakan modemnya secara gratis. Dapat menjumpai akun seorang kawan dalam keadaan "ada/OL", aku mampu tersenyum sendiri. seolah mendapat lebih dari sebuah pesan, ada ketenangan yang menyergap. yang tak tau mengapa, walau nyatanya hanya akunnya saja yang ku dapati, tak lebih. tak putus harap agar kawan ku itu terus-terus lebih baik, ku pastikan ku pun tak akan berhenti. Terkadang berpikir salahkah diri ini berlaku demikian, adakah seseorang disana pernah merasa dan lakukan ini semua, kamuflasekah jika kukatakan aku sayangi kawanku itu sampai detik ini, haruskah ku tutup hatiku untuk seseorang yang memberi indah pada hari-hari singkatku, layakkah ku hempas yang kurasa ke tongsampah layaknya barang usang.
normalkah diri ku? akupun tersenyum
saat selesai sampai kata ini, aku tertawa. aku tak tau harus berbagi pada siapa pikiranku yang menurut banyak orang remeh-temeh. setiap kalimat diatas hanya komunikasi hati dan logika ku, belajar gila atau memang sudah gila atau dalam proses penyembuhan. Semua hal yang telah dan sedang terjadi adalah sesuatu besar atau kecil tetap sesuatu. Dan aku ingin menjadi sesuatu entah dalam bentuk apapun.
Kamis, 15 Juli 2010
Bicara
Bicara baru berpikir, atau
Berpikir lalu bicara, atau malah
tak bicara apa lagi berpikir
hihihihi..
dikategori satukah anda?
heh, hanya seorang pecundang rupanya
Ouww, dikategori dua?
heh, bukan luar biasa
O..Ow dikategori tiga anda berdiri?
Miris!tak patut dikasihani
menjadi pecundang pun anda tak berani
* hanya yang cerdas yang mampu memencundangi dirisendiri
BLog
Rabu, 14 Juli 2010
Bahkan dari mentari dan rembulan
Minggu, 04 Juli 2010
My Lesson -9-
- Saat mengambil keputusan berpindah keyakinan yang katanya karena cinta, tentunya dia sudah memikirkan dampak yang akan diterimanya
- Saat dia memutuskan berumahtangga tentu sudah tergambar kesulitan-kesulitan yang akan diterima
- Saat dia akan memiliki keturunan tentu harus sudah memiliki referensi hal apa yang harus atau tidak dilakukan sebagai orangtua