Jumat, 23 Juli 2010

Mungkinkah MAGNET?

Aku terkikik menilik bilik hidupku yang unik, tak seberapa luas apalagi buas yang selalu patut disyukuri walau sering tak puas. Terbahak untuk duka apalagi suka, Aku tak ragu banyak orang yang juga alami seperti yang ku alami.

Aku sering tertawa, bukan-bukan tertawa lepas hanya sesekali tergelitik oleh keadaan. Banyak kata “Kok Bisa? Atau Kok Bisa!”.

Aku jadi ingat statement seorang kawan, katanya “M A G N E T”. Tak berusaha menghubung-hubungkan, tapi setelah beberapa hal ku lewati lalu begitu saja ku teringat statement tersebut. Apa maksud dari kata itu? menari indah dikepalaku.

Aku hanya melakukan sesuatu yang menurutku sesuai dengan kapasitas ku, tak melebih-lebihkan. Kalau aku berlaku baik, hal itu bukan hanya karena ingin memberi sesuatu yang baik pada orang lain. Bukankah apa yang kita beri sesungguhnya adalah apa yang akan kita terima. Aku sadar akan hal itu dan lebih sadar kalau tidak ada manusia yang sempurna. Aku hanya manusia yang tidak ingin meletakkan diri diatas apalagi dibawah orang lain *selalu ada pengecualian kapasitas.

Walau sering juga ku berpikir normalkah yang ku pikirkan?

Semakin aku yakin, kalau hidup tak lepas dari cinta walau dengan persepsi cinta yang berbeda, cinta tetaplah cinta. Tak terpaku pada hanya hubungan dua insan berbeda kelamin. Lebih dari itu cinta adalah manusia, manusia adalah kita, yang berbeda hanya bentuk dan aroma.

Mengapa ku ingat semua itu karena ini:

***

Aku gadis kecil yang terbiasa hidup dalam aturan bunda yang lebih sering memberi contoh ketimbang bicara. Aku kecil yang selalu mendapat ganjaran senyum, peluk dan cium saat melakukan hal-hal baik dalam hal apapun prestasi akademik, sosial atau prilaku keseharian. Aku terbiasa bahkan kecanduan mendapatkan hal itu lagi dan lagi. Untuk yang satu ini ku rasa banyak anak kecil berlaku sama.

Sampai aku mengenal dunia luar sedikit demi sedikit, mengenal lebih dan lebih banyak pribadi. Hidup di lebih dari satu komunitas rumah, tapi di sekolah, di tempat TPA, di lingkungan rumah, dan berkembangan terus sesuai dengan tingkat usia dan pemahaman di tempat les, di organisasi sekolah, di organisasi luar sekolah. Layaknya pertemanan pada umumnya saat bertemu saling jabat tangan atau cium pipi kanan dan pipi kiri *semua yang kulakukan sesuai dengan koridor agama yang kuanut, ntah bagaimana caranya bunda tanamkan perbedaan yang baik antara laki-laki dan perempuan adalah bukan muhrim. Lebih dari itu pembimbing-pembimbingku acapkali menghujaniku dengan ciuman saat aku membuat mereka bangga, atau hanya karena aku membuat mereka terpesona. Yang membuatku terkadang harus mengusap-usap pipi tembemku karena tertinggal bekas lipstick. Terkadang heran lihat bunda membiarkan banyak orang menciumku, tapi sekarang mungkin ku pahami kalau saat itu aku begitu menggemaskan tubuh penuh tak terlalu gemuk tak bisa diam bukan nakal, pintar, yang mungkin mendatangkan kesenangan tertentu untuk sebagian orang. Aku mengingatnya sebagai satu perjlanan hidup, yang saat mengenang semua itu aku mampu berucap syukur, Jika mereka tak melakukan itu mungkinkah aku berusaha untuk menjadi lebih dan lebih baik lagi. Thanks God

Lalu saat aku mulai menapaki hidup dengan kaki-kaki ku yang dulu kecil. Yang mulai di serahkan tanggungjawab perlahan tapi pasti semakin berat *semua kembali lagi sesuai dengan usia. Aku yang dibekali pesan “yang diantaranya…hidup tidak pernah sendiri, harus berbagi apa yang nanti kamu punya sebagian adalah hak orang lain yang dititip lewat tanganmu”. Aku tak berusaha mengejar menjadi orang baik hanya menjalankan yang patut ku jalankan, karena ku pikir yang diminta begitu normal dan memang seharusnya maka kulakukan. Karena apa yang ku lakukan tak jarang juga aku tak dihujani ciuman, pernah juga ku rasa gerah berpikir sudahlah yang kulakukan bukan apa-apa ketimbang yang lain diluar sana, tapi urung juga ku muntahkan. Melihat sorot mata yang begitu bahagia masih tegakah melakukan itu. Kamu tau apa yang aku lakukan ku berikan sedikit sekali dari apa yang ku miliki seperti umumnya manusia lain, untuk anak-anak yang lebih tidak seberuntung aku dulu yang kuberikan hanya untuk memberi semangat lalu mereka mencium tanganku dengan sopan kucegah mereka mencium pipiku *yang ini memang konyol, tak ingin juga ada sisa ingus menempel dipipiku . untuk orang yang lebih tua bahkan layak untuk dibilang renta biasanya referensi bunda, kadang aku suka mengajak yang lain bergabung hasil yang dikumpulkan jauh lebih baik ketimbang persentase yang ku berikan, walau memang jarang sekali ku temukan teman yang pada waktu yang sama ingin melakukan kegiatan yang sama. Aku suka mencium punggung tangannya seraya berharap Tuhan meridhoi setiap langkah hidupku. Tak sedikit dari mereka menarikku mendekat untuk mencium dan memberi banyak doa agar aku selalu dam lindungan-Nya. Kadang agak malas juga menerima hal itu yang terkadang ku pikir mungkin hanya basa-basi, belakangan jadi sering cuma titip minta tolong bunda buat memberi. Lebih dari itu aku dapat senyum Bunda. Love my Mom, so much!

Adik kecilku, hahaha… salah sepertinya nyatanya dia memang lebih besar dari ku, tapi buat ku dia tetap adik kecilku yang manja. Dia suka cium pipi ku sangat, saat diamku saat terpejammataku. Keponakan-keponakan dan orang tuanya acap melakukan itu. Walau kadang memang aku yang membiasakan. Tapi tunggu, Ini kupikir Fit Back dari yang kulakukan.

Ketemu keluarga dikampung yang notabene tak pernah kujumpai, pipi tembemku yang dipilih untuk dicium. Yang kurasa ku tak elakukan apapun selain berlaku santun. Aku terbengong-bengong juga. Satu kejadian, bukti bahwa hidup ini memang lucu

Hal yang tak kalah mengejutkan, tanggal 20 Juli lalu istri bosku yang juga punya andil di perusahaan tempatku bekerja saat ini ulang tahun. Aku orang yang pelit untuk berbagi nomor HP bahkan ke atasanku sendiri, tiap kali ada moment formalitas untuk memberi ucapan pada banyak orang dalam lingkup kerja selalu kugunakan fasilitas kantor. Lewat telpon kantor ku ucapkan selamat ulang tahun, lalu menjelang sore Ia sengaja mampir ke kantor karena diminta *ada bingkisan kecil untuknya, tanpa komando semua bergerak berdiri menjabat tangannya dan tak habis heranku mengapa Ia memilih tuk mencium pipiku. Oh My God…. Ada apa dengan diriku atau ada apa dengan pipiku ? hahahahahahahahaha….

* dan seseorang yang tak bisa kuceritakan disini, karena ku pikir mungkin Ia ingin melupakannya. Masih terasa hangatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan