Senin, 19 Juli 2010

Aku, Hati dan Logika

Saat ini duduk di belakang meja kerja dikantor, Aku bingung. Iya aku bingung, seperti ada yang hilang atau memang sungguh tak pernah ada. Aku berpikir terbuat dari apa hati ku ini, mengapa bisa seperti ini. Sungguh apa yang sudah ketelan, aku tak pahami. Tak banyak asam atau garam yang aku telan, tapi seolah semua hal mengalir sederhana. lagi-lagi Tapi...

Aku punya anak 2 orang, memang bukan biologis dan tidak seberapa penuh perhatian. Tahun ini naik kelas dapat masuk peringkat 5 besar, jauh sebelum itu ku katakan padanya "Klo eseknya idan, bisa dapet rangking idan ajak ke Ocean Park" dengan lugu nya dia bilang "Ocean park itu apa, idan" senyum ku mengembang "kolam renang, tapi ada seluncur yang tinggi, yang belok-belok itu" terlihat tertarik lalu dia bilang "iya". Tapi karena masa liburannya dirumah pas tamu bulananku datang aku urung mengajaknya kesana. Ada rasa besalah yang tak bisa ku deskripsikan, ada ketakutan masih bisakah huangku ini besok terbayar. Mengapa tak ku segerakan, sampai saat ini belum juga ku lakukan. menurutku kesiapapun janji adalah janji, Ku katakan hal yang sama pada gadis sayangku tentang semua itu saat dia ingin memberi sesuatu pada anak-anak ku, yang dianggapnya angin lalu. Aku tak tau apa untungnya buat ku dengan berlaku seperti itu. Tapi aku selalu menunggu saat aku mendapat peluk dan cium serta gelak tawa teriring terimakasih, yang membuat ku larut juga dalam tawa dan melupakan kerisauan-kerisauan yang tak tau datang dari mana.

Beda kondisi saat ku datang keacara pentas seni budaya yang mayoritas pengunjungnya adalah masyarakat seni sebuah universitas dan pasar malam yang menyuguhkan permainan komedi putar yang sering digerakkan secara manual dengan tenaga manusia yang biasanya yang berkunjung adalah masyarakat ekonomi kebawah (ku rasa kita sama-sama mengerti seharusnya ada sedikit perbedaan pola pikir) tapi yang ku jumpai hal yang sama. Tapi tak ku mengerti seusai acara digelar selalu menyisakan hal sama yang namanya sampah, tergeletak disekitar area acara. Aku Bingung sungguh saat di datangi pasar malam di dekat rumah memang tak kujumpai tong sampah dan saat ku ku datangi pagelaran seni budaya tak kujumpai juga tongsampah diarea itu, sampai aku tertaik menyusuri jalan dari keraton sampai tugu muda yang memang benar adanya hanya beberapa sudut saja terdapat tong sampah. Aku berpikir siapa yang tidak serius sebenarnya menanggapi masalah sampah ini. Bukan kah selalu ada kata-kata bijak untuk menjaga kebersihan, ah apa semua itu hanya selogan semata Pribadi atau pemerintah yang salah. Saat kepala memanas, ini semua tentu salah pribadinya masing-masing, tapi seketika kemudian aku malah bersyukur ironis sikap tak bertanggung jawab itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. dari yang menggerutu luar biasa dan bisa terkikik sesaat setelahnya, terkadang menurutku luar biasa, sempat berpikir kurang kerjaan... hehehehe but it's me.

hal yang membuat ku miris minggu 18 juli lalu janji ketemu dengan teman-teman SMU, ku hubungi satu-satu dari mereka tanpa ada paksaan atau memohon "Besok ada waktu buat kumpul gak?" semua merespon baik mengiyakan. sampai malam saat chat dengan salah seorang teman dia katakan tidak bisa, hah... bukan masalah ketidak sanggupannya untuk hadir yang ku permasalahkan tapi pilihannya untuk tidak mengatakan sesuatu itu yang membuatku kecewa, berkaca dengan tuturnya, idealismenya tak pelak membuatku berang. sekejam kulupakan begitu saja, kupikir begitulah mungkin dirinya. Sampai paginya dikatakannya akan datang menyusul siang nanti, ku hargai niat baiknya berusaha memenuhi janjinya tapi sampai siang hari tak kunjung juga adanya, sampai ku kirim pesan dan dijawab dengan "Iya, g gak janji di sini mendung" Hah..shitt, benci ngebayangin wajah datar atau malah menyeringai saat mengirim sms itu padaku. Tak ku katakan yang ku pikir pada yang lain, ku rasa mereka berhak menilai lebih dari sekedar kacamataku, karena aku pun tak luput dari salah. Dua kepercayaan yang kutitip diperlakukan tak layak. aku memaki GIla!Gila!Gila! marah untuk sesuatu yang gak jelas membodohi diri mau membuat kesepakatan dengan pribadi macam itu, ku tarik nafas panjang lalu ku tertawai diriku, sudahlah berarti kamu harus lebih baik dari nya.... semangat

Lain lagi saat ku dapati diriku terpaku memandang langit berbulan atau hanya dengan segelas coklat panas, teh hangat, cha-cha bahkan choki-choki ^_^. Oh.. egoisnya diriku, menikmati semua ini tanpa berbagi. atau saat berjam-jam duduk menghadap layar komputer untuk OL, berterimakasih pada adik manisku yang biarkan aku gunakan modemnya secara gratis. Dapat menjumpai akun seorang kawan dalam keadaan "ada/OL", aku mampu tersenyum sendiri. seolah mendapat lebih dari sebuah pesan, ada ketenangan yang menyergap. yang tak tau mengapa, walau nyatanya hanya akunnya saja yang ku dapati, tak lebih. tak putus harap agar kawan ku itu terus-terus lebih baik, ku pastikan ku pun tak akan berhenti. Terkadang berpikir salahkah diri ini berlaku demikian, adakah seseorang disana pernah merasa dan lakukan ini semua, kamuflasekah jika kukatakan aku sayangi kawanku itu sampai detik ini, haruskah ku tutup hatiku untuk seseorang yang memberi indah pada hari-hari singkatku, layakkah ku hempas yang kurasa ke tongsampah layaknya barang usang.

normalkah diri ku? akupun tersenyum

saat selesai sampai kata ini, aku tertawa. aku tak tau harus berbagi pada siapa pikiranku yang menurut banyak orang remeh-temeh. setiap kalimat diatas hanya komunikasi hati dan logika ku, belajar gila atau memang sudah gila atau dalam proses penyembuhan. Semua hal yang telah dan sedang terjadi adalah sesuatu besar atau kecil tetap sesuatu. Dan aku ingin menjadi sesuatu entah dalam bentuk apapun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan