Seminggu ini sungguh tidur tak begitu nyaman, bukan mengeluh. Toh malam ku memang lebih panjang untuk di pelototi. Dua hari sebelum selasa tidur memang tak terlalu nyenyak diatas jam 12 aku baru beranjak tidur, dan tak pernah benar-benar terlelap hingga pagi menjelang terjaga hingga 02.15an yang ku maklumi mungkin efek pikiran. Selasa dan Rabu tidur di bawah jam 12.00 dan tetap terjaga tetap dijam 02.15an kali ini karena mimpi ku berada dalam peluk seorang kawan. Dalam pikirku mungkin terbawa suasana karena siang tadi pandangi kursi kosong depan indomaret dekat masjid Bani Umar, Ku kembalikan tubuh ku merebah terbalik (seperti kebiasaanku yang biasanya sukses membuatku merasa nyaman) dengan pipi kanan sebagai alas tapi belum juga mampu memejamka mata yang ntajh kenapa, saat ngantuk menyergap mata ini mulai terpejam kembali, Aku merasa dia tepat didepanku berbaring miring menyanggah kepala dengan satu tangannya tersenyum renyah melihat ku mulai terpejam sedang tangan yang lain lembut menyibak rambut-rambut pendekku yang menutupi sebagian wajahku seolah ingin melihat wajah ku lebih lekat lalu sekali lagi aku terbelalak. Berpikir kok bisa ya? Ku tarik badan ku terduduk ku gapai tombol power computer kamar ku, ku putar musik instrumental menikmati musik sambil duduk setengah berbaring antara tempat tidurku dan tempat tidur adikku. Sebentar tertidur dan sebentar lainnya terjaga. Begitu hingga benar-benar pagi. Kamis siang ntah mengapa melihat akun YM nya ada aku mengaktifkan jendala obrolan yang biasanya tak pernah kulakukan sebelum dia lakukan duluan, memberitahu kalau belakangan di jam 2.15an aku selalu terjaga. Obrola singkat terjalin. Lalu Ia kirim pesan lewat Hp menanyakan siapa saja yang ku beritahu akan hal itu. Dalam pikirku masih belum berubah, hmmm atau Ia merasa aneh aku memberi tahunya akan hal remeh itu atau tak seharusnya ku beritahu dia akan itu atau lebih dari itu atas apa yang terjadi pada ku. Ku coba tanykan “Kenapa?” tak mendapat respon, dan aku memilih untuk tidak mempersoalkannya. Mungkin memang tak seharusnya.
Kamis malam dengan susu coklat dingin ku usahakan diriku nyaman, kualih kan sebisa mungkin yang telah ada dikepalaku sebelumnya dengan memikirkan teman-teman SMU, tersenyum mengingat sudah banyak teman-teman yang menikah dan tak sedikit yang bersiap menyambut kehidupan baru dari generasi baru bahkan ada yang sudah ada yang dalam gendongan mereka jadi geli sendiri membayangkan jika aku merespon A atau B mungkinkah aku disini minum susu coklat dingin sendiri dengan pikiran ini. Tapi ku tilik luar biasa banyak yang masih sibuk memikirkan karir, pendidikan dan pencarian ah masih punya rekan perjuangan juga rupanya diriku lalu beralih pada teman dekat ku yang sampai saat ini bertahan memperoleh restu dari orang tua untuk hubungannya, yang menurutnya “g dah mentok sama dia. Gak bisa berpindah kelain hati” yang seperti biasa ku sikapi dengan senyum hanya memberi masukan “Cinta, g Bantu doa selama lo bisa yakinin diri lo sendiri dia bisa bertanggungjawab atas diri lo dan keluarga lo kelak juga sebaliknya. Soalnya buat g hari ini bisa kita sikapi apa yang terjadi besok kita gak pernah tau sesederhana apapun wajar kok klo kita merencanakannya. Usahain pikirin yang bukan hanya baik buat lo tapi baik juga buat pasangan lo keluarga dan keluarganya dia. Ada sekarang ada besok” gak nemu apa yang sebenernya ku obrolin saat itu karena ku pikir aku akan melakukan hal itu ku ingat dia bilang ‘Makasih ya endang, Iya sih sejauh ini g cuma mikirin g aja, semua menurut g, (senyum) gak disangka bisa juga lo serius’. Sesantai apa sih Endang Puji Lestari dimata orang-orang. Disini saat ini mengingat itu cengar-cengir sendiri, hidup harus punya kejutan pikirku menyikapi.
Berpikir kembali masih selalu tentang diri ku bukan orang lain, seharusnya satu dua hari ini sudah ada kabar dari temanku utuk menyelesaikan sangkutannya denganku, tapi belum ada kabar apa-apa. Kepikiran sebel, manusia-manusia klo butuh ngejarnya bener-bener tapi giliran kewajiban nanti-nanti. Sebenernya butuh gak butuh sih sama barangnya, tapi omongannya itu loh. Gak ada beda yang mencolok antara aku dan dirinya, seumuran, sama-sama bekerja, sama-sama perempuan, sama-sama punya tanggung jawab kalu beda gaya hidup semua kepala juga beda kali gaya hidupnya. Ku Cuma mau di ngomong A atau B sebel mesti nunggu walau aku gak akan memilih buat tanya. Malam ini tidur dengan membawa semuanya. Walau terjaga tak sampai bengong
***
Sabtu 03 Juli 2010
Hari ini dingin, sangat. Tidur di depan TV sama keponakan gantengku terlelap begitu saja lewat dari jam 12.00 disaksikan pertandingan sepak bola Uruguay vs Ghana . Sampai mati karena settingan TV sleep, gak tau hasil akhirnya. Malam pertama tidur lelap tanpa gangguan, yang ntah karena akumulasi lelah atau rasa yang terangkat karena sudah bisa bicara dengan kawanku itu, walau hanya lewat dunia maya. Kalau mengingat caranya merespon ku pipi ini bisa tiba tiba panas kata teman kantorku “Kenapa ka puji kok pipinya merah?” kebiasaan yang belum hilang mau nangis muka nya merah, malu mukanya merah, kebanyakan ketawa mukanya merah, lebih merah kalau marah. Obrolan yg terjadi ringan sangat ringan mungkin sering dia lakukan dengan teman yang lain.
Sebelum tidur malam ini, ada telpon dari tobi. Disini kutanya “ada apa, Bi? Tumben malam-malam telpon” disana bilang “Mau bilang sayang Puji, bolehkan? mo cerita aja tadi abis interview di daerah cikupa di posisi Purchasing.. semoga keterima jadi kan gampang kalau mau ketemu puji sama yang lainnya” disini “ hahahaha makasih. Lancer dong interviewnya.klo semua lancar dan permintaan gajinya gak kelewatan sih pasti di panggil balik, Oh soal mo ketemu, temen-temen bilang mo ngadain arisan, ikut aja”. Obrolan-obrolan ringan yang gak lama.
Hei KAU yang diatas yang gak pernah gak ngeliatin aku, Terimakasih, kirimi aku begitu banyak rasa sayang dengan banyak cara yang tak semuanya dapat ku nalar. Rahasia-Mu adanya aku dan mereka.
***
Tak putus-putus yang ku pelajari, kenalan kerjaku melahirkan. Yang dulu karena cinta menyerahkan diri seutuhnya dan tak bisa berbalik karena akan menjadi aib lalu meninggalkan keyakinannya dan pberpaling pada keyakinan pasangannya yang ditentang oleh keluarganya tanpa mereka tau saudarinya ini sudah melewati pagar seharusnya dan saat ini menjalani hidup terasing dari keluarga dan sepertinya tidak memilii iktikad untuk memperbaiki hubungan hanya karena yang mayoritas belum mau membukan pintu terlebih dahulu. Dalam masa sulit pasca melahirkan juga direpotkan masalah mencari asisten rumah tangga.
Aneh ya, kok aku kurang menaruh iba ya mendengar kesulitannya. Ku beri tahu yang ada dikepala
- Saat mengambil keputusan berpindah keyakinan yang katanya karena cinta, tentunya dia sudah memikirkan dampak yang akan diterimanya
- Saat dia memutuskan berumahtangga tentu sudah tergambar kesulitan-kesulitan yang akan diterima
- Saat dia akan memiliki keturunan tentu harus sudah memiliki referensi hal apa yang harus atau tidak dilakukan sebagai orangtua
Karena saat mengambil keputusan itu mereka bukan anak-anak atau remaja yang masih labil tapi dua orang dewasa yang mengerti benar baik dan tidak untuk dirinya. Hanya karena kurangnya perencanaan dan persiapan terjebak kesulitan berbalik men-judge yang lain tidak memanusiakan dirinya, buatku kekanak-kanakan. Yang ku tau setiap tindakan punya konsekuensi. Baik dia berdua, mereka yng mayoritas atau aku, semua memiliki porsi masing-masing. Aku yang tak memiliki kapasitas bahkan hanya untuk sekedar menyumbang suara tak akan berusaha mencari celah satu sama lain, aku memilih dan belajar untuk tidak menorehkan tinta serupa pada buku kehidupanku.
* Sampai saat ini saat ada orang diluar keluarga yang mengatakan sayang, selalu menjadi sesuatu yang istimewa karena aku merasa tak melakukan sesuatu yang istimewa. Yang ku terima saat melihat dan mendengar semua ini, Hidup itu tak pernah bisa sendiri langsung atau tak langsung, Hidup itu ada kemarin, sekarang, besok dan ntah sampai kapan. Pembenaran “yang kita tanam adalah yang kita tuai”. Menjadi diri sendiri tak berarti meminta semua orang mengerti kita atau bahkan menjadi seperti kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda Pikirkan