Selasa, 08 Juni 2010

Call Him "J" (the end)

Bunga memang selalu misterius bahkan dirinya sendiri sadar akan hal itu. dalam situasi yang sama dengan masalah yang serupa di waktu yang berbeda selalu terjadi penyelesaian yang berbeda.

Di duduknya saat berkomunikasi dengan Empunya, tah berapa banyak air mata yang bisa keluar bukan hanya saat meratap mohon ampunan dan perlindungan sering juga saat ingat kesalahan yang seharus bisa tak terjadi andai dilakukan langsung tanpa pertimbangan a atau b. atau saat sebelum ini Ia mampu berkata kasar pada yang lain tanpa kontrol, saat yang dia bisa hanya bicara bukan bertindak atau sekedar melepas penatnya pada semua yang terjadi. Saat diamnya dikeramaian diam-diam juga ia tetap berkomunikasi dengan-Nya terkadang gumam pun keluar (yang selalu dikomentari aneh oleh yang lain).

Dibersamanya dengan yang lain ntah berapa banyak ungkapan sinis yang terlontar menyikapi pikir, laku atau tutur yang lain. ntah berapa banyak gelak tawa yang terurai terbawa suasana ceria membat lelucon yang terkadang gak masuk akal atau sekedar menjadi bahan lelucon. ntah berapa banyak senyum yang terlempar bahkan saat seorang kawan menangis dalam dekap "Lo mau cerita ? g denger, Lo mau nangis? lo boleh pinjam bahu g" atau hanya karena melihat seekor kucing garuk-garuk.

Banyak diantara memberi label Sombong, Bunga peduli tapi sungguh tak terbeban dengan label tersebut. Buatnya tak akan ada sayang kala tak mengenal, biar jika itu yang dipikir. tak ada yang merugi dengan label tersebut. walau kadang pernah juga Ia ingin tesedu di depan yang lain, berbagi cerita sedih tapi tak pernah tau harus dimulai dari mana atau terkadang berpikir semua yang Ia lewat wajar yang lain tentu pernah juga rasakan ini. Lalu .. Boomm sudah tak ada air mata yang tergambar hanya cuek, cengengesan, pemarah. tak pernah benar-benar menjadi bagian dari sesuatu.

Mungkin sama halnya dengan kebersamaan Bunga dengan "J" yang terkesan ada dan tiada, tak bisa dikatakan ada karena banyak ke tiadaan tapi juga sulit dikatakan tiada karena sungguh terasa. mungkin ini juga dirasa "J".

Berbincang dengan "J" dari hal sepele selalu menarik, melihat gerak atau mimiknya wajahnya saat tersenyum atau saat meghela nafas kesal terlihat lucu bahkan bisa membuat bunga tersenyum. walau tak pernah mengerti bunga, selalu semanis inikah "J" berlaku atau akan selalu semanis ini kah "J" berlaku. setiap bicara dengan "J" semakin juga bunga mengenalnya dan selalu saja bunga temukan sesuatu yang lain dari dirinya sendiri.

Saat kali pertama "J" komentari sikap bunga yang bertolak belakang dengannya kala berada dalam lingkungan pergaulan. Bunga yang di bilang memilih tertutup sedang "J" memilih terbuka, keduanya mengalir dalam idealisme masing-masing, keterbukaan "J" menjadi sesatu yang menarik seolah menemukan bagian tubuh yang terpenggal waktu.

Saat berbincang keberadaan-Nya dan cara mereka mengakui ada-Nya. perdebatan mereka yang jika didengar yang lain kurang penting. tapi dari sini bunga mendapati "J" sebagai telinga bahkan buku yang siap dicorat-coret tanpa edit malah banyak penambahan. seru menurut bunga.

saat hanya dengan tatapan "J", bunga dapat menyanggupi permintaannya. yang tak pernah terjadi pada orang lain sebelumnya. yang ingin di kepala bunga adalah perintah untuk semua organ tubuhnya.

Saat mendengar sisi nakal "J" dari seorang kawan sebelum mengenal "J", mind set bunga untuk tak jauh mendekat terbentuk, tapi seiring waktu warning itu pun berlalu dari kepala bunga. Jadi ingat rest area, duduk berbincang dengan "J" diceritakannya keintiman-keintiman yang terjadi dengan kawan dekat nya sebelum ini. memang tak serta merta cerita, tapi bunga tak ingat dari mana awalnya. shock mendengar semua cerita "J" , pembenaran warning teman yang tadi. Dengan ini pun tak bisa lebih menjauh, mungkinkah "J" berbahaya sedang saat bersama nya bunga merasa nyaman. kali ini logika bunga mengalah, mengalah rasanya kurang pas untuk sosok bunga. Logika bunga kali ini kalah telak, ntah yakin dari mana bunga rasa "J" tak akan melakukan apapun padanya.

mendengar, berbisik, mengecap, membaui mungkin wajar saat kau datangi satu dan lain tempat. Tak begitu dengan bunga, belum ada tempat yang mengusik. diakui bunga setiap inc tubuhnya, pikirnya, lakunya, tuturnya menghipnotis.

terjadi sesuatu, bunga sungguh sayang pada sosoknya. ntah sama atau tidak yang "J" rasa. Dan sungguh menjadi sesuatu yang menyakitkan saat bukan sosok sepertinya yang separuh hidup bunga inginkan untuk mendampingi bunga. Jika tak banyak yang mereka berikan untuk bunga ingin rasanya bunga membantah, tapi tidak mereka memberikan banyak bahkan terlalu banyak untuk diuraikan satu-satu. dan yang mereka katakan penuh kewajaran yang tak dapat bunga bantah hanya karena keinginan yang mungkin sesaat.

Harus memilih yang ada dikepala bunga, karena tak punya dasar selain suka dan sayang untuk dijadikan pembelaan, yang hanya akan menjadi bulan-bulanan tak kunjung usai. terlebih tak mungkin meminta seorang asing tiba-tiba mengerti kondisi bunga, dengan merubah banyak hal yang selama ini sudah dijalaninya.

Bunga terluka? Iya. tapi ini egonya, ego yang tak terdefinisi oleh banyak orang bahkan dengan kepala kecilnya. Bunga menyemangati diri, "J" pasti bisa melupakannya dengan mudah bukankah banyak hati yang keluar masuk dalam hidupnya, bukankah "J" selalu menemukan jalannya dikuatkan hatinya jika yang telah berbagi banyak hal mampu dilupakannya dan memulai yang baru dengan yang lain bahkan yang lebih apalagi bunga yang belum siapa-siapa. dan kalau "J" bisa waktu juga akan membantu bunga meletakan "J" dalam ruang yang tepat dalam hatinya.

Banyak warna, banyak kesan di waktu yang terasa sangat singkat, seperti Zahir hadirnya dihidup Bunga.

Diantara keputusannya Bunga masih nakal mengusik hidup "J" bahkan sampai saat ini dan entah sampai kapan atau akan berakhir seperti apa. Semua masih rahasia-Nya



*sayang sangat pada sosok"J"

1 komentar:

Apa yang Anda Pikirkan