Senin, 31 Mei 2010

Gak pantas

Sabtu malam mendengar pembatalan dari teman sekolah dulu karena salah satu ada keperluan lain yang gak mungkin dibatalkan (kakaknya nikah). Seperti biasa semua hal yang direncanakan tak selalu mendapat hasil seperti yang diharapkan. Semalaman menimbang-nimbang untuk datang ke acara syukuran temen kampus yang nikah tanggal 9 Mei di Palembang. Oby tanya dari hari jumat, menawarkan untuk bisa bareng kalau mau kesana dan belum diberi jawaban.

Pikiran Nakal terkadang menghias ruang pikirku berharap seseorang yang lain minta aku datang sama-sama dia. Padahal aku sendiri belum tau bisa dating atau gak.

Minggu pagi, jalan sama bunda di jalan graha kepikir buat terima ajakan Oby. “Kenapa gak datang? Gak ada rencana kemana juga, kan banyak bonus nya. Bisa ketemu temen-temen yang lain. Bisa lihat dia” Hahahaha… Bo’ong deh. Padahal Cuma ngarep bisa liat wajahnya.

Dua kali ketemu gak bisa Peluk gak bisa cium. Padahal Logika dah maki-maki hasrat kalau itu semua gak boleh, Sukses sih nahan diri

Huaaaa… dua malam juga tidur pagi. Jauh lebih pagi dari biasanya

Indahnya hidup, rasa ini begitu luar biasa. Trimakasih Tuhan, Kau baik padaku.

Yang sayang kamu sangat

Ingin sayang kamu karena Dia



* ga seharusnya ku post catatan ini

"J" speaking

Kawan..Kau membangunkan ku lebih cepat pagi ini,padahal belum lama ku rasakan mata ini terpejam. Baiklah Kawan tak akan ku masalah kan kali ini,mari sama-sama Kita Nikmati. Ku buatkan teh dan mari kita berbincang sedikit kawan.
Sebelum Kita mulai bercerita,akan ku beritahu Kau sedikit. Kawan...Kau tahu kenapa tak ku berteriak saat kau bangunkan ku tadi? karena aku punya 1 cerita dan akan ku beritahu Kau kali ini. Kau nikmati teh nya dan kita nyalakan rokoknya dan Kau harus dengarkan cerita ku ini,ceritanya seperti ini...

Hmm..kali ini akan ku ceritakan saat aku berada di sebuah taman. Ini taman yang indah,walau ku sulit mendeskripsikan nya secara detail,tapi bisa ku katakan ini taman yang indah atau bahkan yang paling indah dari taman-taman yang pernah aku kunjungi. Kau mungkin bertanya kenapa aku bisa bicara seperti itu,ok..begini Kawan,mungkin sama dengan taman yang lain tapi ini indah nya bukan dari apa yang pernah aku lakukan atau moment-moment yang pernah aku alami didalam nya,namun dari apa yang diri ku pribadi pernah rasakan,mengecapnya,memahaminya,merasakan keberadaan nya dalam diri ku. Sulit buat ku mengungkapkan nya pada Mu,namun ku tau Kau mampu merasakannya. Tak banyak sebenarnya hal yang kulakukan disana,hal-hal standart dan sama dengan yang lainnya saat kita berada disebuah taman. Seperti membaca buku,mendengarkan musik,mendengarkan suara-suara,melihat air mancur yang berada disana,atau sekedar menghabiskan waktu disana. Namun tak pelak dan tak dapat ku mengelak aku menginkannya,merindu nya,memberanikan diri untuk tetap berada disana. Banyak yang ditawarkan dan tak pernah kutemui sebelumnya. Kebersahajaannya,keangkuhannya melihat kehidupan,realita yang diperlihatkan dan pastinya keindahan rupanya.
Dari beberapa yang ku ceritakn pada Mu banyak hal,banyak sisi yang sulit ku pahami,sulit ku cerna saat aku berada disana. Dan sebagai Kawan aku pun akan ku ceritakan pada Mu
- saat dia membuka diri untuk mengenal ku
- memperkenalkan seorang dalam hidupnya dengan sebutan "kakak"
- memperkenalkan ku dengan orang-orang di taman hidup nya
- caranya menempatkan diri ku
- keputusannya memilih tempat menuntut ilmunya
- memperlakukan ku
- caranya bekomunikasi,walau dikatakannya "komunikasi kan ga harus verbal"
- saat beri uang pada keponakanna mengatasnamakan diri ku
- memberi uang pada ku lalu disuruhnya menyerahkan pada Bunda nya saat beli makanan
- menempatkan ku di kawan lainnya
- celoteh dan pernyataan singkat yang terucap
- caranya menilai sesuatu dan kesimpulannya
- alasan-alasannya yang kupikir hanya untuk bermain aman
- sikap nya
- dan semua yang terjadi akhir-akhir ini
Namun itu lah sosok nya dan aku masih disini ingin melihatnya,munyentuhnya. Kawaaaan..tak banyak lagi yang bisa kuceritakan,ku hanya berharap Kau dan waktu tetap menemaniku hingga aku benar-benar mengerti


Aku lelah dan benar-benar mengantuk kali ini,jangan Kau gangga dan biarkan aku bangun dengan sendirinya. Terima kasih untuk waktu Mu..

Sabtu, 29 Mei 2010

Call Him "J" (Chapter 6)

Tukar pikiran yang aneh, lewat sms atau telpon berjam-jam. Bunga suka pribadinya yang lepas. Dia, iya dia “J” mengajak bunga bertemu di Soerabi Qita di pasar lama Tangerang tempat yang sederhana makanan yang sederhana, berpakaian sederhana dengan pikiran sederhana nak jumpa kawan baru. Berpikir bisakah Bunga bicara selancar apa yang dibicarakannya di telpon, mengingat pribadinya yang cenderung tertutup dan tak berapa lama Ia mengenal “J”. Bicaranya apa adanya.

***

Sabtu sore kelas bubar lebih awal, naik angkot sendiri terpikir buat makan bakso tapi ajak siapa? Semua kawan bunga tau kesibukannya masing-masing. Kenapa tak undang kawan baru ku sekalian bayar utang ucapan. Di Bakso Raja Metropolis town square, berbincang ada desir yang tak terdefinisi oleh bunga saat itu. Banyak keragu-raguan saaat itu, sangat labil. Ditawarkannya untuk mengantar Bunga pulang, Tapi ditolak bunga, bukan karena tak mau tapi ingin membatasi kedekatan.

Mendengar Komentar Bunda saat kali pertama kunjungannya, mendengar cerita pribadinya dari tri, melihat kesehariaannya. Disadari bunga tumbuh rasa takut, Takut kalau-kalau sungguh tertarik, takut kalau-kalau bunga tak bisa melepasnya.

***

Bunga, gadis sederhana dengan harapan sederhana tapi tak biasa, selalu dapat menempatkan teman laki-lakinya diporsi yang bunga inginkan. Semua teman laki-lakinya hanya mendapat tempat diteras hidupnya, tak diijinkan seorang pun masuk tanpa sinyal persetujuan dari bunda. Dan kali ini bunga tergelincir, walau perlahan bunga coba untuk berdiri di pijakan nya lagi, tapi bunga tetap menikmati proses tergelincir ini (ntah bodoh atau egois).

Bunga ajak dia (call him “J”) bicara banyak hal, mencari tau pribadinya, mencoba mencari celah antara “J” dan keluarganya. Pandangannya tentang agama, pengakuannya akan apa yang dipercayainya bahkan yang diyakininya, melihat tindak nyata dari ucapannya. Kalau tak salah ingat

“ Tuhan itu ada, dan aku percaya tapi apa perlu kita sembah-sembah sesuai dengan yang namanya agama bukannya semua itu hanya ritual. Bukankah Tuhan itu satu apakah harus kita mengikat diri pada satu agama, bukannya Tuhan punya bahasa universal kenapa tidak kita lakukan dengan cara kita masing-masing

Bunga tanyakan “lalu di KTP mu agama pa yang tercatat? Lalu apa kata keluargamu?

“J” menjawab diplomatis

Birokrasi di Indonesia Belum mengijinkan untuk melakukan penghapusan agama di KTP atau identitas lainnya. Keluarga ku gak tau apa-apa, aku belum seberani itu. Tapi mereka tau aku jarang sholat

Bunga terlahir dalam keluarga mengerti agama setidaknya lingkungan dimana setiap kepala mengerti apa yang mereka yakini dengan segala konsekuensi. Atau bagi bunda ingin mencetak pibadi yang baik yang bisa Ia banggakan di keluarga ayah, toh sedikit banyak bunda yang berperan dalam hidup bunga. Pesan yang ditanam Ayah-Bunda

Mama bawa kamu belajar mendalami agama di pagi bahkan terik jika tak ada lagi senja juga mama antar, tolong jadi anak yang sholeha buat mama. Siksa kubur mama akan ringan kalau punya anak sholeh/sholeha. Anak yang bisa denger kata-kata mama Cuma kamu. Kalau nanti punya suami cari yang bisa ngajarin kamu, membawa kamu tetep baik

Dengan ingatan itu, bunga tak sanggup menariknya kehadapan bunda, walau dengan tersirat di ucapnya apa yang di kepalanya.

Cari yang kamu mau, kalau ketemu yakini jalani. Kita gak bisa hidup kok tanpa aturan

Dengan mengerti Agama, attitude bisa berubah intonasi kata bisa berubah tingkah pola bisa berubah, sedikit harapan di kepala bunga.

***

Dilain kesempatan di ajaknya “J” bicara hidup secara real, Caranya memandang hidup, caranya menyikapi hidup. Bunga tanya “ Kenapa kudanya gak diganti?”

Luar biasa jawabanya jika benar itu yang dipikirkan

“ Kenapa mesti diganti? Masih bisa jalan, diganti buat gaya-gayaan biar bisa dibilang bisa beli, biar keren gitu, emang masalah dibonceng pake ini

Ngedenger itu ngerasa kena tampar, ngerasa jadi bukan apa-apa. Hari gini dengan pergaulan dengan kemudahan memperoleh barang bagus, masih ada yang berpikir seperti ini luarbiasa. Kutanya “emang Kuda ini siapa yang beli?

Bapak

Kok Kagumnya hilang ya. Statementnya gak singkron, Hmm ..ternyata masih bangga juga pake pemberian orang tua. Gak ingin kalah bunga bilang

Aku gak peduli kamu pake ini atau mobil sekalipun buatku gak akan bisa membuatmu dimataku terlihat lebih baik atau bahkan lebih buruk. Tapi bukannya orang tuamu punya alasan membelikan sepeda motor itu buat mu? Adikmu dibeliin gak? Bukannya lebih bertanggung jawab kalau kamu beli yang baru biar yang ini bisa dipake adik mu sampai dia juga mampu membeli sendiri? Gitu gak sih?

Tah apa yang saat itu “J” pikirkan. Tapi dijawabnya dengan kata “Iya”. Ntah yang mana yang spekulasi penjelasan panjangnyakah atau kata pendek itu.

Bunga mengambil resiko dengan kemungkinan cap matre yang akan diberi “J” untuknya. Tapi bunga tak peduli, jika benar itu dipikirkannya toh yang menikmati “J” bukan bunga. Yang bunga piker adalah cara agar “J” mengerti posisinya tanpa harus cerita secara gamblang. Bunda dari keluarga berada menurut cerita semua berantakan setelah Mbah Putri dan mbah kakung berpisah tempat tinggal, walau tidak bercerai. Sampai mbah kakung meninggal dan mbah putri tidak mendapat peninggalannya juga putra-putri nya. Tumbuh dibawah tekanan mbah putri, Bunda Kenal ayah yang ternyata anak dari keluarga berada di tanah Batavia. Menikah dengan tentangan kedua belah pihak karena berbeda ras tak dihirau. Kakek-nenek disini menerima keputusan anak mereka dengan legowo walau kakak-beradik ayah masih kurang setuju ayah punya kaka-beradik + 11 orang belum termasuk anak angkat buyah. Buyah cukup arif memberi harta nya untuk setiap anak-anaknya dengan cara islam. Sebagian milik ayah buat modal usahanya yang pasang surut bahkan sering merugi. Kian lama ekonomi keluarga drastis turun, sebagai keluarga tak punya (walau nyatanya bunda masih bisa bekerja di apotek, ayah masih berusaha, kakak-kakak masih bisa makan) keberadaan mereka tak lagi penting sering tak dianggap karena Ayah tak mampu memberi emas bertumpuk-tumpuk dilengan, ditelinga, dileher dan jemari bunda.

Cerita ini membuat bunga sampai saat ini merasa miris, itukah bentuk keluarga yang sesungguhnya. Keadaan itu sudah berpuluh tahun terjadi saat semua masih muda saat aku belum melihat dunia. Semua hal dikuluarga itu sekarang telah banyak berubah seiring dengan bertambahnya usia.

Cerita itu bukan cerita sedih buat bunga tapi motifasi, motifasi untuk membuat bunda setara mereka, motifasi agar bisa memberi kehidupan layaknya keluarga utuh lainnya. Sebisa mungkin bunga dahului kebutuhan Bunda.

Mendapati orang yang bunga sayang diperlakukan serupa itu membuat luka yang tak kunjung kering. Dan Bunga mulai sayang dengan “J”, tak ingin “J” mendapat perlakuan serupa itu dan jauh melukai hati bunga sendiri. Bukankah semua yang terlihat itu yang nampak

Sadar keluarga kecilnya sedikit banyak masih berpikir konvensional, bukan laki-laki kaya yang diharap dapat mendampingi bunga tapi laki-laki yang bertanggung jawab dan berpikir maju dengan mengerti lingkungannya. Hal yang selalu bunga ingatkan “tinggalkan aku”.

***

Tapi tak bisa dielak bicara dengan sosok “J” membuat bunga merasa hidup, merasa didengar bukan sekedar mendengar, merasa ditunggu bukan sekedar menunggu. Ntah dari mana bunga menjadi ketrgantungan mendengar kabarnya bahkan memberi kabar.

Tanggal 8 februari 2009 dengan teman menuju Dufan, bicara dengannya tak membuat bunga risih. Ntah mengerti kata-kata yang keluar dari mulut kecil bunga atau sekedar mendengarkan.

***

Hari apa tak tau, sama Oby traktir fitri makan steak di Obonk jl. Raya serpong, “J” Bunga undang tuk datang, semua terkejut dan itu wajar. Kerumah Fitri, berakhir di depan mayapada hospital tak mengiyakan tapi tak juga menolak, bibir hangatnya mendarat dibibir kecil bunga. Samapi saat ini mengingat itu, masih ada desir yang tak bisa dijelaskan. Tak mengerti apa yang dirasa “J”.

***

Banyak tempat yang tak pernah dikunjungi, menjadi kunjungan.

Pantai Tanjung pasir yang penuh ingatan choki-choki.

Lapangan Ahmad yani, Musolanya

Pinggir Kali dengan larutan kaki tiga rasa melon

Monas dengan permen karet

Dak kampus Otista dengan matahari

Dak kampus Daan mogot dengan teh botol

Taman kota 2 dengan priwitan satpam

Dankin Donut’s Ramayana dengan coklat panas plus donat kacang

Roti Bakar 88 pinggir kali dengan pisang bakar aneh

GOR tangerang dengan kaki

Halte “?” dengan kaki

KFC Daan Mogot pake angkot

….

“Nanti kalau ingat ditambah”

biasa tak biasa

Matahari sedari tadi malu-malu
Graha tak hangat seperti biasa
tak juga dingin yang tak biasa

Jalan sepi dan dibalik jendela ini ku berdiri
menatap sesuatu yang tah itu apa
sesekali ku edarkan mata tak juga ku tau apa yang ku cari
kosong

ada kosong yang ku tangkap tapi tak ku tau itu
ada harap yang tumbuh tapi tak ku hirau
ada sesuatu yang ku tunggu tapi tak beraniku berharap

Tak ingin lebih
tak juga ingin melebih-lebihkan
Aku benci penat ini
benci yang tak biasa

Ah.. sepertinya semua hal menjadi tak biasa untuk ku

Kamis, 27 Mei 2010

Refleksi

"Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan. Kerana aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu."

"Doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgahsana Tuhan meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap."

"Sebab kehidupan tidak berjalan mundur, pun tidak tenggelam dimasa lampau."

"Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan."

"Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu."

"Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta."

"Kebijaksanaan tidak lagi merupakan kebijaksanaan apabila ia menjadi terlalu angkuh untuk menangis, terlalu serius untuk tertawa, dan terlalu egois untuk melihat yang lain kecuali dirinya sendiri."

"Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu,
kamu memandang ke dalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata,
Aku cinta kamu.
Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku"
-Khalil Gibran-

Rabu, 26 Mei 2010

What a Wonderful World

I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me and you
And I think to myself, what a wonderful world

I see skies of blue and clouds of white
The bright blessed day, the dark sacred night
And I think to myself, what a wonderful world

The colours of the rainbow, so pretty in the sky
Are also on the faces of people going by
I see friends shakin' hands, sayin' "How do you do?"
They're really saying "I love you"

I hear babies cryin', I watch them grow
They'll learn much more than I'll ever know
And I think to myself, what a wonderful world
Yes, I think to myself, what a wonderful world

Oh yeah!

Selasa, 25 Mei 2010

Call Him "J" (chapter 5)

Rabu sore diteras Otista duduk menunggu jam perkuliahan dimulai Bunga terusik dengan kantong plastic putih berstempel Gramedia yang dibawa tebalik dari kantong itu tatapan Bunga mulai beredar keatas. Beberapa menit tertegun “Hah! Kenapa mesti dia” gumamnya sendiri. U can Call him “J”, padahal hampir aja aslinya keluar Karena liat kantong itu. Andai saja bukan di gedung ini dan bukan pula “J” yang bawa kantong itu pasti sudah dibujuknya untuk meminjamkan saat itu juga, yang akan terasa berbeda jika bener itu dilakukannya.

Dikelas selalu terbayang kantong itu dan wajahnya, menimbang-nimbang “ngomong, nggak,ngomong, nggak, ngomong, nggak, ngomong, nggak..hadooh” Kelas selesai lebih cepat. Yang lain ke musola sementara bunga pilih duduk di teras, ditemani siapa tak ingat lagi. Hiks kantong plastic itu lewat di depannya lagi, yang empunya ambil helm. Akhirnya, diluar kebiasaan Bunga. Di sapajuga yang empunya, SKSD gitu. Gak kebayang kalau yang disapa Cuma nengok terus berlalu, untungnya enggak walau mimic wajahnya jelas berubah, mungkin merasa kaget juga dia.

Ternyata bukan cuma sombong tapi juga medit. Masa mau pinjam harus barter, kira-kira kalau bunga bilang gak punya dikasih pinjem gak ya? Atau antisipasi merekakan belum sama-sama kenal sejauh ini hanya saling tau. Bunga tukar dengan novel “Burn A Live” yang tak diserahkan langsug tapi dititip ke kawannya. Gengsi kalau dibilang gak bisa di percaya, Mau kasih tau dia Kalau dia berurusan dengan Bunga bukan yang lain. Seneng karena tau laki-laki sombong itu tak lebih baik dari bunga karena nyatanya Novel yang dijanjikannya baru diterima bunga beberapa hari berselang. Rupanya seperti kebanyakan juga. Beberapa hari berselang ditangga depan madding tanpa janji bunga mengembalikan Novel yang telah di sampul plastic dan dia telah menyelesaikan Novel yang dipinjamkan bunga. Sungguh sebuah kebetulan atau memang bukti kalau Bunga dan “J” memang penggila kata layaknya penggila kata yang lain yang dapat menyeleaikan bacaannya dengan durasi singkat.

“Twilight” judul novel milik “J” yang sekarang masih ada di tangan bunga. Bunga Bicara dengannya untuk pertama kali. Sebenarnya bukan benar-benar bicara hanya lewat sms. Karena bunga ingin “J” membantunya menanyakan kabar Tri yang Nomor nya didapat dari Mumun (Mumun berpikir yang tidak-tidak rupanya yang di share kebeberapa teman yang juga menganggap itu aneh). Yang disana sedang main PS, Tak tau bagaimana ekspresi wajahnya terima sms dari Bunga. Tapi dari tulisannya yang bunga tangkap pribadi yang lain apa sama yang dirasa “J” tak juga bunga tau.

***

Janji bertemu untuk pertama kali, tanggal 31 Desember 2008. Hari rabu janji ketemu didepan kantor jam 2 dengan menyalahkan cuaca terulur sampai jam 4 atau jam 5 sore. Sudah didepan sport center katanya, Mau tak mau bunga jemput kesana. Dengan tak berhenti diajaknya “J” meninggalkan sport center, Bunga memperlakukan “J” seolah sudah mengenalnya dan itu ditangkap aneh setidaknya wajahnya bicara. Bunga gak pernah basa-basi menyambut tamunya, di pikir mumpung berada diluar ditanya kalau-kalau tamunya yang belum terbiasa dengan pribadinya ini “sudah makan belum? Mau mampir makan? Disini banyak kok makanan enak?” dia bingung dengernya tapi tetap dijawab “sudah…..”. sampai dirumah dipersilahkan duduk, saat itu dirumah sudah mulai ramai sanak keluarga. Lupa apa yang disuguhi Bunga saat itu, untung “J” dating saat cuaca dingin karena jika cuaca normal paling bunga Cuma kasih air putih untuk teman-teman yang cukup dikenalnya. Yang dirasa bunga saat itu, “J” bukan sekedar melihat Bunga tapi lebih. Tambah tau “J” tidak terlalu pandai membawa diri, bersikap dengan orang yang belum pernah ditemuinya, kurang pandai beramah tamah, kurang pandai membaca situasi. Dalam kebingungannya yang ditampilkan hanya diam bahkan saat tri datang kerumah. Mungkin baginya semua asing, Bunga pun tak ambil pusing hanya bersiap mendapat komentar dari keluarga dirumah.

***

Janji bertemu yang kedua minggu pagi saat bunga menawari Tri dan “J” Jogging di graham, tanggal 4 januari 2010, saat itu Tri bermalam di rumah “J”. yang sebelumnya diawali dengan telpon malam-malam ternyata semua hal didirinya aneh. Tanggal 4 berakhir di teras dengan susu kacang kedelai, bacang, bubur kacang hijau air putih dan kerupuk sekitar jam 9-10 an. Dari sini semua bertambah.

Senin, 24 Mei 2010

Call him "J" (chapter 4)

Mendengar sosoknya memang dari semester awal, masa-masa sering terdengar tanding footshall. Tapi melihat bukan hanya tau baru Bunga rasa disemester-semester atas. Saat konsentrasi perkuliahan di Otista.

Tau dimana temen-temen kelas c dulu berkerumun, di depan warung nasi di kanan kampus dan temen-temen kelas d dulu berkerumun di kiri kampus depan klinik. Gak terlalu susah mencari keberadaan temen-temen secara umum. Dari yang paling kiri dekat tempat foto copy kios nasi uduk (beberapa kali bunga makan disana), disusul tempat makan gak banyak tau apa aja yang dijual yang jelas bersamanya (hmm..call him “J’) bunga pernah minum teh (sekali) dan tidak dengan yang lain, lalu ada makanan gerobak bakso, mie goreng dkk, soto, somay , warung kecil didepan kampus yang jualan ibu-ibu tua, bubur ayam, warung tenda depan Indomaret jualan mie ayam dkk, aneka minuman, nasi padang, warung kecil lagi, warung nasi “warteg”, kios mie, kesana lagi ada bubur ayam lagi, nasi goreng lagi, pisang coklat, rm “sari asih (bener gak sih)” biasanya di situ situ aja pada ngumpul.

***

Kenal Tri dari sering ketemu di Musolah, lucu bolak balik sholat tapi masih pake kalung segede rante kapal. Pembawaannya lucu, awalnya sih kalau ketemu Cuma saling senyum dengan pikiran sendiri-sendiri (yang ada dikepalaku saat itu “lucu”). Di meja administrasi dihiruk pikuk lalulalang yang katanya mahasiswa, Tri menyapa “Bunga, Boleh minta alamat email? No Hp sekalian ya kalau boleh” Bunga tertegun mendengar itu “memicingkan mata, buat apa ya? Kalau buat tugas bukannya lo dah minta helmi buat send ke email lo?” agak canggung di jawab “ Iya sih tapi takut gak masuk emailnya”, hmm walau aneh sama jawabannya Bunga coba mengiyakan “ nih bunga_ester@yahoo, lo kirimpesen aja klo tugas dari helmi gak masuk, g males nyatet email lo” kepikiran gak sih lo bakal terima ucapan makasih dengan jawaban yang lo kasih, tapi dikasih lo katanya “makasih, no hp lo mana?” setengah gusar bunga kasih juga no hp nya. Dan semua pertanyannya dijawab iya (kalah bawel).

Tri mulai sms, telpon, kirim e-mail awalnya tanya tugas terus tanya kabar ujung-ujungnya curhat. Seperti biasa Bunga memang selalu jadi bak penampung, didenger yang Cuma bisa didenger, dikomentari kalau ada yang harus di komentari atau sekedar hoam tanda bosan. Dari Tri, bunga mengenal sosok “J” bahkan lebih dari yang terbayangkan. Gambaran Tri akan “J” seolah dekat tapi beda pandang, menarik saat diberitahunya akan hobby “J”, musik “J”, Buku “J”, kegiatan “J”, sedikit pandangan “J”. yang semuanya di nikmati sebagai proses peletakan karakter Tri di depan bunga dan mengiyakan kalau “J” memang pribadi yang banyak sisi. Heran mengapa tri mendeskripsikan “J” lebih dari teman-teman yang lain dan mengutarakan yang kebetulan memiliki persamaan dengan bunga. Bunga terusik juga untuk mengetahui lebih, mencari tahu beda “J” dengan sosok temen-teman yang lain, membandingkan antar pribadi secara personal untuk dapat jawaban beda “J”. Bunga selalu dapat informasi teman-tema kampus dengan atau tanpa bertanya. Hidup lah para pencari berita.

Sebelumnya tak bunga sadari bahwa telah terjadi pertemuan-pertemuan kecil dengan Tri dan kawan-kawannya. Sekarang yang dipikir bunga mungkinkah semua itu tanpa skrip? Tapi juga sudah berlalu, kenangan yang menciptakan senyum tersendiri. Dengan Acuh nya bunga olok-olok penampilan, rambut kriting dan lain-lain menjadi angin lalu saja.

“ditangga setelah perpustakan Otista, tak seperti biasa sebelum kelas mulai Tri dan kawan-kawan sudah ikut tunggu di tangga. Disana Bunga di olok-olok soal rambutnya. Katanya tinggal dikasih saos sama taburan daun bawang. Mereka bilang makanya sisiran. Agak nyeleneh jawabnya “emang kalau g sisiran jadi banyak yang suka””

Tubuh, Suara bau belum lagi bunga kenali tapi pribadinya seolah lengkap tersampaikan di telinga. Sosoknya call him “J” apik dikepala bunga. Sampai suatu ketika

Try Sleeping With A Broken Heart



Even if you were a million miles away
I could still feel you in my bed
near me, touch me, feel me
And even in the bottom of the sea
I can still hear inside my head
Telling me, touch me, feel me
And all the time you were telling me lies

So tonight I’m gonna find a way to make it without you
Tonight I’m gonna find a way to make it without you
I’m gonna hold on to the times that we had
Tonight I’m gonna find a way to make it without you

Have you ever tried sleeping with a broken heart?
Well you can try sleeping in my bed
Lonely, only, nobody ever shut it down like you
You were the clown, you make my body feel heaven-bound
Why don’t you hold me, need me, I thought you told me
You’d never leave me

Looking in the sky I can see your face
And i knew right where I’d fit in
Take me, make me
You know that I’ll always be in love with you
Right til the end

So tonight I’m gonna find a way to make it without you
Tonight I’m gonna find a way to make it without you
http://www.elyricsworld.com/try_sleeping_with_a_broken_heart_lyrics_alicia_keys.html
I’m gonna hold onto the times that we had
Tonight I’m gonna find a way to make it without you

Anybody could have told you right from the start
It’s bout fall apart
So rather than hold onto a broken dream
Or just hold onto love
And I could find a way to make it
Don’t hold on too tight
I’ll make it without you tonight

So tonight I’m gonna find a way to make it without you
Tonight I’m gonna find a way to make it without you
I’m gonna hold onto the times that we had
Tonight I’m gonna find a way to make it without you


* plagiat aja

Lirik Lyla – Bernafas Tanpamu Lyrics


mungkin kau bertanya-tanya
arti perhatianku terhadapmu
pasti kau menerka-nerka
apa yang tersirat dalam gerakku

aku lah serpihan kisah masa lalumu
yang sekedar ingin tau keadaan mu

Reff:
tak pernah aku bermaksud mengusikmu
mengganggu setiap ketentraman hidupmu
hanya tak mudah bagiku lupakan mu
dan pergi menjauh

beri sedikit waktu
agar ku terbiasa
bernafas tanpamu
ooooohhh…

hoooo…hooo….2x

teruntuk dirimu
dengarkan lah



^_^

Lirik Lyla – Detik Terakhir Lyrics

Usap air matamu
Dekap erat tubuhku
Tatap aku sepuas hatimu

Nikmati detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu…

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali

Nikmati detik demi detik
yang mungkin kita tak bisa rasakan lagi
Hirup aroma tubuhku
yang mungkin tak bisa lagi tenangkan gundahmu
Gundahmu…

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali

Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi …
Ku pergi…
Nyanyikan lagu indah
Sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali
(Mungkinkah aku kembali)
Nyanyikan lagu indah
Tuk melepasku pergi dan tak kembali



*Devi yang share lagu ini dikantor n I want to share with u

Jumat, 21 Mei 2010

Terima aja

Pagi ini,

Di kolom “Y”

Tak ada apa-apa


Di kolom “F”

Takut

liat foto profilnya


Penasaran

liat prubahan aktivitasnya


Nguntit

Beberapa obrolan di dalamnya


See wall to wall when found “g.o.n.e”


Aneh baca “jadi seneng Chicago”

Tertegun baca coment-nya


I remember when someone talk to me about “you’re the inspiration”


Kebetulankah…

Menikmati bersamanya menulis diding nya lalu bicara padaku atau

Bicara padaku lalu menulis didindingnya

Sudah lewat tapi sebel


Di kolom “T”

Bingung

Makian yang ada, sedang hanya ada satu pengikut dan satu mengikut


Tuhan Baiknya Engkau, sepagi ini Kau perkaya rasaku


Ku gugah ruang sadar ku

Ku tarik logikaku

Ku pecut egoku

Tapi tetap tak kuasa


Biar ku lihat apa yang terlihat

Biar ku dengar apa yang terdengar

Biar ku rasa apa yang terasa


Jika dunia bilang Aku marah, Mungkin Iya

Jika dunia bilang aku cemburu, Mungkin Iya

Jika duni bilang Aku dungu, Mungkin Iya


Hanya akan ku terima, tak akan ku bantah

Rabu, 19 Mei 2010

katanya demi cinta

maaf ku telah menyakitimu
ku telah kecewakanmu
bahkan ku sia-siakan hidupku
dan ku bawa kau seperti diriku

walau hati ini trus menangis
menahan kesakitan ini
tapi kulakukan semua demi cinta

akhirnya juga harus kurelakan
kehilangan cinta sejatiku
segalanya telah kuberikan
juga semua kekuranganku

jika memang ini yang terbaik
untuk diriku dan dirinya
kan kuterima semua demi cinta

* jujur aku tak kuasa
saat terakhir ku genggam tanganmu
namun yang pasti terjadi
kita mungkin tak bersama lagi

** bila nanti esok hari
ku temukan dirimu bahagia
ijinkan aku titipkan
kisah cinta kita selamanya



gak tw kepikiran aja lirik lagu ini

Jumat, 14 Mei 2010

Call Him "J" (Chapter3)

Bunga mengenal tobi dari awal masuk kuliah, Rabu pertama kali temu muka untuk pemberitahuan acara seminar di Senayan. Dengan kaki pincang mesti naik ke lantai 3, ketemu tobi ditangga deket toilet dosen. Pikirnya dari pada naik sendiri g jatoh gak ada yang nolong mending g tegur aja nih orang lumayan buat temen.

“Hi! Mo ke lantai berapa?”

dia jawab “3, Kamu?”

sama, (ngulurin tangan) kenalin Puji

dia bingung disambut juga tangan ku “Tobias”

Berteman tanpa syarat, hubungan ku dengan tobi gak pernah ada yag sok peduli atau mo tau satu sama lain, kalaupun ada cerita buka karena dittanya tapi emang mau cerita. Temenan sama tobi lucu, bikin seneng kalau cerita hal-hal umum yang gak bikin kesel. Dari tobi, bunga tau kegiatan kampus apa aja. Tobi tuh kelewat supel, siapa ja dia kenal walau sempet jengkel gak semua orang terima dia tulus beberapa didepan senyum dibelakang mencibir.kayak waktu dia kenal sama cewe tau semester berapa gak terlalu cantik disapa tobi dia sok ramah, pas tobi ngebelakangin di ngeledek plus ngetawain. Ih ..makin jelek aja tuh cewe. Situ cantik apa.

Hari pertama kuliah duduk deket Topi diruang 202 daan mogot kelas sempit duduk dibelakang gak bisa liat apa-apa. “Gak salah nih kelas” orangnya banyak banget” didepanku dari dinding Kania, Yuni, Fitri. Fitri Masih latah waktu itu, otak isengku keluar kulatahin aja dia terus abis kelasnya berisik.akhirnya kenalan deh.

Kenal tobi jadi kenal iwan setiawan, pembicaraan-pembicaran sambil lalu akhirnya Oby ngenalin diri. Belom segendut sekarang, semuanya masih sama kayak sekarang Cuma sekarang lebih banyak vocal aja.

***

Hari-hari berlalu semua terlewati begitu saja, bahkan mungkin memang tak pernah bunga melibatkan perasaan di lingkungan barunya. Di semester awal saat kelas masih terfokus di Daan mogot, Bunga sesekali singgah di halte dekat kantor pos untuk istirahat membaca novel sebelum sampai di kampus menunggu waktu kuliah dimulai.

Jeda waktu di tengah jam kuliah biasanya ke musolah di lt.5 atau ke musolah di pinggir jalan dekat kali bareng-bareng sama yang lain abis gitu berhenti di tempat jajanan di samping kampus maem somay, pempek, ba’so, nasi goring, mie goring atau nasi uduk, yang bunga maem Cuma ba’so itu juga kadang-kadang klo gak maem biasanya bunga Cuma nemenin yang lain sambil beli minum. Seneng kalo pada ngajak makan keluar biasanya di Depot Pak Broto, sea food di ujung jalan dekat polsek, Sea food 21 di pinggir jalan depan kali, Ba’so depan SMU 1 TNG. Waktu itu masih deket sama Kania, Yuni darti, Ami, Endah, Tobi, Oby, Fitri semua masih dalam proses adaptasi. Mereka kadang gerah liat Bunga yang cuek “ Kenapa sih lo gak rapi dikit? Biar enak gitu diliat” Bunga selalu jawab “Iya”. Sekedar buat mereka tutup topic ini, sering mereka push gitu bukan makin rapi yang ada makin cuek jauh dari kesan cewe, ujung-ujungnya jarang diajak ngobrol tetang remeh-temeh hal-hal cewe, fashion, make-up, parfum, gossip. Bunga sih nanggepinnya santai “ya udah, yang penting mereka yang mutusin bukan dia yang gak mau” sempet sebel waktu denger komentar mereka dibelakang lewat fitri “Mereka males ngomong kayak gitu-gitu didepan lo, lo nya cuek banget cuma ngedenger doang. Trus mereka sebel tuh waktu lo komentarin “emang gak ada topic lain ya, dari kemarin belom juga kelar?” (klo gak salah ngomongin parfum katanya enak-enak wanginya tapi Cuma ngomong sample nya gak dibawa-bawa, terus jadi topic obrolan yang mbosenin *buat bunga), lo nya juga sih” bunga cuma nyengir pikirnya “ eh, lo gak ngerti sama hobby g aja, g gak ribet, lo komentarin g berantakan, kumel, butek g biasa aja (klo g mau g bisa kayak yg lo bilang) toh gak ngerubah image pribadi lo masing-masing dikepala g. kenapa baru g bilang gitu lo pada sewot gitu, lo pada pikir lo pada dah cuantiik apa? Gimana klo g bilang “iya lo mesti pake parfum yang banyak biar bau badan lo gak ganggu orang, iya lo mesti pake bedak yang tebel trus lo warna-warna biar bolong-bolong dimuka lo ketutup, iya lo pake tuh bedak trus ngaca kulit muka sama kulit yg lain tuh kayak langit dan bumi, kenapa lo gak beli obat kumur biar kalo lo buka mulut gak ada yang mundur nyium bau mulut lo, mulut lo tuh kayak tempat sampah makanya yang keluar Cuma sampah nilai orang Cuma pake mulut” tapi bunga gak akan bisa ngomong kayak gitu logikanya kerja duluan ketimbang egonya, ngomong dikit gitu aja bikin mereka ngeluarin statement begitu , senyum-senyum trus jawab sekenanya “biar lah, mereka kan belom kenal g, iya gak sih?” fitri bilang gini “ lo emang aneh, diomongin gitu Cuma nyengir” Bunga “ emang g mesti nangis teriak-teriak gak terima, santai aja kali” akhirnya berdua ketawa. Dari sini bunga deket sama Fitri

Seolah diijinkan waktu , mereka berteman lebih dekat. Dan dengan yang lainnya pembicaraan hanya menjadi basa-basi seadanya (terjadi pemisahan kelas).

Dikelas yang baru jadi temenan sama Suparno, Slamet, Imam, Fitri i., Lely.yang sering sama-sama sih Oby, Fitri, Nono, Sammy, Imam. Sekarang masih deket sama Nono, Oby, Fitri. Rasanya tangan-tangan-Nya bekerja untuk pertemuan mereka.

Disemester atas malah terkesan jadi deket banget Kalau ada Fitri yang ditanya Bunga begitu sebaliknya. Sama-sama di beri label Jutek, sama-sama “EGP” nanggepinnya. Walau ternyata beda pribadi tetap terlihat umum, Fitri lebih banyak tau karena banyak Tanya apa yang terjadi di sekitar. Jadi beberapa teman kasih dia label, sok tau. Label itu baru kudengar setelah kenal mumun.

Kenal Mumun setelah kenal Aziz, lucu deh. Pulang kuliah dari Otista masih jam 8 –an. Fitri tanya “lo langsung pulang? Sama siapa?” trus dia bilang sambil nunjuk aziz “sama-sama dia aja” gak terlalu kenal aziz, kenal aziz karena sering ketemu di musolah. Lo mo langsung pulang? Jawab aziz “Iya, g kerja..tapi g jalan sampai perempatan” bunga bilang “G bareng ya (lumayan bisa jalan-jalan dulu ada temen)” mukanya aziz agak keberatan, bunga bilang “ tenang aja g gak ngerepotin kok” eh dia cengir-cengir. Pas di jalan ngobrol sana-sini, tau-tau dia bilang “lo beda”. Bunga tanya “kenapa?” aziz ngelanjutin “ Iya kayak sekarang g pikir lo bakal jalan lama-lama, ternyata g salah. G kira lo sombong ternyata gak” Bunga Cuma bilang “ makanya kacamata kudanya buka dulu”. Ketawa dijalan berdua. Ngobrol sampai perempatan, ngerubah cara pandangnya tentang seorang bunga.

Mumun gak tau di racuni aziz atau gak waktu diteras depan kampus otista, duduk bareng ngobrolin mata kuliah eh dia minta no Handphone, sampai sekarang setiap ganti nomor selalu update ngasih tw. Dari dia jadi kenal temen-temennya, Si bawel adit bilang ke mumun “lo kenal sama dia?” akhirnya tau adit. Tenyata sama aja yang dikepala mereka Bunga itu aneh, ternyata orang nya iseng dan jauh lebih baik setelah kenal. Kalau di posisi bunga ku rasa gak ada yang gak senyum-senyum.

***

Setiap Matakuliah selalu riuh redam. Setiap kelompok ada cerita, setiap kelompok bersuara. Bunga hampir selalu duduk di kursi depan, sedikit suara sibuk gambar kalo gak coret-coret, sesekali nengok kalau ada suara-suara kurang wajar. Tapi lama kelamaan terbiasa malah jadi tebak-tebakan sama fitri. Yang sering angkat vocal Iwan setiawan, Hengky. Biasanya yang diangkat kurang smart, biasa aja terkesan biar ada topic atau ingin tampil, tau deh. Ada suara yang beda tapi ku gak tau bedanya dengan yang lain soalnya ujungnya ngambang kalau dia yang ngomong, kesannya Cuma lempar dan kasih tau kalau dia tau, suka ternyata ada temen kampus yang bicaranya punya alasan tapi kalah pamor sama nada suaranya yang sombong dikepala bunga. Call him”J”, tapi kesan bunga ke dia tetap manusia sombong-sombong-sombong. Attitude nya itu loh..

Bicara sama nyatanya dimata bunga jauh. Percaya air beriak tanda tak dalam, tapi ini beda menyebalkan tak terlalu sering angkat vocal tapi tak pernah kasih tau seberapa dalam. Gak jelas! Tukang sanggah

Bener-bener nyebelin pas matakuliah agama, ada dialog antara dosen dan “J”. Topiknya menarik tapi ya gitu ujungnya ngambang. Kesan yang terlihat dia gak mau bicara lebih jauh. Tapi menurut ku dengan karakternya, dia gak punya cukup materi waktu angkat vocal topic itu. Ternyata gitu, gak pikir panjang. Tapi lumayan obat ngantuk…

"Jadi bersyukur dia ada dikelas, otak kecil ini jadi bisa bekerja sambil tersenyum. Bukan cuma senyum-senyum gak jelas" Pikir Bunga berharap dia ada di kelas kalau kelas mulai bosenin

Selasa, 11 Mei 2010

Call Him "J" (Chapter 2)

Eliminasi, klasifikasi terbentuk sebagai hasil dari proses adaptasi. Perlahan tapi pasti setiap kepala mencari sesuatu yang ‘klik’ dengan pribadi mereka. Walau masih juga dapat ditemukan ular-ular kepala dua, yah ini lah hidup, ini realita social yang gak bias dihilangkan. Ada juga yang bersama untuk asas manfaat. Hmm .. gadis cuek itu tak bias mengikuti langkah masing-masing dari mereka, kebersamaan yang melibatkan banyak kepala hanya bertahan ditahun pertama. Setelah itu yang tersisa yang sejalan atau paling tidak yang mengerti dan yang tak ingin saling ganggu.

Dengan karakter mandiri dan apatis yang ditampilkan gadis ini sudah tentu banyak comentar miring yang keluar, konsekuensi menjadi individu yang tak biasa. Ia tahu dirinya beda secara terang-terangan, teman dekatnya dikampus saja aneh kalau tahu Ia punya teman di semester atas atau sekedar kenalan di lain jurusan (“lo kenal?” Tanya mereka, jawaban simple yang slalu keluar “Heeh” *dalam hati emang kenapa? )

***

Sampai di UTS atau UAS semester 2 (kalau gak salah) matakuliah matematika ekonomi , Ia duduk di belakang bukan karena maunya mengingat Ia tidak terlalu tinggi pasti sulit kalau lihat kedepan dari belakang, tapi tempat duduk di depan penuh, diboikot gadis berisik full make-up tapi tomboy itu yang menarik perhatian ‘ Chatrine’ (tau deh salah gak ejaannya) yang menunjuk kursi untuk kroni-kroninya duduk. Ya sudah lah piker Bunga (berdoa semoga ujiannya gak susah, gak sempet baca semalem sibuk baca buku lain lupa waktu) gak lama kelas riuh, gadis tomboy itu teriak-teriak seneng . ih napa coba! Mau gak mau donga juga deh kepala, Ohhh.. Cowo jangkung call him “J” aja ya. Ribet nya “Gua duduk dimana nih?” serta merta si tomboy itu menunjuk kursi kalau gak salah disamping Aziz tapi ditolak dia bilang “ Ah susah, ga ada tempat lain lagi apa?” pikir Bunga “Apa masalahnya duduk dimana..bukannya untuk ukuran tubuh setinggi itu dimanapun tak masalah.. aneh” ke heranannya terjawab, sambil meangkah dikursi samping Bunga dia bilang “Ntar gua tau jawabannya gimana?” pingin ketawa tapi gak enak gak dikenal. Pikir bunga “hello g gak belajar aja santai kali, tinggal item-itemin doang aja repot”

Dia suka garuk-garuk kepala, duduk disitu bawaannya gusar. Ribet, Bunga Cuma bisa cengar-cengir sendiri (Cuma dia sendiri yang ikut kelompok b diantara teman ngobrolnya).

***

Di hening kelas yang masing-masing sibuk sama kertasnya, ada suara “ Kayak nya jawabanmu nomor…? Salah deh, yang lain jawabannya …?” Bunga kaget, sontak nengok dia langsung bilang “ Cuma kasih tau aja sih”, bunga bego jadi bengong sebentar “oh iya makasih”

Udah segitu aja

Lucu tapi lupa gitu aja kejadian itu, tapi dari situ bunga jadi mikir. Masa sih dia ga baca modul kuliah sebelum-sebelumnya? Ngapain ya dia kuliah..Ada ya selain bunga yang aneh...senyum dan lalu terbawa angin rutinitas

Senin, 10 Mei 2010

ckckck

Aneh...
pulang hujan-hujanan suka
tapi gak kasih ijin basahin kepalaku..

setiap hujan pulang kerja..
ade cewe naik matic merah
nerjang hujan pake kantong plastik dikepalanya
dengan kecepatan pelan
ketawa-ketawa diantara air dimukanya

Asik didunianya walau terkadang
Klakson mobil menggoda
motor-motor lain mensejajarkan
atau menjadi bahan senyuman diantara peneduh di pinggirn ruko

It's my life Guys
I'm enjoy
n I don't Care about u
Go a way

Call him "J" (monolog)

Mendapati hal-hal baru, dengan perasaan kecewa yang belum lagi hilang dari benak tentang Akademi ini. Tahun pertama di akademi menjadi adaptasi berat dari sebelumnya. Berada dalam komunitas baru dengan atmosfir berbeda, membuatnya merasa asing. Tidak ingin menyalahkan lingkungan tempatnya berpijak Ia berusaha menjadi bagian dari lingkungan tersebut, toh ini semua konsekuensi dari pilihan yang Ia ambil. Sampai akhirnya Ia merasa lelah dan membiarkan diri menjadi pribadi berbeda diantara kenormalan yang terbentuk disana.

“ Aku tak memaksa diriku untuk suka dengan orang lain, maka tak akan ku paksa orang lain untuk suka pada diriku atau tak ku ijinkan diriku menjadi orang lain untuk disuka”

***

Sebelum memutuskan pilih cabang tangerang disbanding BSD dan Cipulir banyak pertimbangan yang Kuterima dari teman dan keluarga.

“ Kenapa gak langsung ke Universitas? Bukan nya lo bisa ya? Kenapa gak yang dicipulir bukannya lebih gampang Aksesnya? Lopikir lagi deh” (Beberapa teman yang telah ada di akademi ini sebelumnya dan teman yang duduk di universitas)

“Yakin mba di Tangerang? Disana beda loh?ya gak apa sih ..Cuma kasih tw aja. Pergaulannya pasti beda deh, ayu kan sekolah di tangerang.Klo ngeliat temen-temen mba sekarang, Agak susah buat nemuin yang kayak gitu. Yang jelas klo mau disana jangan bergantung sama temen deh, ngomongnya sih solider tapi ngulurin tangannya setengah-setengah malah mikir dulu. Lagian pasti temen-temen mba banyak yang kearah sana, emang gak apa gak ikut kumpul-kumpul? Terserah aja sih.. Klo mantep sih jalanin aja, ntar juga dapet selanya” ( Adik semata wayangnya)

“ Kenapa gak yang deket? Nanti waktu nya gak kebuang dijalan? Mama sih terserah yang jalanin.. kalau soal temen kan tergantung kamunya..” ( Bunda tercintanya)

Dia memutuskan disana karena di BSD gak mungkin terlalu jauh dengan kendaraan umum, di Cipulir gak ada hari tanpa macet dan bau asap buangan (gadis ini gak tahan sama bising dan bau yang menyengat). Dari pada tiap hari hidup dengan keluhan jauh sedikit gak apalah. Lagipula di tempat baru ini gak akan ketemu temen temen lama jadi bias kenal lebih banyak orang kan.

Akhirnya disana lah Ia saat itu. Bak petualang yang terdampar di pulau antah berantah, gak kenal lingkungan, gak tau tempat hang out disana, pokoknya serba gak tau deh..satu dua hari terlihat menarik.

***

Arogansi berbeda Ia dapati disana, liat cewe awut-awutan sebagian orang memandang nyinyir. Ke kampus pake sandal jepit mata dipicingkan, berkampus kecil tak berfasilitas sudah mampu buat sebagian merendahkan. Tak terbiasa, awalnya melihat cara mereka melihat aneh. Bolak Balik masuk universitas swasta Budi Luhur, Mercu Buana, UKI, UBK, Moestopo banyak ah yang ke kampus pake celana sobek-sobek, pake sepatu bolong-bolong, pake Kaos belel, pake sandal jepit, semua mata biasa saja.. toh yang mengenakan gak masalah.

Baru belajar di akademi itu mampu dengan mudah menertawakan orang lain, sedang sebelumnya yang Ia dapati semua orang bebas berkreasi, bebas berpikir. Memang tak semua yang Ia temui sama, tak semua di sana negative dan tak semua yang Ia temui diluar positif. Tapi bangunan sekecil itu memperlihatkan hampir semua wajah.

Ia mulai sesuatu yang sebelumnya takpernah dikerjakan. Berdiri atau duduk-duduk berkerumun di Pinggir jalan, Makan dipinggir jalan. Hal itu baru Ia lakukan, bukan berarti tidak pernah Ialakukan sebelumnya. Sebelumnya hal-hal seperti itu hanya sesekali karena terpaksa, tapi disana harus menjadi hal biasa (jika tak ikut maka tak akan mengenal siapapun.. trotoar disana adalah café tempat bersosialisasi dan aku tak bertahan), bukan sombong tapi lebih tak terbiasa menjadi perhatian banyak orang tak dikenal, menjaga agar tak mendapat comentar negatif saat lupa berkata kotor atau berlaku tak senonoh di tempat seterbuka itu (kebiasaan yang tertanam untuk tidak memberi citra buruk sebagai gadis, sebagai seorang yang berpendidikan karena disetiap tempat harus dapat beretika baik) dan bukan berarti yang melakukannya tidak beretika, semua kembali pada kebiasaan.

Berbincang mendengar janji-janji kumpul besama malam-malam..uhhh gadis ini pasti gak akan turut. Kebiasaan berkumpul siang hari, bercengkrama dalam ruangan (dirumah nya atau di rumah teman lainnya terkadang di RM) , jam malam Bunda. Gak akan ada hidung gadis ini disetiap acara temen-temen. Akhirnya dia nyerah, dia biarkan dirinya menjadi penonton dan pendengar, menikmati menjadi pribadi yang berbeda.

Minggu, 09 Mei 2010

Kutipan Novel ' Totto-Chan'

Punya mata, tapi tidak melihat keindahan
Punya telinga, tapi tidak mendengar musik
Punya pikiran, tapi tidak memahami kebenaran
Punya hati, tapi hati itu tak pernah tergerak dan karena itu tidak pernah terbakar

hal;117

Call Him "J" ( Chapter 1)

Sebut dia Bunga, gadis yang kebanyakan orang bilang berparas manis dengan balutan busana seadanya, dengan dandanan ala kadarnya, dengan ekspresi datar (karakter ini yang tercipta atau diciptakannya selama dilingkungan akademi). Bunga sebelum dan setelah diluar akademi sungguh dua pribadi yang berbeda, Bunga yang ku kenal adalah gadis manis, supel, pintar, easy going, menyenangkan dan menarik perhatian bukan sekedar karena parasnya lebih karena pribadinya, caranya dan kepada siapa ia bertutur, bahasa tubuhnya yang santun dan sikap menerimanya yang membuat banyak orang nyaman disampingnya.

***
Bunga di akademi tak menonjol bukan karena tak bisa tapi tak di ingin. Di akademi Ia hanya bertujuan melepas status SMA nya, tak ada yg diminati di Akademi ini. Terlintas sesal merasa terperangkap dalam bangunan akademi ini, tapi mencari jalan lain pun tak mampu. Bunga hidup dari kebaikan hati seorang kakak yang rela membantu beban Ibunya untuk membiayai Bunga dan seorang adik lainnya merasa tak patut meminta lebih dari apa yang telah mereka lakukan sampai lulus SMA nya. Cukup, Kata cukup Ia pahat dalam hatinya. Cukup untuk belasan tahun perhatian dan pengorbanan yang kakak lakukan untuknya, Cukup hutang budi ini , ini hidupnya dan ini keputusannya "Aku tak akan egois memaksa diri belajar dalam universitas, dengan mengorbankan masa tua Bunda, mengorbankan Perhatiaan kakak ku lagi. Kalau belasan tahun mereka bisa buat Bunda baik biar saat ini ku buat Bunda baik juga. Biar kuletakkan beban itu dibahuku, saat ini yang dapat kuberi hanya waktu, waktu untuk kalian memikirkan hidup kalian, kelak ku buktikan Aku berguna tak ada sia kalian memelihara ku sampai sebesar ini".

Bunga, gadis sederhana itu mulai memikirkan yang sebelum bukan kapasitasnya. yang sebelumnya hanya memikirkan Bergaul dan Prestasi, mulai memikirkan Biaya Kuliah sendiri, kecukupan Sandang pangan untuk kelangsungan hidup yang lebih nyaman, belajar mencari dan memenuhi kebutuhan Bunda secara pribadi dan untuknya dalam kehidupan sosial. Belajar menyepadankan dengan lingkungan. Walau terkadang lubang juga yang Ia temui, Ia masih terus tersenyum tak merasa terbeban yang Ia pikir hanya konsekuensi hidup yang Tuhan beri untuk dijalaninya. Hidup pun berlalu juga

***
Semua orang yang tau Bunga tanpa mengenalnya aan memberinya Cap"Aneh" dan aneh nya Ia sadar dengan Cap tersebut dan cuek. Buatnya Kalau dirinya boleh tidak suka dengan yang lain mengapa tidak dengan yang lain. Pergaulan Bunga selam adi Akademi terlalu seadanya, tak berusaha mencari seketemunya aja bertemu A bicara a, bertemu B bicara b komunikasi basabasi wajar dalam pergaulan.

Bunga tak menemukan karakter lain di akademi ini, menurutnya semuanya wajar dalam porsinya. Kalau pun beda paling hanya Vokal atau dandanan, bukan tidak menarik tapi menurutnya semua wajar. Sampai ketika ada perbincangan yang ku curi dengar menyebut nama dengan cara yang lain, dengan intonasi lain, dengan pengakuan lain. Call him "J" seperti punya pengaruh lain karena laki-laki jago vokal Hengky pun menunggunya diantara kawan yang lain. Kejadian itu di semester 2, ketertarikanku berakhir juga disituku biarkan mengalir sampai ku tahu sosok "J".

"Oh, Itu orang nya tak kalah jago vokal juga rupanya!" Air beriak tanda tak dalam

keingin tahuanku terbayar dan sudah...

Kamis, 06 Mei 2010

Renungan Cruel - 4

angin pagi masih menusuk saat Red Honey, ku pacu lalui jalan graha menuju jalan panjang yang tersulap menjadi rumah duka. lembut hujan turun menemani perjalananku. Buyah tlah di ambil-Nya kembali. tak banyak duka yang menggelayutiku, mungkin karena memang kami tak pernah begitu dekat walau nyatanya yang ku kenal sebagai kakek-nenek hanya Ia.

Aku iri ke firman, Sari, Fais, Rani, Vivi, Hafis karena mereka punya kakek-nenek lebih dari satu. Karena mereka merasakan kasih yang tak pernah ku dapat. iri melihat Bunda memperlakukan mereka sebagai cucu yang kurasa aku tak pernah menjadi cucu dari siapa.

Buyah buatku adalah interface, antara aku dan kenangan ayah, Antara Keluarga kecil ku dengan Keluarga besar Ayah. Icon pemersatu keluarga besar Ayah.ku pahami sebagai kewajaran dari keberadaan Ayah.

Aku tak pernah merasakan apa yang aku lakukan untuk firman dalam kondisiku sebagai keponakan, bukan mencari tameng untuk semua, tapi memang Ayah yang punya Andil semua.

Kepergian Buyah membawa serta ingin ku untuk tetap menjalin hubungan dengan keluarga besar ayah. yang seharus nya tak begini.

Hari ini aku belajar :
- saat yang hidup tlah mati sungguh bukan menjadi akhir dari segalanya (Kepergian Buyah adalah awal baru untuk ku menjalin silaturahmi dengan keluarga Ayah)

- Akan kunikmati perjalanan hidupku dengan melakukan bukan menunggu: saat ini ku jalani aku sebagai Anak dan akan ku lakukan yang terbaik untuk orang tuaku, Aku sebagai adik dan aku sebagai Kakak maka akan ke beri waktu untuk menyenangkan mereka, Aku sebagai tante maka akan ke beri yang dapat ku beri, semoga di genapkan Aku menjadi semua hal yang harus ku lalui

- tidak pernah mendapat bukan berarti tak dapat memberi...


Minggu, 02 Mei 2010

Renungan Cruel-3

Menurut Cerita suara yang pertama ku dengar adalah seruan-Nya ditelingaku. Yang tak kutanya suara siapa yang menyerukannya ditelingaku, yang kutau bukan suara laki-laki yang membuat ku ada dibumi sampai saat ini. Ntah kenapa dia tak ada saat itu, tak juga kutanya lebih dari itu. selentingan yang ku tahu dia diluar kota urus usahanya.

detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun terlewati. dari yang hanya mengenal A-Z, a-z, 0-9, simbol, gambar sampai mengenal kalimat aku dijejali semua yang bermuatan positif. Kecilku bermain selalu ada mata yang sedia mengawasiku, Pengawal dan penasehat pribadi "Bunda". setiap kata yang kudengar selalu diterjemahkan dalam bahasa yang ringan terkadang kedaerahan yang sama sekali tak mengandung nilai negatif. semua kata terfilter apik masuk ke telingaku untuk diproses dan disimpan.

Sampai ketika saat bermain tak ku jumpai mata itu. semakin banyak kata yang kudengar dan aku memulai belajar, kutampung semua kata, ku tanya teman yang kurasa mengerti kata itu kalau tak puas kubawa pulang kata itu, kutanya kan ke Bunda.. (berawal dari sini mungkin) tak jarang seringai muncul disudut sudut bibirnya tak pelak matanya melotot bertanya siapa yang bicara itu... tetap dengan keibuan dijelaskan semua walau banyak edit sana-sini..

Diluar rumah aku mengenal sumpah serapah (yang sampai saat ini tak pernah ku gunakan), aku mengenal orang berbohong. Aku belajar menggunakan logika memilah-milah kata, memilah-milah tindakan.

Aku belajar beradaptasi,
Saat lingkungan mendorongku untuk berprasangka buruk, kukembalikan pada yang kuyakini " tidaklah patut kita berprasangka buruk pada orang lain"
dan aku mulai berhati-hati

Saat lingkungan mengajakku untuk mencela, kukembalikan pada yang ku percaya " Jangan engkau saling menghinakan sesama saudaramu" atau "mencela/... sama dengan memakan bangkai saudaramu" dan aku mulai untuk berjaga

hidup adalah serangkaian pelajaran yang gak pernah putus kalau saja kita mau terus membacanya


Sabtu, 01 Mei 2010

Bulan

Yang, beberapa hari ini malam begitu indah banyak bintang.. ku duduk diantara pekat malam yang terkadang ditemani Bunda.

Yang, saat ku tatap langit diatas sana ada sesuatu yang masuk ke diriku, motivasi yang gak pernah terdefinisi. kata orang segalanya itu ternilai buka atas sesuatu itu tapi bagaimana cara kita memandangnya.. sedikit banyak ku setujui

Yang, saat ku melihat langit ntah mengapa aku bisa tersenyum walau apa yang aku pikir dan sungguh tak dapat ku mengerti saat aku tersenyum ingatanku selalu beralih ke seorang kawan, kawan yang senyumnya tak dapat ku enyahkan. karena kawan ku itu sulit tersenyum