Senin, 10 Mei 2010

Call him "J" (monolog)

Mendapati hal-hal baru, dengan perasaan kecewa yang belum lagi hilang dari benak tentang Akademi ini. Tahun pertama di akademi menjadi adaptasi berat dari sebelumnya. Berada dalam komunitas baru dengan atmosfir berbeda, membuatnya merasa asing. Tidak ingin menyalahkan lingkungan tempatnya berpijak Ia berusaha menjadi bagian dari lingkungan tersebut, toh ini semua konsekuensi dari pilihan yang Ia ambil. Sampai akhirnya Ia merasa lelah dan membiarkan diri menjadi pribadi berbeda diantara kenormalan yang terbentuk disana.

“ Aku tak memaksa diriku untuk suka dengan orang lain, maka tak akan ku paksa orang lain untuk suka pada diriku atau tak ku ijinkan diriku menjadi orang lain untuk disuka”

***

Sebelum memutuskan pilih cabang tangerang disbanding BSD dan Cipulir banyak pertimbangan yang Kuterima dari teman dan keluarga.

“ Kenapa gak langsung ke Universitas? Bukan nya lo bisa ya? Kenapa gak yang dicipulir bukannya lebih gampang Aksesnya? Lopikir lagi deh” (Beberapa teman yang telah ada di akademi ini sebelumnya dan teman yang duduk di universitas)

“Yakin mba di Tangerang? Disana beda loh?ya gak apa sih ..Cuma kasih tw aja. Pergaulannya pasti beda deh, ayu kan sekolah di tangerang.Klo ngeliat temen-temen mba sekarang, Agak susah buat nemuin yang kayak gitu. Yang jelas klo mau disana jangan bergantung sama temen deh, ngomongnya sih solider tapi ngulurin tangannya setengah-setengah malah mikir dulu. Lagian pasti temen-temen mba banyak yang kearah sana, emang gak apa gak ikut kumpul-kumpul? Terserah aja sih.. Klo mantep sih jalanin aja, ntar juga dapet selanya” ( Adik semata wayangnya)

“ Kenapa gak yang deket? Nanti waktu nya gak kebuang dijalan? Mama sih terserah yang jalanin.. kalau soal temen kan tergantung kamunya..” ( Bunda tercintanya)

Dia memutuskan disana karena di BSD gak mungkin terlalu jauh dengan kendaraan umum, di Cipulir gak ada hari tanpa macet dan bau asap buangan (gadis ini gak tahan sama bising dan bau yang menyengat). Dari pada tiap hari hidup dengan keluhan jauh sedikit gak apalah. Lagipula di tempat baru ini gak akan ketemu temen temen lama jadi bias kenal lebih banyak orang kan.

Akhirnya disana lah Ia saat itu. Bak petualang yang terdampar di pulau antah berantah, gak kenal lingkungan, gak tau tempat hang out disana, pokoknya serba gak tau deh..satu dua hari terlihat menarik.

***

Arogansi berbeda Ia dapati disana, liat cewe awut-awutan sebagian orang memandang nyinyir. Ke kampus pake sandal jepit mata dipicingkan, berkampus kecil tak berfasilitas sudah mampu buat sebagian merendahkan. Tak terbiasa, awalnya melihat cara mereka melihat aneh. Bolak Balik masuk universitas swasta Budi Luhur, Mercu Buana, UKI, UBK, Moestopo banyak ah yang ke kampus pake celana sobek-sobek, pake sepatu bolong-bolong, pake Kaos belel, pake sandal jepit, semua mata biasa saja.. toh yang mengenakan gak masalah.

Baru belajar di akademi itu mampu dengan mudah menertawakan orang lain, sedang sebelumnya yang Ia dapati semua orang bebas berkreasi, bebas berpikir. Memang tak semua yang Ia temui sama, tak semua di sana negative dan tak semua yang Ia temui diluar positif. Tapi bangunan sekecil itu memperlihatkan hampir semua wajah.

Ia mulai sesuatu yang sebelumnya takpernah dikerjakan. Berdiri atau duduk-duduk berkerumun di Pinggir jalan, Makan dipinggir jalan. Hal itu baru Ia lakukan, bukan berarti tidak pernah Ialakukan sebelumnya. Sebelumnya hal-hal seperti itu hanya sesekali karena terpaksa, tapi disana harus menjadi hal biasa (jika tak ikut maka tak akan mengenal siapapun.. trotoar disana adalah café tempat bersosialisasi dan aku tak bertahan), bukan sombong tapi lebih tak terbiasa menjadi perhatian banyak orang tak dikenal, menjaga agar tak mendapat comentar negatif saat lupa berkata kotor atau berlaku tak senonoh di tempat seterbuka itu (kebiasaan yang tertanam untuk tidak memberi citra buruk sebagai gadis, sebagai seorang yang berpendidikan karena disetiap tempat harus dapat beretika baik) dan bukan berarti yang melakukannya tidak beretika, semua kembali pada kebiasaan.

Berbincang mendengar janji-janji kumpul besama malam-malam..uhhh gadis ini pasti gak akan turut. Kebiasaan berkumpul siang hari, bercengkrama dalam ruangan (dirumah nya atau di rumah teman lainnya terkadang di RM) , jam malam Bunda. Gak akan ada hidung gadis ini disetiap acara temen-temen. Akhirnya dia nyerah, dia biarkan dirinya menjadi penonton dan pendengar, menikmati menjadi pribadi yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan