Kamis, 06 Mei 2010

Renungan Cruel - 4

angin pagi masih menusuk saat Red Honey, ku pacu lalui jalan graha menuju jalan panjang yang tersulap menjadi rumah duka. lembut hujan turun menemani perjalananku. Buyah tlah di ambil-Nya kembali. tak banyak duka yang menggelayutiku, mungkin karena memang kami tak pernah begitu dekat walau nyatanya yang ku kenal sebagai kakek-nenek hanya Ia.

Aku iri ke firman, Sari, Fais, Rani, Vivi, Hafis karena mereka punya kakek-nenek lebih dari satu. Karena mereka merasakan kasih yang tak pernah ku dapat. iri melihat Bunda memperlakukan mereka sebagai cucu yang kurasa aku tak pernah menjadi cucu dari siapa.

Buyah buatku adalah interface, antara aku dan kenangan ayah, Antara Keluarga kecil ku dengan Keluarga besar Ayah. Icon pemersatu keluarga besar Ayah.ku pahami sebagai kewajaran dari keberadaan Ayah.

Aku tak pernah merasakan apa yang aku lakukan untuk firman dalam kondisiku sebagai keponakan, bukan mencari tameng untuk semua, tapi memang Ayah yang punya Andil semua.

Kepergian Buyah membawa serta ingin ku untuk tetap menjalin hubungan dengan keluarga besar ayah. yang seharus nya tak begini.

Hari ini aku belajar :
- saat yang hidup tlah mati sungguh bukan menjadi akhir dari segalanya (Kepergian Buyah adalah awal baru untuk ku menjalin silaturahmi dengan keluarga Ayah)

- Akan kunikmati perjalanan hidupku dengan melakukan bukan menunggu: saat ini ku jalani aku sebagai Anak dan akan ku lakukan yang terbaik untuk orang tuaku, Aku sebagai adik dan aku sebagai Kakak maka akan ke beri waktu untuk menyenangkan mereka, Aku sebagai tante maka akan ke beri yang dapat ku beri, semoga di genapkan Aku menjadi semua hal yang harus ku lalui

- tidak pernah mendapat bukan berarti tak dapat memberi...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan