Senin, 24 Mei 2010

Call him "J" (chapter 4)

Mendengar sosoknya memang dari semester awal, masa-masa sering terdengar tanding footshall. Tapi melihat bukan hanya tau baru Bunga rasa disemester-semester atas. Saat konsentrasi perkuliahan di Otista.

Tau dimana temen-temen kelas c dulu berkerumun, di depan warung nasi di kanan kampus dan temen-temen kelas d dulu berkerumun di kiri kampus depan klinik. Gak terlalu susah mencari keberadaan temen-temen secara umum. Dari yang paling kiri dekat tempat foto copy kios nasi uduk (beberapa kali bunga makan disana), disusul tempat makan gak banyak tau apa aja yang dijual yang jelas bersamanya (hmm..call him “J’) bunga pernah minum teh (sekali) dan tidak dengan yang lain, lalu ada makanan gerobak bakso, mie goreng dkk, soto, somay , warung kecil didepan kampus yang jualan ibu-ibu tua, bubur ayam, warung tenda depan Indomaret jualan mie ayam dkk, aneka minuman, nasi padang, warung kecil lagi, warung nasi “warteg”, kios mie, kesana lagi ada bubur ayam lagi, nasi goreng lagi, pisang coklat, rm “sari asih (bener gak sih)” biasanya di situ situ aja pada ngumpul.

***

Kenal Tri dari sering ketemu di Musolah, lucu bolak balik sholat tapi masih pake kalung segede rante kapal. Pembawaannya lucu, awalnya sih kalau ketemu Cuma saling senyum dengan pikiran sendiri-sendiri (yang ada dikepalaku saat itu “lucu”). Di meja administrasi dihiruk pikuk lalulalang yang katanya mahasiswa, Tri menyapa “Bunga, Boleh minta alamat email? No Hp sekalian ya kalau boleh” Bunga tertegun mendengar itu “memicingkan mata, buat apa ya? Kalau buat tugas bukannya lo dah minta helmi buat send ke email lo?” agak canggung di jawab “ Iya sih tapi takut gak masuk emailnya”, hmm walau aneh sama jawabannya Bunga coba mengiyakan “ nih bunga_ester@yahoo, lo kirimpesen aja klo tugas dari helmi gak masuk, g males nyatet email lo” kepikiran gak sih lo bakal terima ucapan makasih dengan jawaban yang lo kasih, tapi dikasih lo katanya “makasih, no hp lo mana?” setengah gusar bunga kasih juga no hp nya. Dan semua pertanyannya dijawab iya (kalah bawel).

Tri mulai sms, telpon, kirim e-mail awalnya tanya tugas terus tanya kabar ujung-ujungnya curhat. Seperti biasa Bunga memang selalu jadi bak penampung, didenger yang Cuma bisa didenger, dikomentari kalau ada yang harus di komentari atau sekedar hoam tanda bosan. Dari Tri, bunga mengenal sosok “J” bahkan lebih dari yang terbayangkan. Gambaran Tri akan “J” seolah dekat tapi beda pandang, menarik saat diberitahunya akan hobby “J”, musik “J”, Buku “J”, kegiatan “J”, sedikit pandangan “J”. yang semuanya di nikmati sebagai proses peletakan karakter Tri di depan bunga dan mengiyakan kalau “J” memang pribadi yang banyak sisi. Heran mengapa tri mendeskripsikan “J” lebih dari teman-teman yang lain dan mengutarakan yang kebetulan memiliki persamaan dengan bunga. Bunga terusik juga untuk mengetahui lebih, mencari tahu beda “J” dengan sosok temen-teman yang lain, membandingkan antar pribadi secara personal untuk dapat jawaban beda “J”. Bunga selalu dapat informasi teman-tema kampus dengan atau tanpa bertanya. Hidup lah para pencari berita.

Sebelumnya tak bunga sadari bahwa telah terjadi pertemuan-pertemuan kecil dengan Tri dan kawan-kawannya. Sekarang yang dipikir bunga mungkinkah semua itu tanpa skrip? Tapi juga sudah berlalu, kenangan yang menciptakan senyum tersendiri. Dengan Acuh nya bunga olok-olok penampilan, rambut kriting dan lain-lain menjadi angin lalu saja.

“ditangga setelah perpustakan Otista, tak seperti biasa sebelum kelas mulai Tri dan kawan-kawan sudah ikut tunggu di tangga. Disana Bunga di olok-olok soal rambutnya. Katanya tinggal dikasih saos sama taburan daun bawang. Mereka bilang makanya sisiran. Agak nyeleneh jawabnya “emang kalau g sisiran jadi banyak yang suka””

Tubuh, Suara bau belum lagi bunga kenali tapi pribadinya seolah lengkap tersampaikan di telinga. Sosoknya call him “J” apik dikepala bunga. Sampai suatu ketika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda Pikirkan