Sebut dia Bunga, gadis yang kebanyakan orang bilang berparas manis dengan balutan busana seadanya, dengan dandanan ala kadarnya, dengan ekspresi datar (karakter ini yang tercipta atau diciptakannya selama dilingkungan akademi). Bunga sebelum dan setelah diluar akademi sungguh dua pribadi yang berbeda, Bunga yang ku kenal adalah gadis manis, supel, pintar, easy going, menyenangkan dan menarik perhatian bukan sekedar karena parasnya lebih karena pribadinya, caranya dan kepada siapa ia bertutur, bahasa tubuhnya yang santun dan sikap menerimanya yang membuat banyak orang nyaman disampingnya.
***
Bunga di akademi tak menonjol bukan karena tak bisa tapi tak di ingin. Di akademi Ia hanya bertujuan melepas status SMA nya, tak ada yg diminati di Akademi ini. Terlintas sesal merasa terperangkap dalam bangunan akademi ini, tapi mencari jalan lain pun tak mampu. Bunga hidup dari kebaikan hati seorang kakak yang rela membantu beban Ibunya untuk membiayai Bunga dan seorang adik lainnya merasa tak patut meminta lebih dari apa yang telah mereka lakukan sampai lulus SMA nya. Cukup, Kata cukup Ia pahat dalam hatinya. Cukup untuk belasan tahun perhatian dan pengorbanan yang kakak lakukan untuknya, Cukup hutang budi ini , ini hidupnya dan ini keputusannya "Aku tak akan egois memaksa diri belajar dalam universitas, dengan mengorbankan masa tua Bunda, mengorbankan Perhatiaan kakak ku lagi. Kalau belasan tahun mereka bisa buat Bunda baik biar saat ini ku buat Bunda baik juga. Biar kuletakkan beban itu dibahuku, saat ini yang dapat kuberi hanya waktu, waktu untuk kalian memikirkan hidup kalian, kelak ku buktikan Aku berguna tak ada sia kalian memelihara ku sampai sebesar ini".
Bunga, gadis sederhana itu mulai memikirkan yang sebelum bukan kapasitasnya. yang sebelumnya hanya memikirkan Bergaul dan Prestasi, mulai memikirkan Biaya Kuliah sendiri, kecukupan Sandang pangan untuk kelangsungan hidup yang lebih nyaman, belajar mencari dan memenuhi kebutuhan Bunda secara pribadi dan untuknya dalam kehidupan sosial. Belajar menyepadankan dengan lingkungan. Walau terkadang lubang juga yang Ia temui, Ia masih terus tersenyum tak merasa terbeban yang Ia pikir hanya konsekuensi hidup yang Tuhan beri untuk dijalaninya. Hidup pun berlalu juga
***
Semua orang yang tau Bunga tanpa mengenalnya aan memberinya Cap"Aneh" dan aneh nya Ia sadar dengan Cap tersebut dan cuek. Buatnya Kalau dirinya boleh tidak suka dengan yang lain mengapa tidak dengan yang lain. Pergaulan Bunga selam adi Akademi terlalu seadanya, tak berusaha mencari seketemunya aja bertemu A bicara a, bertemu B bicara b komunikasi basabasi wajar dalam pergaulan.
Bunga tak menemukan karakter lain di akademi ini, menurutnya semuanya wajar dalam porsinya. Kalau pun beda paling hanya Vokal atau dandanan, bukan tidak menarik tapi menurutnya semua wajar. Sampai ketika ada perbincangan yang ku curi dengar menyebut nama dengan cara yang lain, dengan intonasi lain, dengan pengakuan lain. Call him "J" seperti punya pengaruh lain karena laki-laki jago vokal Hengky pun menunggunya diantara kawan yang lain. Kejadian itu di semester 2, ketertarikanku berakhir juga disituku biarkan mengalir sampai ku tahu sosok "J".
"Oh, Itu orang nya tak kalah jago vokal juga rupanya!" Air beriak tanda tak dalam
keingin tahuanku terbayar dan sudah...
***
Bunga di akademi tak menonjol bukan karena tak bisa tapi tak di ingin. Di akademi Ia hanya bertujuan melepas status SMA nya, tak ada yg diminati di Akademi ini. Terlintas sesal merasa terperangkap dalam bangunan akademi ini, tapi mencari jalan lain pun tak mampu. Bunga hidup dari kebaikan hati seorang kakak yang rela membantu beban Ibunya untuk membiayai Bunga dan seorang adik lainnya merasa tak patut meminta lebih dari apa yang telah mereka lakukan sampai lulus SMA nya. Cukup, Kata cukup Ia pahat dalam hatinya. Cukup untuk belasan tahun perhatian dan pengorbanan yang kakak lakukan untuknya, Cukup hutang budi ini , ini hidupnya dan ini keputusannya "Aku tak akan egois memaksa diri belajar dalam universitas, dengan mengorbankan masa tua Bunda, mengorbankan Perhatiaan kakak ku lagi. Kalau belasan tahun mereka bisa buat Bunda baik biar saat ini ku buat Bunda baik juga. Biar kuletakkan beban itu dibahuku, saat ini yang dapat kuberi hanya waktu, waktu untuk kalian memikirkan hidup kalian, kelak ku buktikan Aku berguna tak ada sia kalian memelihara ku sampai sebesar ini".
Bunga, gadis sederhana itu mulai memikirkan yang sebelum bukan kapasitasnya. yang sebelumnya hanya memikirkan Bergaul dan Prestasi, mulai memikirkan Biaya Kuliah sendiri, kecukupan Sandang pangan untuk kelangsungan hidup yang lebih nyaman, belajar mencari dan memenuhi kebutuhan Bunda secara pribadi dan untuknya dalam kehidupan sosial. Belajar menyepadankan dengan lingkungan. Walau terkadang lubang juga yang Ia temui, Ia masih terus tersenyum tak merasa terbeban yang Ia pikir hanya konsekuensi hidup yang Tuhan beri untuk dijalaninya. Hidup pun berlalu juga
***
Semua orang yang tau Bunga tanpa mengenalnya aan memberinya Cap"Aneh" dan aneh nya Ia sadar dengan Cap tersebut dan cuek. Buatnya Kalau dirinya boleh tidak suka dengan yang lain mengapa tidak dengan yang lain. Pergaulan Bunga selam adi Akademi terlalu seadanya, tak berusaha mencari seketemunya aja bertemu A bicara a, bertemu B bicara b komunikasi basabasi wajar dalam pergaulan.
Bunga tak menemukan karakter lain di akademi ini, menurutnya semuanya wajar dalam porsinya. Kalau pun beda paling hanya Vokal atau dandanan, bukan tidak menarik tapi menurutnya semua wajar. Sampai ketika ada perbincangan yang ku curi dengar menyebut nama dengan cara yang lain, dengan intonasi lain, dengan pengakuan lain. Call him "J" seperti punya pengaruh lain karena laki-laki jago vokal Hengky pun menunggunya diantara kawan yang lain. Kejadian itu di semester 2, ketertarikanku berakhir juga disituku biarkan mengalir sampai ku tahu sosok "J".
"Oh, Itu orang nya tak kalah jago vokal juga rupanya!" Air beriak tanda tak dalam
keingin tahuanku terbayar dan sudah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda Pikirkan